Sabtu, 22 Oktober 2016

You & Me #18

Author : Reni Retnowati
Cast : Lee Donghae, Park Young Me, Lee Hyukjae, etc.
Length : Chapters
Genre : Romance

Happy reading!

`
~

Di sisiku, aku hanya melihat raut anggunmu
Di sisinya, dapat ku lihat mata yang mengharap dan garis bibir bahagiamu

Jikalau hatimu yang menuntun
dan jika dapat memberimu bahagia
akan ku lepas beban yang membuatmu resah ini

Aku takut kau yang pergi
Dan jika boleh biarkan aku yang pergi
mempertahankan kenangan yang pernah kau ukir

~

"Kau selalu menggunakan tempat ini untuk termenung?"

"Hm. Bisa dibilang seperti itu. Kau lihat sendiri jika tempat ini tidak terlalu ramai."

"Tentu saja. Karena kau memilih tempat di sudut."

"Karena aku tidak ingin ada yang mengganggu kita."

"Memangnya apa yang akan kita lakukan?"

"Entah."

Donghae tertawa saat kembali mendapati wajah kesal Hye Na.

"Maaf karena mengajakmu kemari."

"Tidak apa. Kau kan memang selalu merepotkanku."

Gadis itu menyuapkan kue yang dia pesan tadi ke Donghae.

"Aku tidak keberatan. Tapi hanya ingin kau lebih banyak istirahat. Kau akan kelelahan nanti."

"Aku baik-baik saja."

"Tapi tubuhmu tidak mengatakan itu."

"Memangnya ada yang salah dari tubuhku?"

Donghae menggeser duduknya saat Hye Na memintanya mendekat.

"Kau kehilangan berat badan, kau tahu? Wajahmu tirus dan tampak pucat. Apa itu yang disebut baik-baik saja?"

Tangan mungilnya mengusap pelan wajah Donghae, membuat pria itu semakin menempelkan wajahnya pada tangan Hye Na.

"Kau memperhatikanku."

"Memangnya tidak boleh?"

"Sangat boleh tentu saja."

Donghae menyelipkan anak rambut Hye Na ke belakang telinga.

"Perhatikan saja aku sesukamu. Kau boleh melakukannya."

Gadis itu mengangguk sebagai respon.

Lalu menunduk memperhatikan tangan Donghae yang menggenggam tangannya.

"Kau tidak menemuinya?"

"Menemui?"

"Young Me."

Hye Na menoleh saat mendengar Donghae yang menarik nafas dalam.

"Tidak. Lagipula dia tidak akan senang melihatku."

"Maaf menanyakan itu."

Dia menatap Donghae yang semakin mendekat.

"Kau tahu jika kau mulai membuatku kesal?"

"Benarkah?"

"Benar. Jadi aku harap kau tahu apa akibatnya."

Pria itu tersenyum kecil dan mendekatkan wajah.

Cukup dekat hingga bibirnya bisa menempel pada Hye Na.

Tangan kanan menahan kedua tangan gadis itu di atas meja agar tidak mengganggu kegiatannya.

Hye Na hendak menjauh, tapi melihat mata Donghae yang menatapnya lembut membuatnya memilih untuk diam.

Membiarkan pria itu sedikit bermain dengan bibirnya.

Yang akhirnya terhenti saat Donghae tertarik oleh seseorang.

Seseorang yang menggunakan tangan kiri untuk mencengkeram kerah Donghae lalu tangan kanannya ia gunakan untuk melayangkan tinjuan ke wajah pria itu.

Cukup membuat sudut bibirnya terluka.

Hye Na yang terkejut ikut berdiri dan berniat menyentuh wajah Donghae sebelum tertahan karena melihat siapa pelakunya dan terlebih seseorang yang berdiri di belakang sang pelaku.

"Hyung!"

"Apa yang kau lakukan??"

"Memangnya apa yang kau lihat?"

Toh tatapan marah orang itu sama sekali tidak berpengaruh untuknya.

"Kenapa kau harus marah? Dia saja tidak keberatan. Ya kan, Young?"

Dan menatap Young Me yang berdiri dengan ekspresi antara kaget dan bingung.

Kaget melihat apa yang Leeteuk lakukan tadi dan bingung kenapa kakaknya bersikap seperti itu.

"Kau tidak sadar apa yang sudah kau lakukan?"

"Aku? Aku sadar. Aku sedang berusaha melakukan apa yang adikmu inginkan; menjauh dan melupakannya."

Menekan kata terakhirnya.

"Dan bukankah kau juga memintaku menjaga jarak dengan adikmu, hyung? Lalu kenapa aku jadi tampak melakukan kesalahan sekarang?"

Leeteuk; yang tampak setengah mati menahan amarah menoleh dan mendapati Young Me menatapnya.

Hari ini dia sebenarnya ingin membawa Young Me pergi makan malam.

Dan berniat untuk mencoba mengatakan sesuatu tentang hubungan Donghae dan adiknya itu yang sebenarnya.

Kenapa dia sekarang ingin melakukannya?

Karena tidak bisa menahan lebih lama lagi. Terlebih setelah Young Me dengan cerianya mengatakan pada Hye Ri jika Henry berniat mengajaknya bertunangan.

Sesuatu yang sangat tidak mungkin dilakukan mengingat Young Me yang masih berstatus sebagai istri orang lain.

Istri dari pria yang memang penurut; mengikuti keinginan Young Me dan Leeteuk untuk menjauh.

Pria itu entah bagaimana, bisa menahan diri untuk tidak lagi menampakkan diri di hadapan sang istri, sejak kejadian dimana dia menyatakan perasaannya pada gadis itu.

Entah memang benar-benar menyerah untuk bertahan atau sedang memikirkan cara lain.

Tapi melihat situasi tadi, sepertinya kita tahu apa yang ia pilih.

~

"Kau tidak ingin menjelaskan padaku?"

"Menjelaskan apa? Diam dan makan saja makananmu."

"Kau masih bisa setenang ini saat melakukan hal tadi di depanku?"

"Lalu kau mengharapkan aku melakukan apa? Toh kau tidak akan mempercayainya."

Young Me meletakkan sendoknya hingga berdenting saat bersentuhan dengan piring.

"Coba katakan padaku."

"Katakan? Jika aku mengatakan kau sudah menikah dan Donghae adalah suamimu, apa kau percaya?"

Baiklah. Bukan seperti ini seharusnya.

Bukan dengan nada penuh emosi.

Dan bukan dengan segampang itu, seakan fakta 'pernikahan' hanya hal sepele.

Pria itu bahkan tidak peduli pada tatapan terkejut sang adik dan memilih meneguk wine di gelasnya.

"Kau tidak percaya, kan?."

"Oppa..."

"Kau tidak percaya dan tidak ingin untuk percaya. Jadi jangan memaksa dirimu."

Leeteuk meletakkan gelas winenya dan beranjak berdiri. Berlalu menuju toilet.

Membiarkan Young Me mematung mencerna perkataannya.

Pernikahan? Suami? Lalu kenapa dia tidak bisa mengingat itu?

Dan apa ini sebabnya Donghae selalu datang ke rumah dan mendekatinya?

Apa karena adanya hubungan itu?

Tapi jika Donghae memang suaminya, kenapa pria itu bisa dengan mudah menyerah saat ia menolaknya?

Bukankah seharusnya dia terus berusaha mendekat atau lebih tepatnya terus mencoba membawa semua memori itu kembali?

Bukannya justru...

Bersama wanita lain.

~

Ku paksakan memori untuk tidak lagi mengingat barisan katamu
Canda tawa yang mulai asing di pendengaran ini
Dan ku paksakan mata untuk tidak lagi melihat ke arahmu

Ada hal yg aku takutkan ketika melihatmu lagi
Logika dan hati ini tidak sejalan
Si hati ingin kembali
Dan si logika ini pergi

~

"Sakit?"

Hye Na dengan sangat hati-hati membersihkan sudut bibir Donghae.

Pria itu tampak terpaksa tersenyum. Sepertinya dia sedikit 'blank'.

"Maaf."

"Kenapa harus kau yang meminta maaf? Bukan kau yang memukulku."

"Aku juga bersalah disini."

"Tapi kan aku yang menciummu lebih dulu."

"Bisakah kau serius?"

Hye Na melayangkan tangannya, seakan berniat memukul pria itu.

"Aku khawatir disini."

"Terima kasih karena mengkhawatirkanku."

Donghae  menarik pundak Hye Na dan mencium puncak kepalanya.

Yang direspon dengan dorongan dari gadis itu.

"Lee Donghae!!"

"Hm?"

Wajahnya bahkan tampak tidak merasa bersalah.

"Bersihkan lukamu sendiri!"

"Ey, ayolah. Jangan marah. Aku tidak bisa membersihkannya."

"Kalau begitu seriuslah sedikit! Walau bagaimanapun dia tetap istrimu. Kau harus memikirkannya."

"Lalu aku harus meninggalkanmu?"

"Lalu apa kau akan meninggalkannya hanya karena dia tidak mengingatmu?"

"Dia juga akan bersama orang lain nanti."

"Tapi sekarang dia masih hakmu. Kau tidak bisa semudah itu menyerah."

"Aku bukannya menyerah. Tapi bersikap realistis."

Donghae meraih kain di tangan Hye Na dan menempelkannya perlahan ke bibirnya.

"Sekarang apa aku harus merusak kebahagiannya? Tidak peduli dia sedang hilang ingatan atau tidak, aku tetap mementingkan kebahagiannya."

"Lalu jika ingatannya kembali nanti. Apa kau akan membiarkan dia mati-matian menyesali apa yang ia lakukan sekarang? Memilih bersama orang lain dibanding bersama suaminya sendiri?"

"Lalu kau ingin aku melakukan apa, sayang? Mengatakan jika aku suaminya dan memaksanya tinggal bersamaku? Kau tahu jika mengembalikan ingatan tidak semudah mengobati luka robek ditubuhmu."

"Setidaknya berusahalah lebih keras. Lagipula dia sudah tahu semuanya karena kejadian tadi."

Hye Na menutup kotak obat dengan kasar dan membawanya ke kamar Donghae.

Benar. Dia tidak harus bersusah payah membongkar semuanya karena gadis itu pasti sekarang sudah tahu apa hubungan mereka yang sebenarnya.

Donghae meraih jas di sofa dan menghampiri Hye Na yang baru keluar dari kamar.

"Aku akan melakukan apa yang kau inginkan. Tunggulah disini. Aku akan mengantarmu pulang nanti."

"Jangan pedulikan aku. Pergilah."

Pria itu mengangguk kecil dan memeluknya singkat.

~

Langit malam ini sedikit tidak bersahabat, selain karena bintang yang sama sekali tidak terlihat. Juga karena angin yang terlalu dingin.

Semakin membekukan keadaan dan perasaan.

"Jadi..."

"Kau sudah tahu semuanya, kan?"

"Hm."

"Lalu apa yang akan kau lakukan?"

Donghae memperhatikan Young Me yang mengeratkan coatnya.

"Entah."

"Aku juga."

Menarik nafas dalam dan mengeluarkannya.

"Jujur. Apa kau percaya jika kita memiliki hubungan dan bahkan sudah menikah?"

Dia perlahan menatap sang istri yang hanya menunduk memperhatikan sepatunya.

"Sedikit. Walau aku sama sekali tidak mengingatmu tapi aku merasa nyaman saat kau ada di sekitarku."

"Tapi tidak senyaman saat kau bersamanya."

Gadis itu menatapnya. Antara terkejut dan sedikit... tidak suka.

"Tidak apa. Bukan salahmu kau kehilangan ingatan."

"Jika kau tahu aku tidak bisa mengingatmu, kenapa kau tidak berusaha?"

"Berusaha? Aku ingin. Hanya saja aku tidak ingin membuatmu memberikan tatapan asing padaku. Lagipula kau cukup pintar untuk menyadari jika aku terus mencoba mendekatimu."

"Kenapa tidak mencoba lebih keras?"

"Memaksakan kehendakku atau melihatmu bahagia. Kau pikir aku akan memilih yang mana?"

"Memaksakan kehendakmu."

Donghae tersenyum kecil. Tangannya membenarkan kerah coat Young Me agar melindungi leher gadis itu.

"Aku akan memilihnya jika aku tidak mencintaimu. Sayangnya, kau segalanya bagiku. Jadi aku lebih memilih pilihan yang kedua."

"Walaupun kau memaksakan kehendakmu tapi saat aku mendapatkan kembali ingatanku nanti bukankah itu lebih baik?"

"Kau ingin aku menarikmu paksa dan tidak memperdulikan tolakannmu karena kau tidak 'mengenalku'?"

"Apa kau akan meninggalkan Henry? Bukankah kalian akan bertunangan?"

Young Me menatap lekat wajah Donghae.

Pria itu tampak sama sekali tidak terganggu dengan ucapannya sendiri.

"Apa kau tidak keberatan jika istrimu bertunangan dengan orang lain?"

"Jika dia menginginkannya. Kenapa tidak?"

"Lagipula walaupun kau sudah tahu siapa aku. Tidak akan semudah itu kan aku untuk mendapatkanmu kembali?"

"Dan kau tidak ingin berusaha? Lagi?"

"Aku ingin. Hanya saja, aku lebih fokus pada perasaanmu sekarang."

Young Me terdiam. Memandang pancuran kecil di tengah-tengah taman kecil yang ia rawat bersama Leeteuk.

Perasaannya seperti kelopak bunga yang jatuh di atas kolam kecil di depannya. Tidak bisa kembali ke tempatnya dan tidak bisa menentukan kemana ia akan pergi.

Karena semua dikendalikan oleh arus air.

Mengingat keadaannya yang sama sekali tidak mengingat Donghae, tetap bersama Henry adalah pilihan yang tepat.

Sayangnya, hatinya mengatakan jika ini tidak benar.

Dia tidak seharusnya seperti ini.

Dia milik orang lain. Orang lain yang seakan mengawasinya dari jauh dan memastikannya tidak terjatuh dan terluka.

"Jangan terlalu berlebihan memikirkannya."

Donghae menyentuh coat sang istri dan kembali mengeratkannya.

Dia tahu Young Me masih akan merasa canggung dengan perlakuannya.

"Sudah malam. Masuklah dan istirahat. Kau harus menemui dokter besok, kan?"

Gadis itu mengangguk dan membuat rambutnya jatuh menutupi wajahnya.

"Kita akan membicarakannya lain kali jika kau menginginkannya."

Membuat Donghae menyelipkan rambut Young Me ke belakang telinga.

Lalu meraih tangannya dan membantunya berdiri.

"Perlu aku antar ke dalam?"

Gadis itu menatap tangan Donghae yang masih menggenggam tangannya. Lalu perlahan menatap wajah pria itu.

"Kau..."

"Bisa tetap disini?"

"Bersamaku."

Ucapan yang cukup membuatnya terkejut. Sebelum akhirnya tersenyum dan mengangguk perlahan.

"Jika kau menginginkannya."

Lalu merangkul pundak gadis itu dan berjalan meninggalkan taman rumah keluarga Park.

Dia tahu jika Young Me masih merasa ragu. Sangat ragu bahkan.

Tapi dia tampak ingin mencoba memastikan apa yang akan ia putuskan nanti.

Leeteuk sepertinya tampak sedikit terkejut mendapati sang adik dalam rengkuhan Donghae saat masuk ke dalam rumah.

"Aku pulang dulu. Besok aku akan kemari untuk mengantarmu ke rumah sakit."

Young Me dengan ragu menoleh dan menatap Donghae. Yang dibalas dengan senyuman dari pria itu.

"Aku saja yang mengantarnya besok, hyung."

"Baiklah. Terserah."

Leeteuk mendekat dan memeluk Young Me yang sudah lepas dari pelukan Donghae.

"Aku pergi."

Dan menepuk singkat pundak Donghae sebelum berlalu.

~

Benarkah pria ini suaminya? Benarkah pria ini yang membuatnya bangkit setelah keterpurukannya karena Hyukjae?

Benarkah dia yang selama 5 tahun ini ada di sampingnya?

Dan benarkah dia lebih memilih melepasnya dan hanya menyaksikan kebahagiannya dari jauh?

Sebesar itu kah rasa cintanya?

Young Me tersenyum miris.

Betapa sialnya dia karena tidak bisa mengingat momen indahnya bersama pria yang tengah terlelap ini.

Dan betapa bodohnya dia karena membiarkan pria itu menderita karena harus menjauhinya.

"Maaf."

Ucapnya pelan. Sangat pelan.

Telunjuknya menyentuh kening Donghae dan menariknya turun melewati hidung pria itu.

Tangannya juga menyentuh pelan lebam di sudut bibirnya.

Perbuatan Leeteuk.

Dan sedikit berhasil mengusik ketenangannya.

Tangan pria itu yang melingkar di pinggangnya terasa melonggar.

Membuat Young Me dengan cepat menarik tangan serta menutup mata; tidak ingin Donghae membuka mata dan menangkap basah kegiatannya tadi.

Tapi sepertinya 'suaminya' itu tidak terbangun. Karena pelukannya kembali mengerat.

Setelah menunggu beberapa saat, Young Me memberanikan diri untuk kembali membuka mata.

Dan benar saja. Donghae masih terpejam.

Baguslah.

Dia bisa kembali menikmati wajah tenang pria itu.

"Kau tidak mengobati lukaku tapi dengan seenaknya menyentuhnya?"

Tapi tidak.

Pria itu sudah bangun dan sengaja menjebaknya.

Dan 'luka'?

"Apakah sakit? Maaf. Aku tidak sengaja."

Mulai merasa bersalah karena tadi menyentuh lebam di wajah Donghae.

"Sangat. Sangat sakit."

Tapi bahkan matanya belum terbuka dan hanya sedikit bergerak untuk memastikan Young Me benar-benar ada di dalam dekapannya.

"Tunggu. Aku akan mengobatinya."

Young Me berniat melepas lingkaran tangan Donghae yang direspon dengan erangan.

"Jangan bergerak dan jangan menjauh. Tetap di tempatmu."

"Kau tidak ingin aku mengobati lukamu?"

"Tidak perlu. Obati saja luka di hatiku karena kau membuatku harus menjaga jarak denganmu."

"Aku kan hanya kesal. Aku tidak tahu jika kau menganggapnya serius dan benar-benar menjauhiku."

Untuk akhirnya, Donghae membuka mata dan menatapnya.

"Asal kau tahu, aku akan menuruti semua keinginanmu. Jika kau ingin aku menjauh, ya aku pasti akan benar-benar menjauh."

"Jadi. Jangan mulai meminta hal yang aneh padaku. Karena aku tidak memiliki pilihan lain selain menurutinya."

Tangan kirinya mengusap wajah Young Me.

"Jika aku memintamu merelakanku bersama Henry?"


~TBC~
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar