Sabtu, 22 Oktober 2016

You & Me #9


Author : Reni Retnowati
Cast : Lee Donghae, Park Young Me, Lee Hyukjae, etc.
Length : Chapters
Genre : Romance

Happy reading!

`
"Kalian putus??"

"Ya."

"Hey, bagaimana bisa? Hubungan kalian sudah berjalan lama."

"Bagaimana bisa apanya? Dia melakukan kesalahan besar, dia membohongiku. Kau pikir aku tidak sakit hati?"

"Mungkin saja dia memiliki alasan."

"Alasan apa yang hingga membuatnya menyalahgunakan kepercayaanku?"

"Ya, aku tidak tahu. Kau yang harus bertanya padanya."

"Tidak. Aku sudah lelah. Lebih baik aku menjauh dan melupakannya."

"Apa kau yakin bisa? Kalian sangat mencintai satu sama lain."

"Saling mencintai tidak menjamin dia yang terbaik untukku."

"Dia tidak menjelaskan apapun padamu?"

"Dia tidak menjelaskan apa-apa karena memang aku tidak ingin mendengar apapun."

"Lalu apa kau yakin keputusanmu itu tepat? Kau yakin tidak akan menyesalinya?"

"Aku yakin. Walaupun sulit tapi aku akan berusaha. Aku tidak ingin terlalu terlihat bodoh dengan masih mempercayainya."

"Bagaimana jika tiba-tiba dia datang dan meminta maaf?"

"Aku akan memaafkan."

"Jika dia menjelaskan semua dan memintamu kembali?"

"Aku tidak akan berpikir dua kali untuk menolak."

"Kau akan menyesal karena menyia-nyiakan seseorang sebaik dirinya."

"Dia yang akan menyesal karena mengkhianatiku."

"Young."

Young Me mengalihkan pandangan dari dua orang wanita yang asik mengobrol di meja di sampingnya.

"Apa yang kau lihat?"

"Tidak ada."

Gadis itu menyuapkan potongan ikan ke mulut Donghae.

"Tidak ingin jalan-jalan? Cuacanya sedang cerah."

"Tidak. Kau akan kelelahan jika kita berjalan-jalan sekarang."

"Aku baik-baik saja. Aku akan menemanimu jika kau mau."

"Tidak perlu, oppa. Lagipula aku sudah cukup puas menyusuri tempat ini kemarin."

"Benarkah?"

"Benar. Sekarang makanlah saja cepat agar kau bisa cepat kembali istirahat."

"Aku tidak ingin istirahat. Aku ingin mengajakmu pergi setelah ini."

Pria itu meneguk air mineral dihadapannya.

"Kemana? Aku tidak ingin pergi kemanapun."

"Ayolah, lagipula tempatnya tidak terlalu jauh. Hanya memakan waktu 15 menit."

"Tidak. Keadaanmu tidak baik."

"Berhenti mencemaskan keadaanku, sayang. Aku tidak apa. Lagipula ini hari terakhir kita disini, kan?."

"Aku tahu. Tapi-"

"Sebentar saja. 1 jam?"

Young Me diam dan menatap pria yang tengah memasang wajah memohon itu.

"30 menit?"

"Jika kau mulai merasa lelah kita kembali kemari."

"Deal !"

Donghae tersenyum senang dan segera melanjutkan kegiatan makannya.

~

"Jadi kapan kau menyiapkan semua ini? Bukankah kau kabur dari rumah sakit kemarin?"

"Setelah kau pulang saat itu, aku menghubungi Leeteuk hyung dan meminta sarannya. Aku ingin meminta maaf tapi tidak tahu caranya."

"Lalu apa saran yang dia berikan?"

Young Me merapikan rambut Donghae yang sedikit berantakkan karena angin yang masuk melalui jendela mobil.

"Aku harus menemui dan meminta maaf langsung padamu. Tapi aku harus mencari tempat yang kau tidak akan bisa menghindar. Jika aku datang ke apartemenmu kau pasti akan mengusirku."

"Dan oppa menyarankanmu untuk menyiapkan liburan ini?"

"Ya. Aku akhirnya menyiapkan semua dan meminta bantuannya untuk memberikan tiket itu."

"Kalian selalu saja bersengkokol seperti itu, eoh?"

"Aku tidak punya orang lain yang bisa membantuku saat melakukan sesuatu yang berhubungan dengamu."

"Apa oppa pernah menemuimu setelah kejadian hari itu?"

"Kejadian yang mana?"

Nada suara dan ekspresi Donghae mendadak jadi dingin.

"Anni. Lupakan saja."

Membuat Young Me menciut dan akhirnya membatalkan niat untuk bertanyanya.

~

"Apa yang kita lakukan disini?"

"Berkeliling."

"Ey, kalau begitu kenapa tidak di resort saja? Pemandangannya tetap sama, kan?"

Gadis itu terus menggerutu semenjak sampai ditempat yang Donghae maksud.

Pria itu menyetir mobil lalu membawanya ke tempat yang sama; pantai. Dua hal yang membuatnya kesal. Bisa saja kan mereka menggunakan supir tanpa harus membuat pria itu bersusah payah menyetir? Lalu bukankah mereka sudah bisa menikmati pemandangan pantai dari resort? Jadi untuk apa datang kemari?

"Diamlah, kau jadi semakin cerewet."

"Dan kau semakin menyebalkan."

"Arraseo, nyonya Lee!!"

Pria itu memberi penekanan pada kata 'Nyonya Lee' lalu dengan cepat mengecup bibir Young Me; berniat menghentikan gerutuannya.

Namun yang ia dapat justru rentetan pukulan ringan dan cubitan dari gadis itu.

"Bagaimana jika ada yang melihat tadi?? Kau menjengkelkan."

"Karena itu, berhentilah menggerutu. Atau aku akan melakukannya lagi."

"Awas saja jika kau berani."

"Baiklah. Kita hentikan saja. Kita bahkan masih berada di samping mobil sedari tadi."

Donghae mengusap pipi sang gadis yang cemberut di hadapannya lalu menarik tangan dan membawanya memasuki gerbang sederhana yang menjadi pintu masuk tempat itu.

Sebenarnya tempat yang pria itu maksud adalah perternakan sekaligus tempat penyewaan kuda.

Para pengunjung bisa berinteraksi bersama kuda-kuda yang ada dan juga bisa menunggangi mereka seraya menyusuri pinggir pantai.

Terdengar lebih romantis bukan dibanding hanya berjalan kaki menyusuri tempat berair itu?

"Aku tidak bisa menunggang kuda. Kau tahu itu."

"Itu salahmu sendiri. Bukankah aku pernah mengajakmu untuk belajar menunggang?"

"Aish, oppa..."

"Arra arra. Aku juga tidak mungkin membiarkanmu mendapat kuda sendiri. Kau akan bersamaku."

Young Me mengikuti Donghae yang menghampiri seorang pekerja disana yang kemudian membawa seekor kuda putih yang akan mereka tunggangi.

"Aku takut."

Gadis itu terus berusaha menjauh dari kuda yang sudah dipegang talinya oleh Donghae itu.

"Tidak apa. Tenang saja."

Pria itu tersenyum lalu memastikan sang kekasih sudah sedikit tenang dan tidak terlalu takut lagi.

Lalu dengan bantuan salah seorang pekerja, Donghae berhasil naik ke punggung kuda dan sedikit mengendalikan hewan yang terlihat tenang itu.

"Silahkan, nona."

Giliran Young Me. Dia terus menatap sang kekasih yang juga tengah menatapnya.

"Ayolah. Tidak apa."

Sedikit menenangkan hati dan membuatnya mengangguk.

Tangan kanannya berpegangan pada pekerja yang berusaha membantu, sementara tangan kiri ia gunakan untuk sedikit menyingkap rok panjang yang ia gunakan.

Entah hal yang menguntungkan atau merugikan saat dirinya memilih mengenakan rok panjang berwarna cream favoritnya itu.

"Benarkan posisimu."

Donghae memastikan Young Me yang duduk menyamping memiliki posisi yang tepat dan nyaman agar gadis itu tidak terjatuh nanti.

"Sudah?"

"Sudah."

Kedua tangannya melingkar erat di pinggang Donghae.

"Santai saja. Kita akan berjalan pelan."

"Tidak ada yang santai untukku saat ini."

"Baiklah. Jangan menggerutu. Suaramu terdengar sangat nyaring sekarang."

Donghae menarik sedikit tali kekang dan menghentakan kaki ke tubuh kuda yang membuat hewan itu mulai berjalan secara pelan.

"Jangan pejamkan matamu, eoh?"

"Aku tidak memejamkan mata."

"Tapi kau menempelkan wajah ke pundakku. Itu sama saja."

"Ey, diamlah."

"Aku mengajakmu kemari agar bisa melihat pemandangan. Jika kau menutup matamu lalu apa gunanya?"

"Hm. Baiklah baiklah."

Young Me sedikit melonggarkan lingkaran tangannya.

Lalu mulai mengedarkan pandangan; mengikuti perintah sang kekasih.

Pemandangannya memang nampak lebih indah, dan tentu saja lebih romantis.

Dan pakaian yang Young Me kenakan juga cocok dan membuatnya terlihat lebih cantik; rok panjang yang menari-nari karena tiupan angin, begitu juga dengan rambutnya.

"Bagaimana? Lebih baik dari hanya berjalan kaki, kan?"

"Hm. Tapi kenapa tidak ada orang lain disini?"

"Kita datang bukan saat hari libur jadi tidak ada banyak pengunjung."

"Benarkah? Bukan karena kau yang mengaturnya?"

Donghae diam dan memilih menggerakkan kepalanya seakan-akan tengah menikmati pemandangan.

"Ey, benarkan? Kau yang mengaturnya?"

"Hanya ingin membuat suasana lebih spesial untuk kita berdua."

"Cih, alasan."

"Tapi kau menyukainya, bukan?"

"Aku menyukainya karena ada kau disini."

"Begitupun aku."

Pria itu meraih tangan kiri Young Me yang melingkari perutnya, menggenggam dan menciumnya.

"Kau tidak lelah, oppa?"

"Tidak. Kau?"

"Tidak. Hanya mengantuk."

Posisinya yang seakan bersandar pada tubuh Donghae dengan angin yang menerpa sedari tadi membuatnya sedikit mengantuk.

"Jangan tertidur, sayang. Aku tidak menanggung resiko jika kau terjatuh."

"Kau tidak akan menangkapku?"

"Dengan posisi seperti ini? Tidak."

"Kejam."

Gadis itu semakin mengeratkan tangan dan menempelkan tubuhnya. Benar-benar merasa nyaman saat dapat memeluk sang kekasih.

"Kita berhenti disini saja, eoh?"

Kuda putih yang mereka tunggangi berjalan membawa mereka ke pinggiran pantai yang cukup jauh dari perternakan dan tentu saja benar-benar tidak ada orang lain disana.

"Hm."

"Duduklah yang tegap dan lepaskan tanganmu."

"Hm?"

Dia heran tapi tetap melakukannya. Hingga akhirnya Donghae dengan secepat kilat loncat turun dari atas kuda dan membuatnya berteriak takut.

"Oppa !! Apa yang kau lakukan??"

"Hey, diamlah. Jangan banyak bergerak."

"Aku takut !!"

"Aku tahu. Tapi jika kau banyak bergerak kuda ini akan panik dan berlari dengan kau tetap diatasnya."

Donghae berusaha menenangkan sang kekasih dengan tetap memegang erat tali kekang kudanya agar hewan itu tidak tiba-tiba bergerak.

Dia juga memegang kedua kaki Young Me, memastikan gadis itu tenang dan tidak melakukan sesuatu yang dapat membuatnya terjatuh.

"Turunkan aku."

"Turunlah sendiri. Melompat."

"Aku tidak bisa ! Oppa !!"

Dia justru jadi semakin panik.

"Itu resikomu. Siapa suruh kau memilih untuk mengenakan rok tadi?"

"Oppa... Kau akan membuatku menangis."

"Arraseo. Tapi tenanglah dulu dan lihat aku."

Dia mengerti jika kekasihnya itu benar-benar ketakutan sekarang.

"Pastikan kau bisa melihatku dengan jelas."

Mata sayu gadis itu menatapnya. Walaupun terlihat raut takut disana.

"Aku akan menurunkanmu jika..."

Pria itu menunduk lalu mencari sesuatu dari saku celana.

"Kau bersedia menikah denganku."

Dia mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah dan membukanya. Didalamnya terdapat cincin polos yang Young Me ketahui sebagai cincin milik ibu Donghae.

Lebih tepatnya cincin yang didapat sang ibu dari neneknya. Cincin warisan? Ya, mungkin sejenis itu.

Sang ibu berencana memberikan cincin itu pada Donghwa karena dia anak pertama dan kemungkinan besar dia yang akan menikah lebih dulu.

Tapi pria itu menolak dan mengatakan agar cincin itu diberikan pada Donghae. Dan bisa sang adik gunakan untuk melamar kekasihnya nanti.

Young Me mengetahuinya karena Donghae sendiri yang bercerita padanya.

"Kenapa diam? Jika kau tidak menjawab kau akan terus berada diatas."

Suara Donghae terdengar nyaring walaupun suara angin dan riuh gelombang sedikit menggema.

"Kenapa kau melakukannya disini? Aku tidak bisa berpikir jernih."

"Yaa, nona Park! Untuk apa kau memerlukan tempat lain untuk berpikir? Kau memiliki pikiran untuk menolak, eoh?"

"Sedikit."

"Heish, aku akan melepaskan tali kekang ini dan membiarkan kau pergi bersama kudanya."

"Hei, kau memaksaku dibawah ancaman."

"Aku tidak peduli. Cepat katakan kau bersedia menikah denganku, jika tidak maka aku akan benar-benar melakukannya."

Donghae menatap Young Me yang tengah menahan senyum dihadapannya.

"Cepatlah saja jawab, Young."

Suaranya mulai terdengar seperti rengekkan.

"Kau tahu berapa lama aku menyiapkan ini?"

"Dan kau tahu berapa lama aku menunggumu melakukan ini?"

"Maaf, terlalu banyak hal yang ku pikirkan. Terlebih lagi adanya masalah hari itu, aku semakin pusing dan bingung. Tapi aku yakin aku tidak cukup bodoh untuk melepas dan membiarkanmu pergi dariku."

"Terima kasih dan ... maaf."

"Berhenti mengatakan kata 'maaf' ! Aku benci mendengarnya."

Young Me mengangguk dan kembali tersenyum.

"Sekarang cepat berikan jawabanmu. Aku menunggu !"

"Heish, tentu saja aku bersedia."

"Benarkah?"

"Benar. Sekarang cepat turunkan aku."

"Kau menjawab 'ya' hanya karena ingin turun?"

"Aku menjawab 'ya' karena ingin segera turun dan menghabisimu."

"Ey."

"Cepat..."

Gadis itu mengulurkan kedua tangan; meminta sang kekasih segera menurunkannya.

"Baiklah baiklah. Turunlah perlahan."

Donghae mendekat dan menangkap tubuh Young Me yang dengan cepat turun dari atas kuda.

"Aku katakan tadi perlahan."

"Aku tidak mendengarnya."

Gadis itu terkekeh dan mengeratkan kedua tangan yang melingkar di leher Donghae.

Pria itu menahan tubuh sang kekasih dan menggunakan kedua tangan untuk menopang Young Me dan membuat wajah mereka saling berhadapan. (n/b : paham gk? Kalo gk paham, bayangin pas Ming gendong istrinya di foto pre-wed. Yg si cewek pake baju sweater itu *peace*.)

"Terima kasih. Kita akan segera membicarakannya bersama yang lain."

"Aku juga berterima kasih padamu. Aku tidak berpikir hubungan kita akan berlanjut ke pernikahan seperti ini."

"Aku pun berpikir seperti itu. Tapi, sepertinya kita memang ditakdirkan untuk bersama."

Gadis itu mengangguk dan kembali tersenyum.

"Tapi kau tetap saja menyebalkan."

"Tidak perlu mengulangnya, nona. Suamimu ini memang menyebalkan."

"Heish, kau belum menjadi suamiku."

"Tapi akan. Lagipula kau sudah menjadi milikku, bukan? Mulai sekarang apapun yang ada padamu adalah milikku."

"Termasuk..."

Donghae memajukan wajah dan meraih bibir sang kekasih. Mengecupnya untuk beberapa saat.

"Itu juga milikku."

"Mesum."

"Apanya yang mesum? Aku hanya menciummu. Kau ingin aku melakukan hal yang lebih lagi?"

"Jangan berani."

"Kenapa? Lagipula tidak ada siapapun disini. Kalaupun kau berteriak meminta tolong tidak akan ada yang mendengarnya."

"Jangan macam-macam! Turunkan saja aku cepat."

"Baiklah, nyonya Lee."

Donghae dengan perlahan melepas kedua tangan dan menurunkan sang kekasih dari gendongannya. Lalu segera memasangkan cincin yang ia genggam sedari tadi ke jari manis Young Me

"Aku harap kau bahagia bersamaku."

"Aku akan bahagia selama kau juga bahagia jika aku mendampingimu."

Donghae tersenyum dan mengecup kening kekasihnya. Kemudian bergerak hendak meraih bibir gadis itu, sebelum tubuhnya ditahan.

"Wae?"

"Aku malu. Ada banyak temanmu disini."

"Teman?"

"Teman. Temanmu yang sedang berenang di pantai ini.

"Mwo? Yaa Nona Park !! Kau menyamakanku dengan ikan?"

"Bukankah kau memang ikan, eoh?"

"Yaa ! Beraninya kau !"

Donghae berniat meraih sang kekasih yang tertawa seraya menjauh darinya itu tapi karena tangan kirinya terlilit tali kekang kuda, gadis itu berhasil lolos dari jangkauannya.

"Kemari kau nona Park. Aku akan memberimu hukuman karena telah menyamakanku dengan ikan."

"Kemarilah. Tangkap aku jika kau bisa."

"Yaa !! Park Young Me !!"

~TBC~
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar