Sabtu, 22 Oktober 2016

You & Me #16

Author : Reni Retnowati
Cast : Lee Donghae, Park Young Me, Lee Hyukjae, etc.
Length : Chapters
Genre : Romance

Happy reading!

`
"Kau ingin kemana? Apa ada barang yang kau perlukan?"

Hye Ri mendapati Young Me tengah memegang kunci mobil.

Gadis itu tinggal di apartemen baru empat tahun yang lalu, karena itulah dia tidak mengingatnya.

Dan sedari tadi bertanya kenapa jumlah pakaian dan barang di kamarnya berkurang.

Tentu saja dia tidak mengingat jika hampir semua barang miliknya ada di apartemen bukan disini, di rumah keluarga Park.

"Tidak ada eonni."

"Aku hanya ingin pergi berkeliling sebentar. Boleh?"

"Bukankah keadaanmu masih lemah? Kenapa harus keluar?"

"Eonni..."

Sudah hampir dua minggu dia keluar dari rumah sakit.

Orang tua serta Leeteuk dan Hye Ri selalu mengawasi keadaannya.

Atau lebih tepatnya 'mengurungnya'.

Walau dia sendiri merasa heran. Fisiknya tidak lemah dan ia merasa baik-baik saja.

Selain perasaan aneh yang sering menghampirinya, seperti ada banyak hal berbeda di hidupnya.

"Pergi denganku, bagaimana?"

Kakak iparnya itu melangkah masuk dan duduk di tepi ranjang.

Menghadapnya yang duduk di depan meja rias.

"Bukankah eonni harus menjemput Hyun Bin setelah ini? Lagipula aku hanya sebentar saja."

Dia berusaha memasang wajah memohonnya.

"Baiklah, hanya sebentar. Dan selalu aktifkan ponselmu."

Gadis itu bersorak gembira dan mendekat lalu mengecup pipi sang kakak ipar.

Meraih coat dan tas selempangnya, lalu melesat pergi dari kamarnya.

~

Suasana sore yang cerah, pemandangan taman yang indah, dan minuman favorit yang menemani membuatnya merasa sangat nyaman.

Tidak seperti beberapa hari sebelumnya yang selalu ia habiskan di rumah.

Kalaupun ia keluar hanya untuk pergi ke satu tempat; rumah sakit.

Setidaknya ia merasa lebih baik.

"Sendiri saja?"

Seorang pria tiba-tiba muncul dan duduk di sampingnya.

Tidak ingin berniat merespon, Young Me memilih memandang ke arah lain seraya menikmati es krimnya.

"Aku bertanya padamu nona."

"Dan aku tidak ingin menjawabnya."

"Astaga. Sebegitu sombongnya kah para gadis saat ini?"

Gadis itu menghela nafas.

Belum puas dia menikmati waktunya, sudah ada pengganggu yang datang.

Orang asing itu bahkan duduk dengan jarak yang cukup dekat dengannya.

"Maaf. Bisakah kau pergi? Kita bahkan tidak saling mengenal."

"Karena itu aku ingin berkenalan denganmu. Lagipula kau hanya sendiri. Akan lebih baik jika aku menemani kan?"

Baiklah. Pria ini mulai keterlaluan.

"Dia tidak sendiri. Dia bersamaku."

Pria lain yang datang dengan tiba-tiba itu memandang Young Me sekilas; membalas tatapan orang itu.

"Benarkah, nona? Pria ini bersamamu."

Dia ingin menggeleng.

"Ya."

Membuat pria yang masih berdiri itu tersenyum tipis.

"Baiklah."

Sedang pria asing yang Young Me sebut sebagai pengganggu itu dengan berat hati berdiri dan pergi menjauh, setelah sebelumnya memberi tatapan tidak suka pada pria yang merusak rencananya.

"Terima kasih."

"Hm. Bagaimana keadaanmu?"

"Baik. Terima kasih sudah bertanya."

Young Me memperhatikan tangannya yang memutar-mutar gelas minuman.

Melihat sejenak pria yang sekarang duduk di sampingnya itu.

Dengan jarak yang tidak terlalu dekat.

"Maaf jika aku mengatakan tidak mengenalmu saat di rumah sakit, padahal Leeteuk oppa mengatakan kita sering bertemu."

"Tidak apa. Kau kan memang tidak mengingatku."

"Ya, aku hanya berpikir seharusnya aku bersikap lebih sopan karena kau adalah teman dari oppaku."

"Baiklah. Berhenti membahas itu. Apa kau sendiri kemari?"

"Hm. Aku bosan terlalu lama berdiam di rumah."

Pria ini. Dia tidak mengingatnya. Tapi kenapa berbincang dengannya membuatnya merasa nyaman?

"Leeteuk hyung pasti selalu mengawasimu."

"Benar. Dia sangat menyebalkan."

Pria itu tersenyum saat melihat Young Me yang menutup mulutnya tiba-tiba; merasa tidak sopan karena menceritakan keburukan sang kakak pada orang lain.

"Baiklah. Karena kau tidak mengenalku, bagaimana jika kita mengulangi perkenalan kita?"

Gadis itu mengangguk dan menyembunyikan senyumannya.

"Namaku Lee Donghae, kau bisa memanggilku 'Donghae oppa' jika kau mau. Aku mengenalmu dan Leeteuk hyung sekitar enam tahun yang lalu."

"Giliranmu."

Young Me memberanikan diri menatapnya.

"Namaku Park Young Me. Aku bekerja bersama Leeteuk oppa di perusahaan."

"Ya, aku tahu itu. Aku sering melihatmu disana."

Donghae memandang lekat Young Me yang mengangguk dan menatap arah lain.

Gadis itu benar-benar tidak mengingatnya.

"Apa kau sudah lama disini? Aku rasa keluargamu akan khawatir jika kau terlalu lama berada di luar."

"Belum lama. Sekitar 30 menit yang lalu. Dan aku masih ingin berada di luar."

Dia bahkan merasa nyaman menyampaikan perasaannya.

"Benarkah? Bagaimana jika pergi bersamaku? Kita bisa makan siang bersama."

Kau tidak mengingatnya. Atau bahkan kau tidak mengenalnya.

Dan pria ini mengajakmu pergi?

"Aku akan meminta izin dari Leeteuk hyung dulu jika kau merasa tidak aman."

"Tidak, tidak perlu."

"Baiklah. Aku mau."

~

Tarik nafas. Hembuskan.

Jangan tampak lemah di depan pria yang tengah menatap ke arah mobilnya dari teras itu.

Young Me melepas seatbeltnya dan turun dari mobil.

Sengaja menunduk agar tidak bertemu pandang dengan sang kakak yang duduk di teras.

Pria itu pasti akan mengomelinya karena keluar dari rumah.

Terlebih dalam waktu yang tidak sebentar.

"Kau sudah makan siang? Meminum obatmu?"

Tapi dia bertanya dengan nada normal.

"Sudah."

"Kalau begitu masuklah. Istirahat."

Young Me mengangkat kepala dan menatap Leeteuk.

Pria itu tidak memarahinya?

"Kau... tidak marah?"

"Karena?"

"Aku pergi keluar."

"Kau pergi bersama orang yang aku kenal. Aku merasa aman."

Jawabnya santai dengan pandangan mengarah ke tab di tangannya.

Baiklah. Donghae memberitahunya.

"Hmm."

Dia hanya merespon dengan anggukan dan berjalan masuk.

Perasaannya lebih baik sekarang.

Merasa senang karena bisa pergi keluar dan menikmati harinya.

Terlebih dengan seseorang yang menurutnya menyenangkan.

"Kau sudah pulang, Young?"

Sang ibu yang duduk di sofa menatapnya yang hendak menaiki tangga.

"Eomma."

Gadis itu mendekat dan duduk di sampingnya.

"Sudah makan siang? Obatmu?"

"Sudah. Aku makan di luar tadi. Bersama teman Leeteuk oppa."

Memeluk sang ibu dari samping dan menyandarkan tubuhnya dengan nyaman.

Membiarkan wanita itu mengusap pelan punggungnya.

"Donghae?"

"Hm. Eomma menebak dengan baik."

"Tentu saja."

"Maaf aku tadi pergi dan hanya berpamitan pada Hye Ri eonni. Aku takut eomma tidak akan memberi izin."

"Eomma khawatir, kau tahu? Tapi karena kau pergi bersama Donghae, kekhawatiran eomma menghilang."

Young Me melepas pelan pelukannya lalu menatap sang ibu.

Sebegitu percayanya kah ibunya itu pada Donghae?

"Dia teman dekat Leeteuk. Eomma dan appa mengenalnya dengan baik. Karena itu eomma percaya padanya."

Respon wanita itu saat menyadari tatapan sang putri.

"Benarkah? Apa dia sebaik itu?"

"Hm. Jika kau mengenalnya lebih jauh, kau akan tahu. Tapi sepertinya kalian akan semakin sering bertemu."

Dia membelai rambut Young Me dan membiarkannya terdiam dengan ekspresi heran.

Mungkin berusaha mencerna perkataannya.

~

"Benar apa yang dikatakan dokter; dia terkadang kehilangan memorinya setelah tidur. Dia sering lupa apa yang sudah ia lakukan kemarin dan akan mengulanginya lagi hari ini."

Leeteuk memperhatikan Donghae yang menangkup wajahnya.

Dia sedang melakukan tugasnya sekarang; melaporkan setiap detil hal mengenai Young Me pada sang adik ipar.

"Kami masih belum berani bertanya tentang apapun. Kami bahkan mati-matian menjelaskan tentang Hyun Bin. Yang dia ingat Hyun Bin masih berusia beberapa bulan tapi sekarang anak itu bahkan sudah bisa mengajaknya berbincang."

"Sampai kapan?"

"Entahlah. Tidak pasti. Bisa beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Kita tidak bisa memaksanya mengingat, jadi kita hanya bisa bersabar."

"Apa dia sering mengeluh sakit?"

"Beberapa kali. Di bagian lukanya."

Dia tahu seberapa sakitnya perasaan Donghae karena tidak bisa menjaga sang istri dengan tangannya sendiri.

"Aku berterima kasih padamu karena mau mendekatinya secara perlahan tanpa egois dengan mengatakan yang sebenarnya."

"Aku juga memikirkan keadaannya. Aku justru takut dia akan menjauhiku jika aku begitu saja mengklaim dia sebagai istriku."

"Kau benar. Setidaknya itu yang bisa kita lakukan sekarang. Kita bisa bertindak saat keadaannya sudah benar-benar membaik."

"Ya. Terima kasih hyung karena sudah memberitahuku semuanya. Aku ingin datang ke rumah tapi takut jika Young Me merasa terganggu dengan kedatanganku."

"Hm. Tapi sepertinya kau memberikan kesan baik padanya setelah tadi siang. Ya setidaknya dia tidak akan menghindarimu setelah ini."

"Ya, aku harap."

~

"Teuk-ah, coba kau periksa Young Me. Dia sepertinya tengah bersiap-siap untuk pergi keluar."

Leeteuk yang tengah menemani Hyun Bin bermain dengan segera berdiri setelah mendengar perintah sang ibu.

Kenapa Young Me sangat susah untuk menuruti perintah dokter.

Beruntung dia tidak harus mendengarkan ocehan sang kakak saat dia keluar kemarin.

"Kau ingin kemana? Bukankah kau harus banyak istirahat?"

"Aku ingin pergi keluar, oppa. Sebentar saja."

"Kau sudah pergi keluar kemarin. Kenapa hari ini ingin pergi lagi?"

"Kemarin?"

Gadis yang tengah mencari jaket di lemari pakaiannya itu berhenti dan menatapnya yang masih berdiri di ambang pintu.

"Kau tidak ingat?"

Baiklah. Dia lupa lagi apa yang sudah ia lakukan kemarin.

"Tidak. Aku selalu di rumah karena kalian melarangku. Tapi untuk kali ini saja, eoh? Tolonglah, oppa."

"Baik. Tapi aku akan ikut."

Leeteuk berbalik dan berniat untuk pergi sebelum sang adik kembali merengek.

"Aku ingin sendiri. Kau akan terus menggangguku. Lagipula aku tidak akan lama."

"Oppa..."

Young Me mendekat pada sang kakak yang hanya diam menatapnya.

"Boleh ya?"

"Astaga. Aktifkan terus ponselmu. Awas saja jika kau tidak bisa aku hubungi."

"Baiklah. Janji! Gomawo."

Gadis itu refleks memeluknya.

"Kau oppa terbaik."

"Hm. Aku tahu."

Leeteuk merogoh saku celananya saat sang adik sudah menjauh dan sibuk memeriksa tasnya.

Dia mencoba menghubungi seseorang dan berjalan menjauh dari kamar Young Me.

~

Pakaian yang sama. Tempat yang sama. Dan kegiatan yang sama; duduk dengan memutar-mutar gelas minumannya.

Dia terus tersenyum melihat pemandangan di sekitarnya. Merasa bahagia karena bisa terbebas dari kurungan keluarganya, terutama dari Leeteuk.

"Sendirian saja?"

Pria itu lagi. Tapi toh dia tidak mengingatnya.

"Boleh aku duduk disini?"

Disampingnya.

"Hm. Silahkan."

Young Me membalas senyuman pria itu.

"Kau tidak pergi bersama Leeteuk hyung?"

"Tidak. Aku sendiri."

"Kalau begitu tidak keberatan jika aku menemanimu?"

"Jika kau tidak sibuk. Donghae... oppa."

"Terima kasih karena memanggilku 'oppa'. Aku tidak sedang sibuk, jadi aku bisa menemanimu disini."

"Baiklah jika begitu."

Kenapa sakit rasanya saat respon gadis itu sama; mengenalnya hanya dari perkenalan di rumah sakit.

Apa dia harus selalu mengulang pertemuan 'tidak sengaja' ini dan kembali berkenalan dengan gadis itu?

Leeteuk bahkan merasa menyesal karena harus kembali memintanya menemui dan menemani Young Me disini.

"Kau sudah makan siang? Bukankah kau masih harus meminum obatmu?"

"Ya. Belum. Aku belum makan siang."

"Bagaimana jika kau makan siang denganku?"

~

Mobil yang ia kendarai memasuki pekarangan rumahnya.

Tapi ada mobil sport yang menarik perhatiannya.

Mobil yang terpakir di samping mobil Leeteuk itu tampak familiar.

Tapi bukankah pemilik mobil itu sedang berada di luar negeri?

Dan benar saja. Orang yang ia pikirkan memang orang yang tengah bertamu ke rumahnya.

Tanpa pikir panjang Young Me segera turun dari mobil dan menghampiri sang tamu yang berbincang dengan Leeteuk di teras.

"Henry!"

"Oh. Hei!"

"Kau disini?"

"Ya. Kau tidak suka?"

Young Me mengerucutkan bibir dan mendekat masuk ke pelukkan pria itu saat dia merentangkan tangan.

"Lama tidak berjumpa. Kau pasti rindu padaku."

Henry tahu tentang keadaan Young Me.

Tentu saja dari hasil perbincangannya dengan Leeteuk beberapa saat yang lalu.

"Tidak. Aku tidak pernah rindu padamu. Lagipula kapan kau kembali?"

"Hm. Sekitar dua minggu yang lalu?"

Berbohong.

"Benarkah? Lalu apa kau akan kembali lagi ke kanada?"

"Ya. Tapi tidak dalam waktu dekat."

Henry duduk kembali di tempatnya setelah Leeteuk berdiri dan menggiring sang adik untuk duduk.

Tidak suka melihat gadis itu yang terus berdiri.

"Aku akan masuk. Kalian mengobrollah."

Ucap pria itu kemudian dan berlalu masuk ke dalam.

"Jadi, bagaimana kabarmu?"

"Tidak terlalu baik. Aku baru saja keluar dari rumah sakit, kau tahu?"

"Kenapa caramu mengatakannya seakan kau bangga dengan itu? Dasar."

"Memangnya kenapa kau sampai harus masuk rumah sakit? Apa kau ingat?"

"Tidak. Tapi Leeteuk oppa mengatakan jika aku mengalami kecelakaan."

Henry menyingkirkan anak rambut yang menutupi kening Young Me; menampilkan bekas luka yang masih tertutup perban.

"Lukamu masih tertutup perban, tapi kenapa kau pergi keluar?"

"Kau tidak tahu jika oppa mempengaruhi eomma dan appa agar tidak memperbolehkanku keluar. Selama beberapa minggu ini aku tidak bisa pergi kemana-mana kecuali rumah sakit."

"Itu kan untuk kebaikkanmu sendiri. Kau pikir apa mereka akan tenang jika kau berkeliaran sendiri di luar?"

"Aku kan bukan anak kecil. Aku tidak mungkin tersesat dan tidak tahu jalan pulang."

Kau mungkin. Dengan keadaanmu yang seperti ini.

"Baiklah, aku tahu. Kau memang bukan anak kecil. Puas?"

Young Me tersenyum dan membiarkan Henry mengusap puncak kepalanya.

Sama sekali tidak menyadari seseorang yang memperhatikan gerak-gerik mereka sejak tadi.

Orang yang saat ini dengan langkah berat berjalan mendekat.

"Eoh, Donghae oppa?"

Dan Young Me (akhirnya) menyadari keberadaannya.

"Ada apa?"

Gadis itu langsung berdiri mendekat.

"Aku ingin mengembalikan ini."

Donghae menyodorkan ponsel Young Me yang tertinggal di cafe saat mereka makan siang tadi.

Tapi mata Donghae hanya terarah pada Henry yang diam di kursinya.

Dalam hati dia sudah memaki habis-habisan.

Tidakkah pria itu tahu jika gadis yang ia usap puncak kepalanya tadi berstatus sebagai istri orang lain?

"Oh? Apakah ini tertinggal di cafe? Aku tidak menyadarinya."

"Ya. Berarti aku penyelamatmu hari ini."

"Haha, kau benar."

"Kau ingin bertemu Leeteuk oppa?"

"Apa dia ada disini?"

"Hm. Masuklah."

Donghae mengangguk dan berlalu melewati Henry.

"Ingin aku buatkan sesuatu?"

Dan langkahnya terhenti saat melihat sang istri menawarkan sesuatu untuk sahabatnya.

"Tidak. Lagipula aku sepertinya harus pergi."

Henry berdiri.

Tangannya seakan hendak menyentuh kepala Young Me, tapi ia urungkan.

Mungkin mulai menyadari kehadiran Donghae.

"Aku akan kesini lagi jika ada waktu. Dan kau harus banyak istirahat. Jangan meremehkan lukamu."

"Baiklah, aku tahu. Jangan ikut-ikut menceramahiku."

Sedang gadis itu justru bergerak santai memeluknya.

"Sampai jumpa."

Membuat Henry langsung berlalu tanpa berani memandang Donghae.

"Kau begitu dekat dengannya, eoh?"

"Ya. Begitulah."

Senyumanmu, Young.

Bisakah kau tidak memberikannya pada orang lain?

Bisakah kau hanya menunjukkannya padaku?

Ayolah. Senyuman gadis itu saja sudah membuatnya meradang, apalagi sentuhan orang lain padanya.

Siapa yang bisa menghalangi pria itu untuk melukai orang yang berani menyentuh istrinya.

Tapi apa yang bisa dia lakukan sekarang? Tidak ada.

Hanya bisa : diam.


~TBC~
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar