Sabtu, 22 Oktober 2016

You & Me #13


Author : Reni Retnowati
Cast : Lee Donghae, Park Young Me, Lee Hyukjae, etc.
Length : Chapters
Genre : Romance

Happy reading!

`
"Henry?"

"Hai, Young. Kau-"

Belum selesai kalimat yang hendak ia ucapkan, Young Me sudah lebih dulu berlari untuk memeluknya.

Meninggalkan sang kekasih yang diam di tempat.

"Astaga, sebegitu rindunya kah kau padaku?"

Ucap pria itu lalu mengusap kepala Young Me sebentar.

"Itu karena sudah lama sekali kita tidak bertemu."

Young Me melepas pelukan dengan sedikit mendorong tubuh Henry; menunjukkan jika dirinya merasa kesal.

"Kau juga tidak pernah menghubungiku. Aku pikir kau lupa pada kami."

"Bagaimana mungkin aku melupakanmu, eoh? Kau gadis yang selalu mengganguku setiap saat dan tidak pernah berhenti menempel padaku."

"Aku tidak pernah seperti itu."

"Hahaha, terus saja mengelak."

Henry sekali lagi mengusap rambut Young Me dan sedikit mengacaknya.

Lalu menatap Donghae yang juga tengah memperhatikannya dan Young Me.

"Ah, aku hampir lupa. Perkenalkan dia Henry."

"Dan dia Donghae oppa."

Young Me menarik sang kekasih mendekat.

Pria itu membalas senyuman Henry dan juga menyapa wanita yang merupakan ibu Henry.

Lalu menatap ibu Young Me.

"Hai, eomma."

"Hai, Hae. Ada Leeteuk disini, dia sedang bersama ayahnya di taman belakang."

"Ne, eomma. Aku akan menemui mereka dulu."

Henry memperhatikan Donghae yang beranjak dari ruang tengah.

Sedari tadi dia penasaran siapa Donghae dan mengangguk mengerti setelah mendengar pria itu memanggil ibu Young Me dengan sebutan "eomma".

Dia pasti kekasih Young Me.

"Bagaimana kabarmu, ajhumma?"

Young Me meletakkan tas dan duduk disamping sang ibu.

"Baik, sayang. Bagaimana denganmu? Kau sudah dewasa, eoh? Cantik pula."

"Aku baik, ajhumma. Lagipula ajhuma baru sadar jika aku cantik?"

"Ey, baiklah. Kau memang cantik dari dulu, sama seperti ibumu."

"Hahaha, terima kasih ajhumma. Tapi putramu sepertinya tidak mengalami perubahan apa-apa."

"Perubahan seperti apa maksudmu?"

Merasa dirinya disebut, Henry yang tengah melihat ponsel mengalihkan pandangan.

"Kau tetap saja jelek seperti dulu."

"Apa maksudmu? Kau lupa betapa populernya aku dulu? Kau juga mengakui itu bukan? Dan aku bahkan masih sepopuler itu sekarang. Semua karena ketampananku."

"Terlalu percaya diri. Lagipula sejak kapan aku mengakui kau tampan?"

"Sudahlah. Kalian selalu saja seperti ini, bertengkar saat bersama dan akan saling merindukan saat berpisah. Kau lupa saat kau terus merajuk ketika mereka pindah ke Kanada?"

"Benarkah, ajhumma? Dia pasti sangat menyukaiku hingga seperti itu."

"Memangnya kau tidak? Kau bahkan beberapa kali meminta ijin agar bisa kemari, bukan? Sampai kau membuat berbagai alasan agar eomma mengijinkanmu."

Giliran ibu Henry yang angkat bicara.

"Memangnya kenapa kau tidak mengijinkan Henry datang kemari?"

"Kuliah dan pekerjaannya menunggu. Kau tahu jika ayahnya terus memintanya ikut mengurus perusahaan."

"Benarkah? Tapi itu bagus untuknya, agar dia siap nanti saat harus menggantikan ayahnya."

"Kau benar."

Ibu Henry menyesap teh yang dihidangkan.

Melihat itu ibu Young Me menatap sang putri.

"Kau tidak menyediakan apa-apa untuk Donghae?"

"Ah, aku lupa eomma. Aku akan menyiapkan minum untuknya."

Young Me beranjak dan pergi ke dapur, berniat membuat sesuatu sebelum menemukan Donghae tengah duduk di meja makan dan sibuk dengan ponselnya.

"Hei."

Young Me berdiri di belakang dan melingkarkan kedua tangan ke leher Donghae.

"Hai, sayang."

"Kenapa kau disini? Bukankah ada Leeteuk oppa di taman belakang?"

"Dia sedang membicarakan pekerjaan dengan appa dan aku tidak ingin mengganggu mereka."

"Dan kenapa tidak memanggilku?"

"Kau sedang bersama tamu, kan?"

"Benar, tapi bukan berarti aku harus membuatmu jadi sendirian seperti ini."

"Tidak apa."

Donghae menggenggam tangan Young Me dan memintanya duduk di sampingnya.

"Kau ingin minum sesuatu?"

"Tidak. Tapi aku lapar."

"Kalau begitu akan aku siapkan."

Gadis itu berniat berdiri sebelum ditahan tangannya.

"Bagaimana jika kita membuat ramen saja? Aku akan membantumu."

"Baiklah."

Donghae mengikuti Young Me yang berdiri dan mencari bahan sayuran di lemari pendingin.

Sementara dia menyiapkan peralatan untuk membuat ramen.

"Kau ingin aku menambahkan ikan, oppa?"

"Terserah kau saja, sayang."

Mereka kemudian mulai sibuk dengan kegiatan memasak mereka.

Donghae menyiapkan air dan menunggu untuk mendidih. Lalu memperhatikan sang kekasih.

"Pria tadi temanmu?"

Dia mengalihkan rambut Young Me karena gadis itu tengah menunduk lalu menyampirkannya.

"Hm. Kami berteman sejak masih kecil."

"Pantas saja. Kalian tampak dekat."

"Dia seperti kakak kedua ku."

"Lalu apa mereka pindah?"

"Ya, Henry melanjutkan kuliahnya di Kanada. Kebetulan keluarga besarnya memang tinggal disana, jadi karena itulah dia tidak kembali kemari walaupun kuliahnya sudah selesai."

Young Me memasukkan ramen dan sayuran yang selesai ia potong.

"Dia pasti sering menghubungimu."

Sementara Donghae bertugas mengaduk ramen dan menjaganya.

"Tidak. Dia hanya menghubungi beberapa kali saat baru saja pindah. Mungkin karena sibuk kuliah lalu karena pekerjaan, jadi kami seperti hilang kontak."

"Dan baru hari ini kalian bertemu lagi?"

"Ya."

Young Me mengambil telur lalu memasukkannya ke dalam ramen yang hampir selesai.

"Sudah selesai. Duduklah, aku akan menyiapkannya."

Dia meraih mangkuk yang disiapkan oleh Donghae dan menuang ramen ke dalamnya.

"Apa dia sudah memiliki kekasih?"

Donghae yang sudah duduk di meja makan sibuk memperhatikan sumpit di tangannya.

"Siapa? Henry? Entahlah."

"Apa dia tidak bercerita padamu?"

"Tidak. Sudah aku katakan kami baru bertemu hari ini dan belum sempat berbincang mengenai banyak hal."

Gadis itu meletakkan ramen dan mendekatkan kursinya ke Donghae.

"Lagipula kenapa kau bertanya tentang itu?"

Lalu menatap Donghae yang juga tengah menatapnya.

"Tidak, hanya ingin tahu."

"Benarkah? Kau tidak berpikir yang macam-macam, kan?"

"Tentu saja tidak. Sudahlah, ayo kita makan saja. Selamat makan, sayang."

Donghae mengecup sekilas pipi kiri Young Me dan mulai menyantap ramen yang mereka makan bersama dalam satu tempat.

Suasana jadi hening sejenak sebelum Leeteuk muncul dan memperhatikan sepasang kekasih itu.

"Jika Hyun Bin melihat kalian makan dalam satu mangkuk yang sama seperti itu, dia akan lari dan mengambil tempat di tengah-tengah kalian."

"Benar, hyung. Dia terkadang tidak suka jika aku sedekat ini dengan nunanya."

"Ya sudah, lanjutkan saja. Aku akan pulang, Hyun Bin sedang menangis mencariku."

"Sampaikan salamku untuknya, oppa."

"Ya."

~

"Apa kau akan datang ke acara nanti malam?"

"Hae?"

"Lee Donghae !"

"Ah, ya. Ada apa?"

"Ada apa bagaimana? Kau yang ada apa?"

"Maksudmu?"

"Aku sedari tadi bicara dan kau bukannya mendengarkan justru hanya diam termenung."

"Memangnya kau tadi mengatakan hal apa, tuan Choi?"

"Entahlah. Aku tidak berminat lagi membicarakannya."

"Itu berarti yang kau bicarakan bukan hal penting, kan? Tidak ada yang salah jika aku tidak mendengarkan."

"Terserah kau sajalah. Lagi pula apa yang sedang kau pikirkan?"

"Bukan apa-apa. Hanya perasaanku saja yang sedikit tidak tenang."

"Karena? Young Me?"

"Siapa lagi."

"Apa ada masalah dengannya?"

"Tidak. Hanya saja aku tempo hari bertemu dengan seorang pria yang merupakan temannya semasa kecil. Mereka tampak sangat dekat dan aku rasa pria itu menyukai Young Me."

"Tidak ada pria dan wanita yang bisa menjadi sahabat tanpa salah satunya merasakan suka melebihi pertemanan."

"Maksudmu?"

"Maksudku itu normal jika pria itu menyukai Young Me, toh mereka teman semasa kecil yang berarti mereka hampir selalu bersama dulu. Benar, kan?"

"Ya. Dan itulah yang aku khawatirkan."

"Kau berlebihan. Jika Young Me juga menyukai pria itu barulah kau bisa khawatir seperti ini."

"Aku bukannya berlebihan, Choi Siwon. Kau tahu apa yang terjadi saat hari kami akan menikah, kau pikir aku jadi tidak lebih waspada sekarang?"

"Tidak, kau memang harus lebih waspada sekarang. Tapi perhatikan dimana kau meletakkan perhatianmu. Jika kau memikirkan hal-hal yang tidak masuk akal seperti ini, sama saja kau membuang tenagamu."

Siwon sedikit melonggarkan dasinya.

"Kau khawatir pria itu merebut Young Me, begitu?"

"Ya begitulah."

"Jika seperti itu kau seharusnya lebih memperhatikan Young Me dan bukannya pria itu. Walaupun dia menyukai Young Me tapi kekasihmu itu lebih memilihmu, bukankah tidak akan ada masalah?"

"Sekarang bukan masalah apakah dia akan berusaha mendapatkan perhatian Young Me dan mengalihkannya dariku atau membuat gadis itu memilihnya. Aku hanya takut cara yang dia gunakan akan membahayakan Young Me."

"Sedangkan kau ingat kan apa yang ku katakan padamu tentang kejadian seseorang yang membawa Young Me saat hari pernikahan kami itu? Aku mengatakan mungkin pelakunya adalah mantan kekasihnya. Jika itu benar bukankah ada kemungkinan pria teman semasa kecilnya itu juga akan melakukan hal yang sama."

"Jika dia 'memang' menyukai atau lebih tepatnya mencintai Young Me. Garis bawahi itu. Jika tidak, lebih baik buang jauh-jauh prasangka burukmu."

Siwon menekan kata 'memang' agar Donghae tidak terus menggunakan prasangkanya tanpa bukti.

"Tapi aku bukannya berprasangka buruk tanpa alasan, kan? Dia pria dan akupun juga, kau pikir aku tidak bisa menebak apa yang dia pikirkan? Jika kau melihat sikapnya saat bersama Young Me, kau juga pasti akan mengatakan hal yang sama denganku."

"Kau membuat waktu berhargaku sia-sia dengan perdebatan ini, Hae."

"Sekarang aku mengatakan ini padamu bukan karena hanya ingin kau mendengarkan keluh kesahku saja. Aku ingin kau memberi saran."

"Saran bagaimana?"

"Saran apa saja. Bukankah kau sedikit lebih paham dariku mengenai wanita?"

"Sembarangan kau bicara."

Siwon berlagak hendak melempar berkas yang ia raih dan membuat Donghae tertawa.

"Lagipula jika kau sadar, aku sedari tadi memberi saran tapi semuanya kau tolak."

"Baiklah, untuk kali ini beri aku saran lain. Aku akan mendengarkan."

"Tidak ada saran lain. Hanya cepat saja laksanakan pernikahan kalian, setelah itu tidak akan satupun yang berani menyentuh Young Me dan kau tidak akan menjadi seseorang yang paranoid seperti ini."

"Choi Siwon. Kau kira aku tidak berpikir seperti itu? Aku juga tahu jika setelah kami menikah dia akan menjadi milikku selamanya. Tapi ini jadi tidak mudah semenjak kejadian itu. Aku bahkan tidak berani membahas tentang pernikahan di depannya."

"Kalau begitu beranikan dirimu."

"Saranmu sungguh tidak membantu."

"Itu karena kau terlalu fokus pada sifat paranoidmu."

Siwon berdiri dan merapikan jasnya.

"Aku lapar. Perdebatan denganmu membuatku semakin lapar."

"Kalau begitu pergilah saja. Lagipula kau tidak dibutuhkan disini."

"Dasar kau ini."

Dia meraih ponselnya dan berjalan mendekati pintu sebelum berbalik dan kembali menatap sang sahabat.

"Kau harus segera memikirkan apa yang memang seharusnya kau lakukan. Jika tidak kau akan menyesal nantinya. Pegang kata-kataku."

Ucapnya lalu berlalu sebelum Donghae sempat merespon.

Sementara pria itu sudah melepas dasi dan menyandarkan tubuh ke kursi.

Perkataan Siwon tidak ada yang salah, justru semuanya memang benar. Jika dia tidak melakukan sesuatu yang tepat atau terlambat melakukannya maka mungkin akan ada yang ia sesali nantinya.

"Nona Shin, apa ada meeting lagi setelah ini?"

Donghae mengenakan jas seraya memperhatikan telepon yang terhubung ke meja sekretarisnya.

"Tidak ada, sajangnim."

"Baiklah. Terima kasih."

Pria itu lalu meraih ponsel dan menghubungi Young Me.

Sayang, gadis itu tidak menjawab panggilannya. Bahkan beberapa kali mencoba, tetap sama.

"Apa dia sedang tidur?"

Tidak ingin menunggu lama, dia keluar dari ruangannya dan berniat pergi menemui sang kekasih.

~

Donghae turun dari mobil dan berhenti di teras rumah keluarga Park.

Young Me tidak ada di apartemennya jadi besar kemungkinan gadis itu ada di sini.

Dia pun melangkahkan kaki masuk ke dalam dan tidak mendapati siapa-siapa di ruang tengah.

Saat berjalan hendak memasuki dapur, langkahnya terhenti saat melewati pintu yang mengarah ke taman belakang.

Terlihat Young Me tengah duduk disana. Donghae yang tersenyum karena berhasil menemukan kekasihnya berjalan ke tempat itu sebelum kembali terhenti saat melihat ada orang lain yang sedang bersama dengan Young Me.

Mereka berdua tampak tengah membicarakan sesuatu yang membuat mereka tertawa bersama.

Entah kenapa dia teringat kata-kata Siwon di kantor tadi dan membuatnya diam di tempat memperhatikan kedua orang itu.

"Donghae?"

Sebelum ada suara yang menginterupsinya dari belakang.

"Oh, hai eomma."

Ibu Young Me.

"Sejak kapan kau disini?"

"Mungkin sekitar lima menit yang lalu."

"Benarkah? Young Me ada di taman bersama Henry."

"Ne, eomma. Mereka sepertinya tengah saling melepas rindu jadi aku tidak ingin mengganggu mereka."

"Lalu apa kau sudah makan siang?"

"Belum."

"Kalau begitu makan sianglah disini."

Donghae mengangguk dan mengikuti ibu Young Me ke dapur.

Wanita itu menyiapkan makanan untuknya.

"Terima kasih, eomma."

Ucapnya saat semangkuk nasi dihidangkan untuknya.

"Kalian sudah membicarakan lagi tentang rencana pernikahan kalian?"

"Belum, eomma. Aku bahkan belum berani untuk bertanya tentang kejadian hari itu."

"Dan apa dia tidak pernah menceritakan sendiri hal itu padamu?"

Ibu Young Me menyodorkan segelas air lalu ikut duduk di meja makan dihadapan Donghae.

"Tidak. Karena itu aku berpikir mungkin dia masih merasa takut dan trauma."

"Apa yang sebenarnya terjadi padanya?"

"Entahlah, eomma. Tapi seperti yang aku katakan pada Leeteuk oppa jika pasti ada orang yang membawanya kesana."

"Dan aku pernah memeriksa ponsel Young dan menemukan nomor tidak dikenal menghubunginya sebelum dia menghilang hari itu, eomma."

"Apa maksudmu ada orang yang memang berniat menculiknya?"

"Dilihat dari situasinya sepertinya memang begitu, eomma."

"Lalu apa kau tahu siapa orangnya?"

"Aku masih belum terlalu yakin, eomma. Tapi sepertinya orang itu adalah-"


~TBC~
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar