Sabtu, 22 Oktober 2016

You & Me #19 (END)

Author : Reni Retnowati
Cast : Lee Donghae, Park Young Me, Lee Hyukjae, etc.
Length : Chapters
Genre : Romance

Happy reading!

`
 "Apa yang kau lihat?"

"Rekaman dari mobil yang kecelakaan itu."

"Benarkah? Apa kau sudah tahu siapa yang saat itu mengajak istrimu?"

"Hm. Aku mengetahuinya baru saja."

"Benarkah?"

Siwon yang masih bersantai dengan duduk di sofa, meloncat dan mendekat ke sang sahabat yang masih setia menatap laptopnya.

"Lalu siapa pelakunya?"

"Seseorang yang sesuai dengan tebakanku."

"Maksudmu?"

"Aku pergi dulu."

Tidak peduli dengan wajah penasaran Siwon, Donghae berdiri dan mengenakan jas yang tersampir di kursinya.

Lalu berlalu pergi dari ruang kerjanya.

"Ya!! Kau belum memberitahuku!"

Merasa tidak akan mendapat jawaban dari sang sahabat, Siwon memeriksa laptop Donghae yang masih menyala.

Mencoba mencari di mana video rekaman itu berada.

Dan sialnya, tidak ada.

Sepertinya video itu tersimpan di flashdisk yang Donghae genggam tadi.

~

"Kenapa? Tidak suka makanannya?"

"Tidak. Aku suka."

"Lalu kenapa hanya menatapnya saja? Atau kau tidak suka pergi denganku?"

"Bukan begitu."

Young Me meletakkan sendoknya dan meminum air di gelasnya.

Entah kenapa. Pergi dengan Henry tidak semenyenangkan sebelumnya.

Mungkin karena ada Donghae yang terus datang ke pikirannya.

"Baiklah. Kau tahu kan kenapa aku mengajakmu pergi hari ini?"

"Tidak."

"Benarkah? Aku ingin membicarakan tentang rencana pertunangan kita."

Pertunangan. Benar.

Sekarang, apa pria di depannya itu tahu jika dia adalah istri orang lain?

Atau dia tidak tahu? Bukankah dia tinggal di Kanada beberapa tahun belakangan?

Ada kemungkinan dia tidak tahu kan?

"Henry, aku boleh bertanya kan?"

"Tentu. Apa?"

Young Me melihat ponselnya yang bergetar.

Ada pesan masuk. Dari Donghae.

"Kau kembali kemari baru saja, kan? Beberapa minggu setelah kecelakaanku?"

"Ya. Kenapa?"

"Seandainya jika aku mengatakan aku sudah menikah sebelum kecelakaan itu, apa kau percaya?"

Henry menghentikan gerakan tangannya, lalu kembali menatap Young Me.

Tampak berpikir sejenak.

"Memangnya kau sudah menikah?"

"Aku bertanya. Apa kau akan percaya?"

"Dan aku juga bertanya, memangnya kau benar-benar sudah menikah?"

"Sudah."

Suaranya melirih. Tampak ragu.

"Lalu kenapa kau tidak pernah mengatakan padaku?"

"Aku tidak ingat. Leeteuk oppa mengatakan jika aku kehilangan sebagian memoriku karena kecelakaan."

"Dan kau menikah dengan?"

Young Me menatapnya. Sedikit tidak nyaman.

"Donghae oppa."

"Pria teman Leeteuk hyung itu?"

Dia mengangguk.

Memperhatikan Henry yang mengusap wajahnya.

Entahlah. Siapa yang salah disini?

Leeteuk yang tidak memberitahu Henry jika Young Me sudah menikah dan memintanya menjauh.

Henry yang sebenarnya tahu tapi tetap mendekatinya?

Atau dirinya yang terlalu bodoh dan tidak menyadari keadaan, hingga memberikan kesempatan untuk sang sahabat mendekatinya?

"Oppa?"

Tatapan Young Me beralih pada Leeteuk yang tampak berjalan mendekati meja mereka.

Membuat Henry menoleh ke belakang dan menangkap wajah penuh emosi Leeteuk.

Ada yang salah?

"Oppa? Kenapa kau ada di-"

Ucapannya terpotong dan terganti dengan teriakan.

Saat Leeteuk dengan brutal menarik kerah Henry hingga membuat pria itu berdiri lalu melayangkan tinjuan ke wajahnya.

Tampak sama seperti yang ia lakukan pada Donghae.

Bedanya, dia hanya memberikan satu pukulan keras untuk adik iparnya itu.

Tapi untuk Henry? Young Me bahkan sudah panik dan meneriaki sang kakak agar melepaskan Henry yang terus menerima layangan tangannya.

"Ya!! Hentikan!"

Beberapa orang dan juga pelayan cafe berusaha mendekat tapi seakan takut mendekati Leeteuk yang tampak menggila.

"Oppa!! Hentikan!"

Dan untungnya dia bisa menarik lengan sang kakak.

Sedang dua orang pelayan pria segera membantu Henry berdiri.

Sungguh. Lebam benar-benar memenuhi wajah pria itu.

"Ya!! Apa yang kau lakukan?"

Antara merasa marah dan bingung, dia mendorong Leeteuk yang mendekatinya.

"Ambil tasmu dan pulang denganku! Sekarang!"

Apa-apaan pria ini.

"Ambil tasmu sebelum aku menghajarnya lagi!"

Emosinya sepertinya sudah mencapai akhir.

Young Me menatap miris Henry yang juga menatapnya.

Lalu beranjak mengambil tasnya dan mengikuti kemana sang kakak menarik tangannya.

~

"Kau gila? Apa yang kau lakukan?"

"Menurutmu?"

"Oppa!! Kau ingin membunuhnya??"

"Benar!!"

Leeteuk menginjak rem mendadak dan meminggirkan mobilnya.

"Aku bisa membunuhnya! Dan aku yakin kau tidak akan berani membantahku jika tahu apa yang sudah ia lakukan."

"Dan sekarang jangan keluarkan air matamu untuk pria itu. Kau akan menyesalinya."

"Oppa... Dia sahabatku. Kau tidak bisa melakukan itu."

Ayolah, Young. Bisakah kau tidak menangis di saat-saat seperti ini?

"Kau mengenalku. Apa kau pikir aku akan melakukan hal seperti tadi jika dia tidak melakukan kesalahan?"

"Memangnya kesalahan apa yang dia lakukan?"

"Dia penyebab kecelakaanmu! Dia yang membawamu pergi dengan mobil sialan itu! Dan dia meninggalkanmu begitu saja tanpa menolongmu!"

"Kau pikir apa yang akan aku lakukan pada seseorang yang hampir membunuh adikku sendiri?"

Baiklah. Ini sedikit sulit di cerna.

Bagaimana bisa Henry yang menyebabkan kecelakaan itu? Bagaimana dan kenapa?

"Dia? Apa maksudmu-"

"Donghae yang memberitahuku. Dan berterima kasihlah karena aku tidak membawa polisi untuk menangkap sahabatmu itu."

"Oppa."


FLASHBACK

"Aku ingin menunjukkan sesuatu."

"Sesuatu apa? Jika tidak penting pergilah saja."

"Hyung. Aku tahu kau masih marah padaku, tapi apa yang ingin aku tunjukan ini berhubungan dengan kecelakaan Young Me."

Leeteuk menatapnya. Akhirnya.

"Jadi bisakah kau memberikan waktumu sebentar?"

"Cepatlah saja."

Donghae mengangguk dan meminta izin untuk menyentuh laptop Leeteuk lalu memasangkan flashdisk yang ia bawa.

Kemudian menampilkan sebuah rekaman yang seperti di rekam dari kamera depan mobil.

"Kau lihat?"

Leeteuk mendekatkan tubuhnya dan memperhatikan rekaman itu.

Disana tampak sebuah cafe yang merupakan salah satu cafe favorit adiknya.

Dan kemudian Young Me terlihat keluar dari cafe, tidak lama tampak Henry mendekatinya dan seperti mengatakan sesuatu lalu menyentuh lengan gadis itu.

Dia sepertinya meminta Young Me ikut dengannya dan gadis itu sedikit menolak.

Dan Henry masih dengan tenaganya, menarik Young Me dan membawanya ke dalam mobil.

Terdengar suara pintu mobil yang ditutup lalu mobil mulai berjalan.

Mobil itu berjalan dengan kecepatan tinggi dan beberapa menit kemudian tampak oleng ke kanan dan ke kiri.

Hingga akhirnya menabrak pembatas jalan.

Cukup keras hingga membuat kamera mati karena rusak.

"Aku tidak mengerti. Apa ini benar hanya karena rem yang blong? Lagipula untuk apa dia memaksa Young Me ikut dengannya bahkan dengan kecepatan tinggi seperti itu?"

"Aku juga tidak tahu, hyung. Tapi aku menebak jika Young Me berusaha membuatnya mengurangi laju mobil, karena itu mobil oleng ke samping."

"Lalu apa yang akan kita lakukan? Membawa rekaman ini ke kantor polisi? Walaupun memang dia tidak berniat menculik Young Me, dengan kecelakaan ini dan dia meninggalkan Young Me begitu saja juga termasuk tindakan kriminal bukan? Dia harus bertanggung jawab."

"Tapi aku rasa Young Me tidak akan suka dengan itu."

"Aku tidak peduli dia suka atau tidak. Apa yang sudah Henry lakukan bisa merenggut nyawanya. Dan kau tahu kita sama-sama tidak menginginkan hal buruk terjadi lagi untuk ketiga kalinya."

"Benar. Tapi aku rasa kita hanya perlu memberinya pelajaran."

"Terserahlah."

FLASHBACK ENDS

~

"Sudahlah, berhenti menangis. Kau sudah menangisinya sedari tadi."

"Eonni. Benarkah dia setega itu? Dia sahabatku sejak kecil."

"Mungkin dia hanya tidak suka kehilangan kesempatan untuk mendapatkanmu."

"Aku hanya tidak mengira dia bisa melakukan itu."

"Memang. Aku pun sama. Jadi wajar kan jika oppamu bisa melakukan hal buruk padanya?"

Hye Ri mengusap kepala Young Me; menenangkannya.

"Tenangkan dirimu. Istirahat saja. Leeteuk oppa akan marah lagi jika melihatmu seperti ini."

"Atau ingin aku hubungi Donghae dan memintanya kemari?"

"Tidak perlu."

"Hey."

Mereka berdua menoleh ke ambang pintu dan mendapati Leeteuk yang menatap kesal pada Young Me.

Lalu kemudian menatap istrinya.

"Ayo pulang."

Yang dibalas anggukan oleh wanita itu.

"Istirahatlah."

Hye Ri sekali lagi mengusap air mata Young Me yang membenamkan wajahnya; menghindari tatapan Leeteuk.

Wanita itu lalu menaikkan selimutnya dan berlalu pergi bersama Leeteuk.

Young Me menarik nafas dalam dan menarik selimut menutupi kepalanya.

Perasaannya semakin buruk. Bingung, marah dan yang lainnya.

Masih sulit mencerna apa yang sudah terjadi.

Sebegitu rumitnya kah hidupnya?

Kehilangan memori bahkan tentang hal penting seperti pernikahan.

Lalu sekarang, fakta jika yang menyebabkan semuanya terjadi padanya adalah sahabatnya sendiri?

Seakan dia kehilangan mereka satu persatu.

"Hey, sayang."

Young Me merasakan seseorang menaiki tempat tidur dan menyingkap selimutnya.

"Hey. Kau menangis?"

"Oppa."

Gadis itu bangun dan memeluknya.

"Tenanglah. Aku disini."

"Leeteuk oppa yang memanggilmu?"

"Tidak. Aku kan memiliki ikatan batin denganmu, jadi aku bisa tahu jika kau sedang bersedih."

Donghae mengusap pipi basah istrinya.

"Kau akan kesulitan untuk tidur jika terus menangis."

"Dan terlebih lagi, kau menangisi pria lain."

"Maaf."

"Aku tidak marah."

Donghae membenarkan bantal di belakang Young Me dan meminta sang istri untuk merebahkan tubuhnya kembali.

"Tidurlah sekarang. Aku akan menjagamu."

Lalu memeluk erat gadis yang membenamkan wajah ke dadanya itu.

"Dia tidak mungkin berniat melukaiku, kan? Kami bersama sejak kecil."

"Dia bahkan selalu melindungiku."

"Membantu dan menemaniku jika aku kesepian."

Donghae hanya diam dan menanggapi dengan gumaman.

Membiarkan Young Me mengungkapkan semua perasaannya.

Gadis itu mungkin tidak bisa menentukan reaksi mana yang harus ia tampilkan.

Dia tentu merasa kecewa, tapi perasaan tidak percaya lebih mendominasi.

"Dia pasti memiliki alasannya sendiri. Kau tidak bisa memberikan label buruk untuknya, mengingat bagaimana hubungan kalian selama ini."

"Lalu kau sendiri? Apa kau menilainya buruk? Sama seperti penilaian Leeteuk oppa?"

Donghae menarik nafas dalam dan terus mengusap rambut istrinya.

"Jujur, aku menilainya dengan sangat buruk. Dia melukai seseorang yang berharga di hidupku. Tidak mungkin aku merasa biasa saja, kan? Tapi aku rasa hukuman yang diberikan Leeteuk hyung sudah lebih dari cukup."

"Aku tidak ingin menambah panjang masalah dengan membawa bukti kesalahannya ke polisi. Dan aku yakin kau juga tidak menginginkannya, kan?"

"Hm. Terima kasih."

Gadis itu akhirnya mengangkat kepala dan menatapnya.

"Aku juga jadi merasa bersalah karena memberi kesempatan untuknya mendekatiku lagi. Dan seakan tidak peka dengan opini kalian."

"Kau kan tidak mengingatnya. Bagaimana mungkin aku menyalahkanmu."

Pria itu mematikan lampu meja di samping ranjang dan mengeratkan pelukannya.

"Jangan membahasnya lagi. Lupakan dan istirahat saja sekarang."

"Tapi boleh aku bertanya sesuatu?"

"Hanya satu pertanyaan."

Young Me menggerakan tubuhnya; mencari posisi nyaman di pelukan Donghae.

"Bagaimana dengan gadis kemarin?"

"'Gadis kemarin'?"

"Gadis itu..."

"Yang kau cium."

"Gadis yang ku cium? Kau?"

Pria itu terkekeh saat merasakan cubitan kecil di perutnya.

"Saat Leeteuk oppa memukulmu."

"Aku bahkan lupa tentang itu."

"Benarkah?"

Young Me menatapnya terkejut. Apa sebegitu mudahnya hal itu ia lupakan?

"Tidak. Aku mengingatnya."

"Lalu apa yang kau tanyakan? Siapa gadis itu atau apa hubunganku dengannya?"

"Kedua-duanya."

"Oke. Dia teman lamaku dan orang yang bersamaku saat aku bersedih karena masalah kita."

"Kau menyukainya?"

"Mungkin."

Bisakah kau tidak segampang itu menjawabnya?

"Tapi dia yang marah karena membiarkan kau melihat ku menciumnya. Yang memaksaku meninggalkan apartemen agar menemuimu. Dan yang terus mendorongku agar mendapatkanmu kembali."

Donghae memainkan ujung rambut Young Me.

"Karena itu aku menyukainya."

"Haruskah aku berterima kasih padanya?"

"Berterima kasihlah padaku. Nanti akan aku sampaikan padanya."

Donghae meraih bibir Young Me. Mengecupnya singkat.

"Sekarang tidurlah. Karena malam ini adalah malam terakhir kau tidur disini."

"Eh?"

"Kita sudah menikah dan kau seharusnya tinggal bersama suamimu, bukan lagi disini. Mengerti?"

Gadis itu mengangguk dan semakin masuk ke dekapan Donghae.

~

"Hey."

Baru saja Young Me keluar dari lift, dia sudah mendapat pelukan dari Leeteuk yang kebetulan sedang menunggu lift.

"Apa yang kau lakukan disini?"

"Bekerja tentu saja."

"Dua minggu tinggal bersama Donghae apa sudah berhasil mengembalikan ingatanmu?"

"Bukankah aku sudah bekerja disini bahkan sebelum aku mengenal Donghae oppa? Aku tahu dan bisa mengerjakan pekerjaanku."

"Baiklah. Jangan sinis. Aku kan hanya bercanda."

"Kau ingin kemana?"

Young Me memperhatikan Leeteuk yang masuk ke dalam lift.

"Membeli sesuatu. Akan aku bawakan kau makanan. Tunggu saja."

Ucapnya sebelum pintu lift tertutup.

~

"Kau masih belum mengingat apapun tentang Donghae?"

Young Me menggeleng dan kembali menikmati cake coklatnya. Mengamati Leeteuk yang memutar-mutar cangkir kopinya.

"Lalu apa yang Donghae lakukan? Apa dia memperlakukanmu dengan baik?"

"Tentu saja. Dan itu yang membuatku nyaman dan merasa memilih keputusan yang tepat dengan bersamanya."

"Baguslah. Aku berharap kau cepat mendapatkan ingatanmu kembali."

"Hm. Akupun begitu."

~

Young Me menata dengan rapi makanan ke atas meja makan.

Dia melirik sekali lagi jam di dinding. Pukul 6 malam. Sepertinya dia masih bisa mandi sebelum Donghae datang.

Young Me mengambil ponsel di meja makan dan membawanya ke kamar.

Meletakkan benda itu ke atas tempat tidur lalu masuk ke dalam kamar mandi. Menyalakan air guna mengisi bathtub. Menuangkan cairan sabun dan aroma therapy.

Tangannya mengaduk-aduk air di bathtub membuat beberapa cipratan mengenai lantai.

Gadis itu lalu berdiri dan mengatur kran shower agar air hangat bisa langsung ia nikmati selesai berendam nanti.

Dia lalu mencuci tangannya yang terasa licin karena cairan sabun di wastafel. Dan menghentikan kegiatannya saat mendengar deringan ponselnya di atas tempat tidur.

Gadis itu dengan cepat mematikan kran wastafel dan berniat keluar dari kamar mandi sebelum kakinya menginjak cipratan air dari bathtub di lantai yang licin.

Membuatnya kehilangan keseimbangan dan limbung dengan kepala yang terbentur ke pinggiran bathtub.

~

"Aku pulang."

Donghae meletakkan sepatu ke rak dan menyampirkan jasnya ke sofa. Pandangannya mengedar mencari keberadaan sang istri.

Dia berjalan ke dapur dan hanya menemukan beberapa piring makanan yang tertata disana tapi tidak ada Young Me.

Dia lalu memutuskan membuka pintu kamar dan melihat ponsel Young Me ada di atas meja.

Pintu kamar mandi terbuka jadi jelas jika gadis itu tidak ada disana.

Langkah kaki Donghae mendekat ke balkon yang pintunya terbuka. Dia tidak melihat Young Me berdiri disana.

Tapi saat memeriksa kursi panjang yang ada di sudut balkon, dia menemukannya.

Gadis itu tampak duduk termenung disana.

"Sayang."

Donghae duduk di sampingnya dan menyentuh pundak Young Me.

Gadis itu menoleh menatapnya. Yang serta merta membuat senyum di wajah Donghae menghilang karena melihat bercak darah di sudut kening gadis itu.

"Kau terluka? Apa yang terjadi?"

Tangannya reflek hendak menyentuh wajahnya tapi gadis itu menggeleng dan hanya menatapnya dingin.

"Ada apa? Kau marah karena aku pulang terlambat? Maaf, terjadi sesuatu dengan mobilku tadi."

Donghae masih berusaha menyentuh wajah sang istri. Dan bagusnya sekarang gadis itu tidak menolak.

"Kepalamu membentur sesuatu? Kenapa tidak mengobatinya? Aku akan mengambil kotak obat dulu."

Dia berdiri dan hendak masuk ke dalam sebelum tangan Young Me menahan lengannya. Membuatnya kembali duduk.

"Ada apa? Kau sadar jika ada bercak darah di keningmu? Jangan diam saja."

Donghae menyingkirkan anak rambut yang hendak menutupi luka itu.

"Kau..."

"Siapa?"

Dan gerakannya terhenti saat kata tanya itu meluncur dari bibir istrinya. Membuatnya tercekat dan menatapnya kaget.

Jangan lagi. Jangan untuk kedua kalinya. Dia sudah bersusah payah membuat Young Me menerimanya. Jangan hilangkan lagi memori tentangnya.

"A-aku? Aku... aku suamimu."

Donghae mencoba berbicara dengan nada setenang dan semeyakinkan mungkin. Yang lagi-lagi mendapat tatapan dingin dari gadis itu.

"Jika kau suamiku."

"Kenapa kau membiarkan aku tinggal di rumah dan bukannya membawaku kemari?"

"Bahkan kau hanya menemuiku beberapa hari sekali."

Tunggu. Tunggu dulu.

Ada yang salah disini.

"Kau? Kau sudah mengingatku? Kau sudah mengingat semuanya tentang ku?"

Donghae yang tanpa sadar meninggikan suaranya membuat Young Me tersenyum tipis dan memberikan kecupan di pipinya.

Seakan pengganti kata 'Ya'.

"Benarkah? Young? Kau tidak sedang mengerjaiku, kan?"

"Apa luka ini bisa mendukung kebohonganku?"

Mata Donghae yang semakin melebar membuat Young Me semakin menahan senyumannya.

"Benar."

Dan menangkup wajah sang suami.

"Aku mengingatnya. Mengingat semua hal detil tentangmu. Suamiku."

"Benarkah itu? Aku tidak sedang bermimpi, kan?"

Young Me memajukan wajah dan meraih bibir Donghae. Mengecupnya sesaat dan kemudian sengaja menggigit bibir bawah pria itu.

"Apa itu tampak seperti mimpi?"

Ucapnya yang mendapat respon teriakan girang pria itu, yang langsung berdiri dan menariknya masuk ke pelukannya.

"Astaga, Park Young Me. Kau hampir membuat jantungku gagal berkerja."

"Maaf. Aku hanya terlalu gembira karena berhasil mengingat semuanya kembali. Terutama semua tentangmu."

"Apa karena luka ini? Apa yang terjadi? Kau jatuh membentur sesuatu?"

Donghae kembali menangkup wajah sang istri; memperhatikan lukanya.

"Aku ceroboh dan terpleset di lantai kamar mandi yang licin dan kepalaku membentur pinggiran bathtub."

"Kau harus lebih berhati-hati lain kali. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika kau sampai terluka lagi."

"Aku tahu. Maaf."

"Berhenti meminta maaf. Kalimat maafmu bisa merusak suasana hatiku."

Donghae kembali memeluk Young Me, sedikit mengangkatnya. Membuat gadis itu melingkarkan kedua tangan ke lehernya.

"Terima kasih, Tuhan."

"Dan terima kasih sayang karena sudah mengingatku."

Donghae meletakkan tangan kananya ke belakang lutut Young Me dan mengangkat tubuh gadis itu.

"Aku mencintaimu."

Dan untuk yang kesekian kalinya, mengecup bibir ranum istrinya.

Yang hanya bisa tersenyum dan mengangguk. Membiarkan sang suami membawanya masuk dan meletakkan tubuhnya ke atas ranjang king sized mereka.

Tangan pria itu tampak merambat ke arah meja di sisi kiri ranjang dan mematikan lampu yang ada disana. Dia bisa menangkap senyuman di wajah Donghae.

"Aku juga mencintaimu, Lee Donghae."

"Suamiku."

Dan Young Me memanjangkan tangan guna mematikan lampu di meja di sisi kanan ranjang.

Membiarkan cahaya bulan menerangi kamar mereka dari pintu balkon.

Dan juga membiarkan semua bintang menyaksikan kebahagiaan mereka yang melimpah malam ini. Dan untuk malam-malam selanjutnya.


FIN
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar