Sabtu, 22 Oktober 2016

You & Me #7

 

Author : Reni Retnowati
Cast : Lee Donghae, Park Young Me, Lee Hyukjae, etc.
Length : Chapters
Genre : Romance

Happy reading!

`
"Kau memanggilku?"

"Duduklah. Kenapa wajahmu terlihat muram seperti itu? Kau kembali sakit, eoh?"

"Tidak. Aku hanya tidak sedang bersemangat."

"Karena Donghae?"

"Bagaimana bisa aku tenang sedangkan dia ada di rumah sakit dengan keadaan yang tidak baik, oppa."

Leeteuk berdiri dan menghampiri sang adik. Membawa gadis itu untuk duduk di sofa di ruang kerjanya.

"Tenanglah. Dia akan baik-baik saja."

"Kau dengar kemarin jika lukanya cukup serius. Aku bahkan tidak bisa sedikitpun memejamkan mata untuk menunggunya sadar malam itu."

"Aku tahu. Tapi setidaknya dia sudah melewati masa kritisnya, kan?"

Pri itu mengusap pelan kepala Young Me, perasaan gadis itu pasti benar-benar sedang tidak baik sekarang.

"Tapi aku ingin tahu keterangan dokter setelah memeriksanya. Bagaimana jika ada luka serius atau luka permanen?"

"Tidak akan. Dia bukan orang yang lemah. Kekasihmu itu bahkan sudah kabur dari tempatnya dirawat tadi malam."

"Mwo? Dia baru satu hari disana, oppa!"

Nada bicaranya mendadak meninggi dengan tatapan tidak percaya yang diarahkan pada Leeteuk.

"Kenapa mengatakannya padaku? Dia yang kabur, bukan aku."

"Bagaimana dia bisa pergi? Bukankah ada yang menjaganya?"

"Ada Donghwa disana, tapi saat itu dia meninggalkan Donghae karena ingin menemui dokter dan saat kembali, ruang inap kekasihmu itu kosong."

"Heish, pria itu. Bagaimana jika keadaannya semakin memburuk?"

"Jangan khawatir. Dokter sudah memeriksanya sebelum dia pergi dan hasilnya menunjukkan tidak ada luka dalam yang serius. Hanya saja dia seharusnya dirawat dulu untuk beberapa hari atau minggu."

"Lalu dia dimana sekarang?"

"Entahlah. Tanya saja sendiri padanya."

"Dia bahkan menunjukkan ketidaksukaannya padaku kemarin, bagaimana mungkin aku mencoba menghubunginya. Dia pasti akan mengacuhkanku."

"Baiklah baiklah, aku mengerti. Sudahlah, jangan menangis. Aku bosan melihatmu seperti ini."

Leeteuk memeluk dan mengusap punggung sang adik.

"Apa..."

"Hubungan kalian berakhir?"

"Entahlah. Aku mengatakan padanya jika aku benar-benar meminta maaf atas kesalahanku dan jika dia memang ingin mengakhiri hubungannya denganku, aku akan terima."

"Kau mengatakan itu karena kau merasa bersalah. Apa kau sendiri juga menginginkan perpisahan?"

"Aku tidak tahu, oppa."

Young Me menarik tubuhnya, melepas pelukan sang kakak.

"Aku hanya merasa seperti orang yang sangat jahat. Aku menyalahgunakan kepercayaannya. Aku merasa kasihan jika pria seperti Donghae oppa mendapatkan seseorang seperti ku."

"Jangan merendahkan dirimu seperti itu. Kau tidak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya jadi jangan memberi label buruk pada dirimu sendiri."

"Aku tahu. Tapi aku melakukan kesalahan besar. Akan sangat keterlaluan jika dia masih bisa memaafkanku."

"Tapi kau tahu bagaimana wataknya. Dan juga hubungan kalian sudah berjalan lama, kalian jadi semakin dewasa setelah bersama. Aku bisa melihat jika kalian sudah sangat saling mencintai, jadi tidak akan semudah itu untuk berpisah."

"Lalu bagaimana? Aku harus terus mengganggu dan memaksanya memaafkanku sementara dia merasa terganggu dengan kehadiranku?"

"Apa kau merasa dia memang tidak menyukai kehadiranmu?"

"Dari yang aku lihat memang seperti itu."

"Tidakkah itu hanya perasaanmu saja? Kau merasa bersalah dan berpikir dia sangat marah hingga membencimu?"

"Entahlah, oppa. Aku jadi tidak bisa membedakan antara hal yang benar terjadi atau hanya perasaanku saja."

"Kalau begitu tenangkan pikiranmu. Istirahatlah untuk beberapa saat, tentukan apa keputusanmu. Apa yang harus kau lakukan. Setelah itu temui Donghae, katakan sekali lagi permintaan maafmu lalu minta dia mengatakan apa keinginannya."

"Jika dia memaafkanmu dan menginginkan hubungan kalian berlanjut, pastikan kau menjaga kepercayaannya dan tidak mengulang kesalahan yang sama. Jika ternyata dia memang tidak bisa memaafkanmu dan berniat mengakhiri semuanya, kau harus terima. Bagaimanapun juga kau memang bersalah. Anggaplah dia memang bukan pria yang terbaik untukmu dan begitupun sebaliknya."

"Bagaimana?"

Young Me mengangguk, menghapus sisa-sisa titik air di pipinya.

Nasehat sang kakak cukup memberinya pencerahan, membuatnya tahu apa yang harus dilakukan.

"Aku akan mendukung apapun keputusanmu. Yang ku inginkan hanya yang terbaik untuk kalian, terutama untukmu, Young."

"Aku benci melihatmu kembali terpuruk seperti ini. Keadaanmu beberapa tahun yang lalu sudah berhasil membuatku hampir hilang kendali dan berniat mencari lalu menghabisi Hyukjae. Aku tidak ingin hal itu kembali terulang, walaupun Donghae bukan pihak yang bersalah disini."

"Yang ku tahu hanya aku akan berusaha agar tidak ada lagi air yang keluar dari matamu. Aku tahu kau sering merasa kesal dengan semua sikap menyebalkanku tapi bagaimanapun juga kau tetap adikku, salah satu wanita yang harus ku jaga jadi aku benar-benar akan melakukan apapun untukmu, Young."

Young Me menatapnya, apa sang kakak tengah mengungkapkan semua perasaannya sekarang?

Pria yang lebih sering menjadi teman bertengkar dibanding seorang kakak yang memanjakannya itu sedang mengutarakan isi hatinya?

"Oppa."

"Aku tidak peduli jika kau menganggapku terlalu protektif padamu atau terlalu ikut campur dalam hubungan kalian selama beberapa tahun ini. Aku hanya tidak ingin mengulang kesalahan dengan lalai menjagamu dan membiarkanmu terluka karena Donghae, sama seperti saat kau bersama Hyukjae."

"Jadi aku akan mencobanya, melakukan yang terbaik untukmu. Tapi aku akan tetap mendukung apapun keputusan yang kau buat, selama kau bahagia karenanya. Jadi buatlah kebahagiaan untuk dirimu sendiri, arra?"

"Arraseo."

Air matanya kembali tumpah dan membuat Leeteuk kembali memeluknya.

"Maaf aku selalu menyusahkanmu. Maaf aku selalu memancing emosimu. Aku seperti lupa jika kau tetaplah malaikat penjagaku, oppa."

"Aku tahu. Tidak apa. Toh aku tetap menganggapmu sebagai gadis kecilku, Young."

Young Me tersenyum lalu mengeratkan pelukan Leeteuk yang membuat pria itu ikut tersenyum.

"Sekarang apa perasaanmu sudah lebih membaik?"

"Hm. Aku merasa sangat tenang sekarang."

"Bagus. Pulanglah setelah ini, istirahat. Aku sudah meletakkan tiket liburan di mejamu. Pergilah jika kau ingin pergi, aku memberi cuti untuk tiga hari."

"Benarkah?"

Dia melepas pelukannya dan menatap Leeteuk.

"Bolehkah aku pergi?"

"Tentu saja. Selama kau berjanji keadaanmu akan membaik setelah kembali nanti."

Leeteuk mengusap pipi Young Me yang basah lalu mengusap kepalanya.

"Aku akan memikirkannya. Terima kasih, oppa."

Young Me dengan cepat mencium pipi kiri sang kakak.

"Kapan terakhir kali kau menciumku seperti itu?"

"Saat hari kelulusanku di sekolah menengah."

"Kau mengingatnya. Sekarang pulanglah. Siapkan keperluanmu jika kau memang ingin pergi."

"Hm."

"Rapikan penampilanmu. Orang akan berpikir macam-macam jika melihatmu berlinang air mata saat keluar dari sini. Mereka berpikir aku baru saja memarahimu habis-habisan."

"Tidak akan. Mereka tahu kau adalah kakak terbaik yang pernah ada."

"Tidak perlu memujiku. Aku sudah tahu itu."

"Ne. Aku akan pulang."

"Hm. Berhati-hatilah."

Leeteuk menatap sang adik yang berdiri lalu meninggalkan ruangannya.

Ekspresinya berubah, memikirkan apakah yang dilakukannya benar atau salah.

Tapi seperti yang ia katakan, hanya ingin melakukan yang terbaik yang ia bisa untuk Young Me.

Dan menurutnya, inilah yang terbaik.

~

"Tidak ada yang kau lewatkan?"

"Tidak ada, eonni. Semua sudah siap."

"Baiklah. Jaga dirimu, jangan memikirkan apa-apa disana. Kami memilih tempat yang kau sukai, jadi manfaatkan itu untuk menenangkan pikiranmu."

"Ne."

"Pikirkan semuanya baik-baik. Buat keputusan yang tidak akan kau sesali nantinya."

"Ne. Aku mengerti."

Young Me memeluk Hye Ri yang mengantarnya ke bandara hari ini.

Dia memutuskan untuk mengambil liburan yang diberikan oleh sang kakak. Mungkin akan membuat suasana hatinya membaik.

"Pergilah. Pesawatmu akan segera take off."

"Ne. Aku pergi, eonni."

"Ya. Jaga dirimu."

~

"Pesan makanan, setelah itu istirahatlah."

"Aku tidak lapar, eomma."

Young Me meletakkan koper-koper miliknya ke samping lemari pakaian.

Pesawatnya tiba satu jam yang lalu dan perlu waktu 30 menit untuk sampai ke resort yang disiapkan oleh Leeteuk dan Hye Ri.

"Baiklah, kalau begitu istirahat saja. Dan jangan lupa hubungi Leeteuk atau Hye Ri, katakan jika kau sudah sampai."

"Ne, eomma. Aku akan menghubungi lagi nanti."

"Ya, jaga dirimu."

"Ne "

Setelah menutup sambungan telepon dari sang ibu, gadis itu meletakkan ponselnya ke atas ranjang. Lalu berjalan menghampiri balkon.

Mereka memang memilih tempat yang sesuai untuknya.

Resort yang berada di pinggir pantai membuat pemandangan pasir putih, birunya air dan langit yang cerah akan menyambutnya saat membuka pintu balkon.

"Menyenangkan."

Cukup membuat perasaannya membaik. Tapi bukankah akan lebih baik lagi jika ada pria itu disampingnya?

Pria yang .... Ah, lupakan saja !

"Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mungkin menyia-nyiakan waktu seperti ini untuk tidur, kan?"

Young Me bergegas kembali ke dalam, membongkar koper dan mencari pakaian santai; hot pants dan kaos tipis berwarna cream.

Dia lalu segera mengganti pakaiannya. Mengenakan kaca mata, topi dan tentunya mp3 lengkap dengan earphone putih yang menjadi benda kesayangannya.

Berjalan-jalan dipinggir pantai dengan cuaca cerah seperti saat ini sangat menyenangkan, bukan? Karena waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore maka sinar matahari tidak terlalu terik dan menyengat.

Gadis itu larut dalam lagu yang di dengar, sibuk memainkan air yang menyentuh kedua kakinya lalu melempar senyum pada beberapa anak kecil yang tengah bermain dan membangun istana pasir kecil mereka.
Membuat pikirannya benar-benar tenang.

Setelah puas berjalan-jalan, dia mencari tempat yang tidak tersentuh air yang terbawa gelombang dan duduk disana.

Menikmati pemandangan yang tersedia dan angin yang menerpanya. Dengan ponsel yang sengaja ia tinggal di kamar maka tidak akan ada pesan atau panggilan yang dapat mengganggu.

"Noona."

Hingga ada seorang anak kecil yang menghampiri. Anak laki-laki yang terlihat menggemaskan dengan pipi chubbynya itu menyodorkan sebuah bunga.

Walau merasa heran, Young Me tetap melepas earphone dan menerima bunga yang diberikan itu.

"Gomawo. Kau memberikannya pada noona?"

Tanyanya lembut dan ramah yang hanya dibalas dengan senyuman lucu dari anak yang mungkin berusia sama dengan Hyun Bin itu.

Mungkin dia tidak tahu harus menjawab apa.

Hingga akhirnya dia hanya bisa melambaikan tangan padanya dan segera berlari pergi.

"Ey, lucu sekali."

Tingkah yang membuatnya tertawa dan semakin memperbaiki moodnya.

~

"Ini hidangan yang nona pesan."

Seorang petugas resort membawa meja berisi hidangan yang gadis itu pesan tepat setelah kembali dari kegiatan menyusuri pantainya.

"Terima kasih."

Dia menutup pintu setelah petugas itu meninggalkan kamarnya. Pandangannya kemudian terarah pada ponsel yang berdering di atas meja rias.

Ada panggilan masuk.

"Ne, oppa?"

Dari Leeteuk.

"Kemana saja kau? Aku menghubungimu sedari tadi !!"

"Ey, maaf. Aku sedang berkeliling tadi."

"Apa itu alasan agar kau bisa meninggalkan ponselmu?"

"Aku tidak ingin ada yang mengganggu jadi aku tidak membawanya."

"Setidaknya cepat hubungi aku setelah kau sampai. Kau membuatku khawatir."

"Baiklah, maaf. Aku lupa."

"Aish, sudahlah. Tidak apa jika kau berniat menenangkan pikiran dan mematikan ponselmu, tapi pastikan kami tahu keadaanmu dan tidak khawatir seperti ini."

"Arra. Aku sudah menghubungi eomma saat tiba tadi. Hanya saja aku lupa untuk menghubungimu."

"Ya sudah. Aku tidak akan mengganggumu, istirahat. Manfaatkan waktumu."

"Ne, oppa."

"Aku akan menutupnya."

"Ne."

Setelah memastikan pria itu sudah memutus sambungan teleponnya, Young Me segera duduk dan mulai menyantap hidangan yang tersedia. Kegiatan tadi sedikit membuat perutnya lapar, lagipula dia belum memakan apapun untuk makan siangnya.

~

Waktu menunjukkan pukul 7 malam sekarang. Tapi Young Me bahkan tidak berniat beralih dari ranjang untuk pergi keluar dan mengisi waktu makan malamnya.

Terlalu asik dengan kegiatannya menonton televisi.

Hingga ketukan di pintu kamar membuatnya bergegas turun dan membuka pintu.

"Nona Park Young Me?"

"Ya?"

Seorang petugas resort.

"Kami ingin memberikan undangan makan malam untuk anda."

"Makan malam?"

"Benar."

Petugas itu memberikan sebuah kartu kecil dengan logo sama yang digunakan resort dan nomor 25 yang tertera, sepertinya nomor meja yang akan digunakannya.

"Baiklah. Terima kasih."

~

Dengan dress sederhana berwarna coklat Young Me memasuki restoran yang berada di lantai dua resort itu.

Setelah menunjukan kartu yang ia dapat tadi, seorang pelayan membawanya ke sisi samping restoran atau lebih tepatnya balkon dari lantai itu.

Terdapat sebuah meja dengan beberapa lilin diatasnya.

"Terima kasih."

Ucapnya saat pelayan tadi menarikkan kursi untuknya duduk.

"Apa hanya aku sendiri?"

Dia sadar hanya ada satu kursi yang menemani meja itu dan kursi yang ia gunakan mengarah ke pantai, seperti sengaja dipersiapkan hanya untuk satu orang.

"Benar, nona. Silahkan tunggu sebentar, kami akan menyediakan hidangannya."

"Ne. Baiklah."

Mereka bahkan tidak bertanya hidangan apa yang ia inginkan. Apa sebenarnya ini?

Tidak lama setelahnya, seorang pelayan wanita membawakan hidangan pembuka berupa soup.

"Selamat menikmati."

"Terima kasih."

Ponselnya berdering tepat sebelum dia menikmati hidangannya.

"Ya, eonni?"

"Aku? Aku sedang makan malam."

"Tidak. Aku sebenarnya ingin tidur saja tadi tapi ada pelayan yang membawakan undangan makan malam."

"Ne. Tapi ternyata hanya ada aku sendiri. Aku bahkan tidak tahu siapa yang mengundangku."

"Haha, penggemar rahasia apanya? Aku bahkan baru satu hari disini, eonni."

"Hm. Mungkin saja. Apa Hyunnie sudah tidur?"

"Ah, sayang sekali."

"Ne, baiklah. Selamat malam, eonni."

Kenapa sepasang suami istri itu seakan berusaha untuk terus memantaunya?

Dia tidak akan bunuh diri dengan menenggelamkan tubuhnya ke pantai jika itu yang mereka takutkan.

"Baiklah, lebih baik aku makan sekarang."

~

"Nona, dessert pesanan anda."

Pelayan lain membawakan sepotong cake coklat untuknya setelah ia menyelesaikan menu utama beberapa menit yang lalu.

"Terima kasih."

"Lagi-lagi mereka menyediakan hidangan yang tidak ku pesan."

Young Me membatin.

Setelah makanan pembuka tadi, tanpa perlu memesan seorang pelayan datang membawakan hidangan berbahan udang dan ikan. Lalu mereka juga menyediakan dessert yang lagi-lagi tidak ia pesan.

Tapi anehnya semua hidangan itu memang sesuai dengan selera dan kesukaannya.

"Apa Leeteuk oppa yang memang mengaturnya?"

Dia menggeleng tidak peduli lalu mulai menyantap cake favoritnya itu.

~

Dengan ponsel di tangan kiri dan kedua sepatu hak tinggi di tangan kanan, Young Me berjalan menyusuri pantai (lagi).

Entahlah, dia selalu ingin turun dan berjalan-jalan disana kapanpun dia melihat air yang bergelombang.

Cahaya bulan dan sinar lampu dari resort yang memantul di permukaan air membuatnya merasa nyaman dan tenang, walaupun angin malam yang cukup menusuk sedikit mengganggu.

Terlalu bersemangat hingga tidak memperdulikan pakaiannya yang hanya berupa dress tanpa blazer yang membuat pundaknya bebas bersentuhan dengan angin.

"Ceroboh."

Tertawa dan merutuki dirinya sendiri.

Menyenangkan bisa memainkan air yang menyentuh kedua kaki telanjangnya.

"Maaf, nona."

Seorang pekerja resort mendatanginya.

"Ada apa lagi ini?"

Tanyanya dalam hati.

Cukup merasa lelah dengan para pelayan yang terus mendatanginya dan memberikan sesuatu yang aneh-aneh, seperti undangan makan malam tadi.

"Ini."

Dia menyodorkan sebuah jas hitam.

"Ne?"

Maksudnya?

"Seseorang meminta saya memberikan jas ini untuk nona."

"Boleh aku tahu siapa orang itu?"

Mulai merasa aneh dan sedikit risih.

"Dia tidak mengatakan namanya. Dia hanya menyampaikan jika nona pasti akan mengenalinya."

"Ah, baiklah."

Dengan terpaksa dia menerima jas itu dan tersenyum saat orang tadi pergi meninggalkannya.

"Jas milikmu kah ini, oppa?"

Tanyanya skeptis dan mencoba menangkap harum parfum sang pemilik yang mungkin menempel di jas itu.

Yang ada dipikirannya saat ini hanya Leeteuk, karena secara logika hanya keluarganya terutama sang kakak yang tahu jika dia berlibur di resort itu. Lagipula tidak mungkin orang asing yang tidak mengenalnya yang menyiapkan semua dari mulai makan malam bahkan meminjamkan jas ini kan?

Tapi tidak ada tanda apapun, parfum yang tertangkap indera penciumannya pun bukan parfum Leeteuk atau siapapun yang ia kenal.

Hawa dingin yang kembali menyerang membuat Young Me akhirnya memilih untuk mengenakan jas itu. Entahlah, tidak peduli siapa pemiliknya.

Yang terpenting dia tidak harus kembali ke kamarnya sekarang karena dia masih ingin menyusuri pantai itu.

~

~ Harue hanbeonman neol saenggakhae
Deo isangeun andwae akkyeo dul geoya
Himdeul eobtdeon haru ye sunshine geudaeman
Isseo jun damyeon O.K. geugeollo dwae
~ (Super Junior - A Day)

Deringan ponsel untuk yang kesekian kalinya sama sekali tidak mengusik tidur nyenyak Young Me. Mungkin karena gadis itu baru kembali ke kamar pukul 10 dan tidur pukul 1 dini hari.

Lagipula dia sedang berlibur, bangun lebih lambat juga tidak apa, kan?

Ponsel itu bukan hanya berdering karena alarm yang memang sudah ia atur setiap harinya tapi juga karena ada panggilan masuk dari Leeteuk.

Tidak bisakah pria itu melepaskan semua kekhawatirannya dan berhenti mengganggu? Dia yang memberi waktu untuk berlibur dan dia juga yang menjadi pengganggu di liburan ini.

Tapi... ini sudah hampir pukul 10 pagi ! Terlihat tidak wajar juga jika gadis itu masih belum bangun.

Baiklah, hanya ada satu cara untuk membuatnya bangun.

~tok tok tok~

Suara ketukkan pintu.

Tidak berhasil.

~tok tok tok~

Ketukkan kedua yang terdengar lebih nyaring.

"Enngh."

Berhasil !!

Young menggeliat dan perlahan membuka mata.

Suara ketukkan terdengar lagi dan membuatnya segera turun dari tempat tidur.

Sedikit merapikan rambutnya sebelum membuka pintu.

"Selamat pagi, nona. Hidangan yang anda pesan."

Lagi?

"Ya. Terima kasih."

Terima saja, agar pelayan itu bisa segera pergi dari kamarnya.

"See? Aku sama sekali tidak terbangun dan memesan makanan tapi hidangan ini datang sendiri. Lihat saja jika aku mengetahui dalangnya nanti."

Terlalu malas untuk kembali tidur membuatnya memilih untuk segera mandi.

Membersihkan tubuh selama kurang lebih 15 menit lalu mengisi perutnya setelah itu.

"Aku ingin jalan-jalan, tapi..."

Matanya menilisik pinggiran pantai; sepi. Sinar matahari sudah mulai terik dan mungkin membuat orang-orang enggan untuk keluar dan berjalan-jalan.

"Baiklah."

Lebih baik berdiam diri disini; di balkon, lalu mulai memasang earphone ke kedua telinganya dan mulai mendengarkan lagu-lagu yang terdapat di mp3 player berwarna birunya itu.

~

Selama lebih dari dua jam ia habiskan untuk berdiam di balkon tanpa beralih kemanapun. Dan selama itu dia sudah melakukan banyak hal; bermain game, berkirim pesan dengan Hye Ri dan sahabatnya, membaca cerita atau novel yang bisa ia temukan di internet, dan lain-lain.

Cukup membuat bosan dan mengantuk. Dan juga, lapar.

"Apakah liburanku hanya akan aku isi dengan makan dan tidur?"

Young Me bangkit dari kursinya dan berjalan ke dalam. Berniat menemukan coklat yang selalu ia bawa di tas.

Sebelum langkahnya terhenti setelah melewati pintu balkon. Terhenti karena ada yang mengganggu penglihatannya.

Entah karena dia mulai merasa mengantuk atau karena apa, di sofa yang berdekatan dengan tempat tidur ia melihat seseorang.

Tepatnya seorang pria yang tengah tertidur dengan posisi duduk.

Kenapa pria itu disini? Kenapa dia tidur di sofa? Bagaimana pria itu tahu kalau dia tengah berlibur di resort ini?

Yang terpenting, bagaimana dia bisa masuk ke kamarnya???

Daftar pertanyaan yang bermunculan di pikiran Young Me.

Tapi gadis itu hanya bisa diam di tempat, terlalu bingung dengan apa yang harus ia lakukan.

Juga bingung dengan perasaannya. Haruskah ia senang atau kesal karena kehadiran pria itu?

Apakah harus membangunkannya dan bertanya kenapa dia ada disini? Atau langsung saja mengusirnya pergi? Atau memintanya untuk berpindah dan tidur saja di ranjang, dibanding merasa kesakitan dengan posisinya sekarang?

Molla.

~TBC~
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar