Sabtu, 22 Oktober 2016

You & Me #5


Author : Reni Retnowati
Cast : Lee Donghae, Park Young Me, Lee Hyukjae, etc.
Length : Chapters
Genre : Romance

Happy reading!

`
"Noona."

Hyun Bin menatap Young Me yang terus menangis di hadapannya.

"Noona, jangan menangis."

"Hyunnie."

Dia menarik anak itu dan kembali memeluknya.

"Noona sedang sedih."

"Apa karena Hyun Bin? Hyun Bin janji tidak akan nakal lagi."

"Tidak. Hyun Bin tidak nakal."

"Apa noona rindu Donghae samchon?"

Hyun Bin mengusap sembarang air mata di wajah Hye Ri.

"Apa noona ingin Hyun Bin menelpon samchon?"

"Tidak perlu, sayang. Kau baik sekali."

Young Me mengangkat wajahnya saat mendengar suara pintu terbuka.

"Kau menemukannya?"

Gadis itu langsung berdiri saat melihat Leeteuk muncul.

"Tidak. Aku sudah mencarinya kemana-mana."

"Lalu bagaimana?"

Gadis itu kembali menumpahkan air matanya.

"Sudahlah, berhenti menangis."

Pria itu menarik dan memeluknya.

"Kau tahu wajahmu itu sudah sangat merah sekarang?"

"Aku khawatir, oppa. Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya?"

"Tenanglah, dia akan baik-baik saja. Kekasihmu itu bukan pria yang ceroboh."

Leeteuk mengusap kepala sang adik dan menatap Hyun Bin yang juga menatapnya.

"Tapi oppa-"

"Sudahlah, Young. Jangan seperti ini. Kau membuatku khawatir."

"Dia mungkin sedang menenangkan dirinya, kau tunggulah dulu."

Leeteuk melihat jam di tangannya. Pukul 9 malam. Pria itu berjalan membawa adiknya ke dalam kamar.

"Istirahatlah, kau bisa sakit jika terus seperti ini. Aku akan membawa Hyun pulang, dia sudah mengantuk."

"Kau sudah memeriksa lagi apartemennya kan, oppa?"

Gadis itu duduk di ranjang dengan pandangan tetap pada Leeteuk.

"Sudah Park Young Me! Dia tidak ada disana, aku sudah mencari di kantor dan beberapa tempat yang mungkin dia datangi tapi tidak ada."

Perkataannya penuh dengan penegasan, dan sedikit nada kesal.

Baginya reaksi Young Me sedikit berlebihan tetapi saat melihat wajahnya yang sangat sedih dan khawatir pria itu tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti permintaannya.

"Aku akan pulang sekarang. Kau segera tidur dan jangan pergi kemana-mana, aku akan menjemputmu besok."

Young Me mengangguk dan merebahkan tubuhnya.

"Maaf merepotkanmu."

Ucapnya saat Leeteuk sudah membalik badan dan melangkahkan kaki. Pria itu tidak menoleh ke belakang dan hanya menggunakan tangan sebagai isyarat atas ucapan Young.

~

"Oppa, apa yang kau lamunkan?"

Hye Ri baru saja kembali dari kamar Hyun Bin dan menemukan suaminya tengah duduk termenung di atas ranjang.

"Aku tidak melamunkan apa-apa. Apa Hyun sudah tidur?"

"Sudah. Setelah menghabiskan susunya dia langsung tertidur."

Wanita itu naik ke ranjang dan duduk di sampingnya.

"Benarkah? Maaf aku tidak memberitahumu tadi, aku terlalu panik saat mendengarnya menangis."

"Tidak apa. Aku tahu dia pasti sangat sedih."

"Sangat. Walaupun menurutku dia terlalu berlebihan."

"Dia hanya khawatir. Yang ku tahu mereka tidak pernah bertengkar hingga seperti ini bukan?"

"Ya, kau benar."

"Lalu apa kau benar-benar tidak tahu Donghae ada dimana?"

"Dia ada di apartemennya."

"Benarkah? Bukankah kau tadi mengatakan sudah mencarinya di apartemen dan akhirnya mencari ke tempat lain?"

"Ya, aku memang mencarinya."

~FLASHBACK~

"Ya, hyung?"

"Siwon-ah, apa kau tahu ada dimana Donghae?"

"Donghae? Aku tidak tahu. Memangnya ada apa, hyung?"

"Tidak. Mereka sedang bertengkar dan Donghae menjadi sulit untuk dihubungi."

"Mereka? Donghae dan Young Me?"

"Ya."

"Kau sudah mencari di apartemennya, hyung?"

"Sudah. Dia tidak ada disana."

"Di kantornya?"

"Dia juga tidak ada disana."

"Benarkah? Aku tidak tahu tempat mana yang sering dia kunjungi."

"Club yang pernah kalian datangi mungkin?"

"Club? Dia tidak mungkin pergi
ke club, hyung. Aku yakin dia akan segera kembali ke apartemennya, dia tidak punya tempat lain untuk di kunjungi selain kantor dan apartemen Young Me."

"Benarkah? Baiklah, aku akan memeriksa kembali apartemennya. Terima kasih, dan maaf mengganggumu."

"Ya, hyung. Tidak apa."

Leeteuk meletakkan ponsel ke jok di samping kemudi dan kembali fokus ke jalanan.

Siwon adalah satu-satunya teman Donghae yang dia kenal. Mereka pernah kerja sama dalam suatu proyek perusahaan dulu.
Pria itu lalu berputar balik berniat kembali memeriksa apartemen Donghae.

"Haish, jika aku tidak sedang berbaik hati aku tidak akan mau membantumu, Young."

Gerutunya saat turun dari mobil dan kemudian memasuki lift, naik ke lantai dimana apartemen Donghae berada.

Setelah sampai pria itu segera menghubungi sang adik, berniat menanyakan password apartemen Donghae agar ia bisa langsung masuk tanpa menunggu di luar.

Saat berdiri di depan pintu pria itu masih menunggu Young Me menerima panggilannya dan lalu dengan iseng menekan bel yang terlihat di depannya.

"Eoh?"

Leeteuk terkejut saat dengan tiba-tiba pintu terbuka dari dalam dan menampilkan kekasih adiknya dengan rambut yang sedikit acak-acakkan dan dasi yang sudah tak rapi lagi masih menggantung di leher. Pria itu segera membatalkan panggilan di ponselnya.

"Hyung, masuklah."

Ucapnya menyadarkan Leeteuk dari kesibukkannya.

"Duduklah, hyung."

"Young yang memintamu kemari?"

Tanyanya setelah Leeteuk duduk di sofa dihadapannya.

"Ya. Dia tiba-tiba menghubungiku dan memintaku menjemputnya disini."

"Disini?"

"Dia mengatakan kalian bertengkar lalu saat dia kemari kau tidak ada. Dia bahkan menunggumu tadi."

"Aku pergi ke tempat Donghwa hyung dan baru saja kembali."

"Benarkah? Dia panik karena kau tidak bisa dihubungi, dia terus saja menangis karena mengkhawatirkanmu."

"Aku sangat marah tadi dan sengaja menonaktifkan ponselku."

Leeteuk mengangguk dan memperhatikan Donghae yang menunduk seraya melepas dasi di lehernya.

"Aku tidak bisa mengatakan apa-apa saat ini, aku tidak ingin ikut campur. Yang bisa ku katakan ini semua hanya salah paham, kau harus menanyakan sendiri padanya dan selesaikan masalah kalian secepatnya."

Pria itu mengangkat wajah dan menatapnya.

"Aku akan kembali sekarang, kau istirahatlah."

Leeteuk berdiri dan membalik badan.

"Hyung, bisa kau bantu aku? Jangan katakan padanya aku ada disini, katakan saja kau belum menemukanku."

Donghae ikut berdiri dan melihat Leeteuk yang menatapnya.

"Aku akan menemuinya nanti tapi aku ingin menenangkan diriku terlebih dulu saat ini. Jadi, bisa kau membantuku, hyung?"

Pintanya sedikit ragu, terlebih saat pria itu hanya menatapnya dan terdiam.

"Baiklah. Aku harap kau bisa segera menghubunginya, aku tidak ingin gadis itu sakit karena hal ini."

"Baik, hyung. Terima kasih."

"Ya, dan juga obati lukamu."

Donghae menyentuh pipinya yang lebam.

"Dia akan sangat sedih jika melihat lukamu masih seperti itu."

"Ya, hyung. Aku mengerti."

Ucapnya lalu mengantar pria yang lebih tua tiga tahun darinya itu keluar.

~FLASHBACK END~

"Hey, gadis pemalas. Bangunlah, kau bisa terlambat nanti."

Leeteuk menyingkap tirai di kamar Young Me. Pria itu segera kemari setelah mengantar Hyun Bin pergi ke sekolah.

"Young."

Panggilnya lalu menyingkap sedikit selimut yang menutupi tubuh dan kepala sang adik. Gadis itu masih memejamkan mata dengan sebuah jas dipelukkannya.

"Bangunlah, Park Young Me!"

Pria itu meninggikan suara dan mengusap rambut Young Me.

"Young? Kau sakit?"

Wajah Young Me terasa hangat di tangannya.

"Oppa.."

Suara gadis itu terdengar lirih.

"Ada apa? Kenapa kau jadi demam seperti ini?"

"Kepala ku sakit."

Ucapnya lagi.

"Pasti karena kau terus menangis tadi malam. Aku sudah menyuruhmu untuk istirahat dan jangan memikirkan hal lain, bukan?"

Suara Leeteuk semakin meninggi dan membuat Young Me membenamkan wajahnya lebih dalam.

"Haish, baiklah baiklah. Sekarang bangun! Aku harus memeriksamu."

Ucapnya lalu menarik tangan sang adik dan berhasil membuatnya bangun dan terduduk.

"Apa yang kau makan tadi malam?"

Tanyanya seraya memeriksa kening dan leher gadis yang kemudian menggeleng itu.

"Hanya air putih."

Leeteuk membuka laci meja kecil di samping ranjang dan mengambil sebuah termometer.

"Benarkah? Kenapa kau tidak sekalian saja keluar dan berdiam di tengah hujan agar sakitmu bisa semakin parah? Bukankah tadi malam hujan turun sangat deras?"

Dia menatap Leeteuk dan kemudian menuduk.

"Apa? Kau benar-benar keluar?"

Pria itu menatapnya sangar.

"Aku hanya keluar sebentar."

"Ya!"

Dia mengetukkan termometer di tangannya ke kepala Young Me dan membuatnya mengaduh kesakitan.

"Kau memang sulit untuk di nasehati, eoh?"

"Ada sesuatu yang harus ku beli, saat aku berjalan pulang hujan turun. Karena tidak terlalu jauh aku tidak berteduh dan langsung saja kembali."

"Dan tubuhmu basah?"

Gadis itu mengangguk dengan kepala yang tertunduk lagi.

"Bagus. Teruskan saja seperti itu."

Leeteuk bangun dan berjalan ke meja rias, membuka laci dan mencari obat penurun demam.

"Minumlah."

Perintahnya seraya menyodorkan segelas air putih.

"Aku akan pergi sekarang, aku bisa terlambat nanti."

Pria itu bangun dan meraih jas yang diletakkannya di ujung ranjang.

"Nanti si- apa? Kau ingin kemana?"

Gerakkannya terhenti saat melihat sang adik mengikutinya berdiri.

"Aku akan bersiap-siap. Kau tunggulah sebentar, oppa."

Gadis itu dengan sedikit terhuyung berniat pergi ke kamar mandi namun terhenti karena Leeteuk berdiri di hadapannya.

"Bersiap-siap apa? Jangan pergi ke kantor! Aku memberimu cuti tiga hari."

"Tapi oppa-"

"Jangan membantah."

Pria itu membalik tubuh Young Me dan sedikit mendorongnya agar kembali ke ranjang.

"Aku atasanmu. Kau harus menuruti perintahku."

Gadis itu hanya mengerucutkan bibir dan kembali naik ke atas ranjang.

"Besok akan ku bawa Hyun kemari. Jika aku tidak sibuk."

"Ne."

~

"Noona!!"

Hyun lari menaiki ranjang begitu Leeteuk membuka pintu kamar Young Me.

"Hyunnie."

"Noona, Hyun membawakan buah untuk noona."

Anak berusia 5 tahun itu segera duduk di hadapan noonanya.

"Benarkah? Hyun sudah makan?"

Anak itu menggeleng seraya menampilkan deretan gigi putihnya.

"Ingin noona buatkan sesuatu?"

Gadis itu menatap Leeteuk yang duduk di sofa di pojok kamar setelah meletakkan sekeranjang buah ke atas meja riasnya.

"Tapi noona sedang sakit."

"Kenapa wajahmu semakin pucat? Kau belum meminum obatmu?"

Leeteuk bersuara dengan pandangan terarah pada ponsel ditangannya.

"Benarkah? Tapi aku sudah meminumnya."

"Cih, apa kau yakin? Suaramu bahkan masih serak."

"Noona?"

Hyun Bin menarik-narik tangan Young Me yang berada didekat tubuhnya.

"Ya?"

Gadis itu segera mengalihkan pandangan ke arah keponakannya itu.

"Noona sudah mencoba bubur yang appa bawa tadi malam? Hyun yang membuat bubur itu."

"Hyun yang membuatnya?"

"Hyunnie ikut membantu eomma."

"Benarkah? Pintar sekali."

Dia mengusap puncak kepala Hyun Bin.

"Hyun, ayo kita pergi. Kita harus menjemput eomma."

"Appa. Hyun ingin bersama noona."

"Lalu eomma bagaimana? Lagipula noonamu perlu istirahat."

"Tidak mau."

Hyun memeluk Young Me dan meletakkan kepala di ceruk leher gadis yang langsung mengusap punggungnya itu.

"Hyun tidak ingin pulang?"

Leeteuk berdiri disamping ranjang dan mengulurkan tangan untuk mengusap kepala Hyun Bin.

"Kalau begitu appa akan menjemput eomma sekarang lalu setelah itu appa akan pergi membeli es krim dan kemudian appa akan menemui halmeoni bersama eomma."

Dia sengaja mengatakan hal-hal yang menjadi kesukaan anaknya, seperti membeli es krim dan pergi ke rumah halmeoninya.

"Bagaimana?"

Hyun melepas pelukannya dan menatap Young Me.

"Noona, Hyunnie akan pulang!"

Ucapnya segera lalu mencium pipi kiri noonanya dan turun dari ranjang.

"Noona sampai jumpa."

Anak itu melambaikan tangannya antusias.

"Sampai jumpa, Hyunnie sayang."

Young Me memperhatikan Hyun Bin yang berjalan lebih dulu dari ayahnya. Sementara pria yang baru berjalan beberapa langkah itu membalik badan saat Hyun sudah berada diluar kamar dan menatapnya.

"Aku tahu kau menangis lagi tadi malam. Berhenti dan pulihkan kesehatanmu."

Ucapnya yang berhasil membuat Young Me menunduk. Dia sudah berusaha untuk menutupi kesedihannya di depan Leeteuk dan Hyun Bin, namun nyatanya sang kakak menyadari itu.

"Dia masih tidak dapat dihubungi."

Alasan kenapa dirinya menangis (lagi) tadi malam.

"Dia akan kemari jika dia masih menganggapmu sebagai kekasihnya. Selama itu, lebih baik kau selesaikan urusanmu dan Hyukjae!"

"Urusanku sudah selesai dengannya."

"Selesai? Apakah kalian sudah mengatakan berpisah dihadapan eommanya?"

"Entahlah. Hyukjae oppa mengatakan dia akan mengatakan sendiri pada ajhuma dan ajhuma juga sudah kembali ke Jepang sekarang."

"Cih, dia mengakhirinya setelah semua ini terjadi. Seharusnya semua sandiwara ini selesai sebelum ada masalah, bukan setelah munculnya masalah."

"Sudahlah, oppa. Aku hanya ingin membantunya."

"Dan mengorbankan kehidupanmu? Ini sama saja dia lari dari tanggung jawabnya."

"Tapi oppa-"

"Aku sudah cukup muak menutupi semua kegiatan kalian selama tiga bulan ini."

"Setelah ini jangan pernah berurusan lagi dengannya. Jangan pernah membantunya lagi dalam hal apapun. Atau aku yang akan memastikan pria itu benar-benar lenyap dari kehidupanmu."

Gadis itu hanya mengangguk, tak berani menatap sang kakak yang tengah murka dihadapannya itu.

"Camkan itu baik-baik. Dan, aku membawakanmu makanan dan membelikan beberapa keperluanmu. Aku sudah mengganti password apartemen dan akan memberitahukannya padamu lusa. Selama itu, istirahat lah."

Mengganti password apartemen? Bukankah itu berarti pria itu mengurungnya?

"Oppa! Kenapa kau menggantinya?"

"Aku harus memastikan kau tidak akan keluar kemana-mana."

"Bagaimana jika ada yang datang?"

"Tidak akan. Kalaupun ada aku pasti tahu siapa yang datang dan jika yang datang adalah Donghae aku akan memberitahunya password apartemen ini."

"Oppa kau tidak bisa seperti itu."

"Appa!! Ayo !!"

Hyun Bin muncul diambang pintu kamar, anak itu sepertinya sudah bosan menunggu ayahnya.

"Dengar! Aku tidak peduli apapun alasanmu. Aku sudah cukup berbaik hati membantumu mencari Donghae dan menyembunyikan keadaanmu dari eomma. Untuk itu jangan membantah lagi apapun perintahku. Mengerti?"

"Baiklah."

Tidak ada kesempatan untuk berdebat lagi.

"Bagus. Aku akan pulang sekarang. Istirahatlah dan jangan lupa minum obatmu."

Anggukan gadis itu kembali muncul dan membuat sang kakak menghembuskan nafas berat lalu memilih untuk segera meninggalkan tempat itu.

~TBC~
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar