Sabtu, 22 Oktober 2016

You & Me #15


Author : Reni Retnowati
Cast : Lee Donghae, Park Young Me, Lee Hyukjae, etc.
Length : Chapters
Genre : Romance

Happy reading!

`
Young Me yang sibuk dengan kegiatannya menyiapkan sarapan tidak menyadari kehadiran Donghae yang sejak beberapa menit yang lalu memperhatikannya disana.

Membuat pria itu mendekat dan memeluknya dari belakang.

"Pagi, sayang."

"Pagi, oppa. Kau sudah bangun, eoh?"

"Kenapa kau bangun lebih dulu? Tidak nyaman rasanya saat aku bangun dan tidak menemukanmu di sampingku."

"Aku harus membuat sarapan untuk kita. Jika menunggu hingga kau bangun pasti aku tidak akan sempat menyiapkan apa-apa."

Donghae meletakkan wajah ke ceruk leher Young Me.

"Baiklah. Aku terima alasanmu, tapi lain kali setidaknya bangunkan aku atau tunggu. Jangan meninggalkanku begitu saja."

"Baik tuan Lee."

"Sekarang cepat mandi dan bersiap-siap. Setelah itu kita sarapan."

"Oke."

~

Sejak dia sampai di kantor, Young Me terus mendapat ucapan selamat dari para rekan kerjanya. Terutama mereka yang tidak datang saat pernikahan nya.

"Selamat pagi nyonya Lee."

"Aish, berhenti menggangguku, oppa."

"Aku kan hanya ingin menyapa. Lagipula kita tidak bertemu selama tiga hari."

"Hanya tiga hari. Jangan berlebihan."

Young Me menggeser tubuh Leeteuk dan duduk di meja kerjanya.

"Baiklah, maaf. Kau gampang sekali untuk marah."

"Sudahlah, kembali saja ke ruanganmu."

"Baik baik, aku akan pergi. Aku hanya ingin memberi ini."

Dia memberikan sebuah kado berukuran sedang untuk adiknya itu.

"Apa ini?"

"Hadiah pernikahanmu."

"Ey, untuk apa kau menyiapkannya?"

"Hanya ingin memberikan sesuatu saja. Aku pergi."

Young Me memperhatikan sang kakak yang masuk ke ruangannya.

Lalu melihat kado yang pria itu berikan.

Young Me membuka kertas kado yang membungkusnya.

Sebuah figura foto.

Dan menampilkan fotonya dan pria itu saat di pernikahannya tempo hari.

Membuatnya tersenyum, terlebih saat membaca tulisan di secarik kertas yang menyertainya.

'Adikku yang paling berharga. Semoga kau bahagia dengan pernikahanmu. Aku mencintaimu'.

"Aku juga mencintaimu, oppa."

~

"Bagaimana menurutmu presentasi mereka tadi?"

"Menarik. Aku bisa membayangkan keuntungan yang bisa kita dapat nanti."

"Benarkah? Baguslah. Aku pikir kau tidak memperhatikan mereka tadi."

"Ha? Maksudmu?"

"Kau sedari tadi tersenyum dengan wajah konyolmu itu. Beruntung kau atasan, jika bukan mungkin kau sudah ditendang keluar dari ruang rapat."

"Astaga. Benarkah?"

Donghae yang bersandar di kursi kerjanya menatap Siwon; serius.

"Kau tanya saja pada Ji Hyun."

Siwon menampilkan wajah jengahnya.

Sahabatnya itu tampak sangat bahagia.

Bahagia dengan status barunya mungkin.

"Kau pasti terus-terusan memikirkan Young Me."

"Haha, tidak. Kau sok tahu."

Pria itu melonggarkan dasi dan meraih ponselnya.

"Tapi aku juga ikut bahagia karena pernikahan kalian lancar. Tanpa ada halangan."

"Kau saja merasa bahagia. Apalagi aku. Kau tahu? Setiap detik sebelum pengucapan janji di altar saat itu, aku selalu berdoa agar tidak ada satupun yang terjadi. Agar tidak ada lagi orang yang berusaha menggagalkannya."

"Baiklah, berhenti khawatir. Semua sudah berjalan sesuai rencanamu."

"Ya. Memang."

"Kalau begitu aku akan kembali ke ruanganku. Ada proposal yang harus aku periksa."

"Ya."

~

"Hai, sayang."

"Apa yang sedang kau lakukan?"

"Apa Hyun Bin sedang tidur?"

"Tidak. Aku hanya ingin mendengar suaramu."

"Astaga. Suamimu ini ingin bersikap romantis, tidak bisakah kau tidak merusak suasana?"

"Cih, kau selalu saja begitu. Kalau begitu kau istirahatlah, aku harus pergi meeting."

"Ya, sampai jumpa, sayang."

Leeteuk meletakkan ponselnya ke meja dan memperhatikan figura foto dirinya bersama Hye Ri dan Hyun Bin.

Mendadak dia merindukan kedua orang itu.

Perhatiannya teralih saat ponselnya berdering.

Panggilan. Dari Young Me.

Walau merasa aneh karena gadis itu menelepon padahal dia bisa langsung menemuinya di ruangan ini.

"Ya, Young?"

"Ya?"

Dahinya mengerut saat mendapati bukan suara Young Me yang ia dengar.

"Benar. Ada apa? Dan kau siapa?"

Kenapa dia jadi panik?

"Rumah sakit? Ah, baiklah baiklah. Aku akan segera kesana."

Sekarang baru ada alasan untuknya panik.

Yang menghubunginya adalah petugas ambulance yang memberi kabar tidak menyenangkan.

Adiknya mengalami kecelakaan.

Yang membuat pria itu tanpa pikir panjang melesat pergi dari ruangannya.

Bahkan tidak menghiraukan sang sekretaris yang memanggil-manggilnya; mengingat ada meeting yang harus mereka hadiri sebentar lagi.

Toh semua itu tidak lagi penting mengingat ada hal buruk yang terjadi pada adiknya.

Selama perjalanan ke rumah sakit dia terus berusaha menghubungi Donghae yang sayangnya tidak di angkat.

Sepertinya adik iparnya itu tengah sibuk.

"Sial."

Mobilnya bahkan hampir menabrak mobil lain karena ketidakwaspadaannya.

Cara menyetirnya bahkan mendadak jadi buruk.

Beberapa kali hampir keluar dari jalur. Pikirannya terlalu kacau sekarang.

Beruntung Tuhan masih memberinya kesempatan untuk sampai dengan selamat di rumah sakit yang ia tuju.

Leeteuk segera turun dari mobil dan hendak berlari memasuki pintu depan rumah sakit saat langkahnya terhenti karena melihat ada ambulance yang baru tiba.

Merasa itulah ambulance yang membawa Young Me, dia berlari mendekat.

Dan benar saja. Beberapa petugas mengeluarkan Ambulance Stretcher dengan Young Me tergeletak di atasnya.

Keadaannya sungguh sangat tidak baik. Darah mengalir dari kepalanya dan seakan membasahi rambut serta pipi gadis itu.

Dengan pikiran yang semakin kacau Leeteuk ikut mendorong stretcher ke dalam ruang pemeriksaan. Dengan pandangan yang sama sekali tidak berpaling dari wajah Young Me.

Dan harus rela ditahan oleh seorang perawat di depan ruang itu.

Beruntung dia masih cukup sadar untuk menghentikan salah satu petugas ambulance.

Dia harus tahu apa yang terjadi pada adiknya.

"Dia mengalami kecelakaan. Mobilnya menabrak pembatas jalan, ada kemungkinan karena rem yang blong. Dia berada di kursi penumpang tanpa menggunakan seatbelt. Tapi kami tidak bisa menemukan pengemudi mobilnya."

Mobil? Rem blong? Di kursi penumpang?

Bukankah Young Me tidak membawa mobil? Lalu pergi dengan siapa dia? Terlebih pengemudi mobilnya tidak ada disana?

"Apa dia pergi makan siang bersama Donghae?"

Leeteuk mengeluarkan ponselnya dan kembali menghubungi sang adik ipar.

Yang kali ini pria itu angkat.

"Ini aku. Kau dimana?"

Tenang. Tenanglah untuk kali ini.

"Di kantor? Kau tidak mengajak Young Me makan siang tadi?"

"Tidak?"

Baiklah. Jelas bukan Donghae pengemudi mobil yang kecelakaan itu.

"Akan aku jelaskan nanti. Sekarang bisa kau kemari? Aku akan memberitahu tempatnya."

Beruntung ia masih bisa tenang dan setidaknya tidak terlalu membuat Donghae khawatir.

Padahal tangannya bergetar sekarang, menulis pesan untuk Donghae pun ia kesulitan.

"Young Me. Apalagi yang terjadi padamu?"

~

"Dia sepertinya pergi bersama seseorang, karena dia ada di kursi penumpang. Tapi petugas ambulance tidak menemukan orang lain bersamanya. Dan itu yang membuatku bertanya-tanya sejak tadi."

Leeteuk menatap Donghae dan Hye Ri bergantian.

Pria itu datang tidak lama setelah ia menelponnya.

Sedangkan Hye Ri yang ia hubungi setelah Young Me selesai diperiksa dan dibawa ke ruang perawatan, datang bersama Hyun Bin.

Belum ada yang berani memberitahu ibu Young Me atau ibu Donghae.

"Maaf. Aku seharusnya tahu kemana dia pergi."

Leeteuk menyentuh pundak Donghae yang duduk di samping ranjang.

Tangannya terus menggengam tangan Young Me. Dia terus diam sejak melihat keadaan istrinya.

Masih merasa terkejut mungkin.

"Aku akan menjemput eomma. Kau jagalah dia, jika aku belum datang dan dia terbangun segera hubungi aku."

Donghae menggangguk lemah dan melihat sekilas Leeteuk yang membawa Hyun Bin dan mengajak Hye Ri pergi bersamanya.

"Sayang. Kenapa harus terjadi hal seperti ini padamu."

Pandangannya kembali ke Young Me yang masih setia memejamkan mata.

Leeteuk mengatakan jika luka di kepala gadis itu cukup serius, jadi ada kemungkinan dia tidak akan sadar dalam waktu dekat.

"Harusnya aku yang mengalami ini dan bukan kau."

Tangannya mengusap pelan kepala sang istri yang terbalut perban lalu pipi gadis itu.

Seharusnya dia tahu hal seperti ini akan terjadi setelah lancarnya pernikahan mereka.

Dan bodohnya kenapa dia tidak bisa mencegahnya?

"Aku akan menemukan siapapun yang melakukan ini padamu. Akan aku pastikan itu."

"Sekarang yang ku inginkan hanya kau membuka matamu, Young."

Dia mengecup tangan Young Me dan mengusapnya pelan.

Apa seperti ini yang dirasakan gadis itu saat menunggunya sadar dari kecelakaan yang ia alami dulu?

Khawatir. Sedih. Putus asa. Bahkan amarah?

~

Leeteuk memperhatikan Donghae yang masih setia di tempatnya.

Terlalu fokus mengamati sang istri. Berharap jika gadis itu akan segera sadar.

Dia pasti belum mendengar penjelasan dokter mengenai keadaan Young Me.

Yang memang lebih dulu diketahui oleh Leeteuk, ibunya serta Hye Ri saat mereka baru tiba dan bertemu dengan dokter yang menangani Young Me di ruangannya.

FLASHBACK

"Kepalanya terbentur cukup keras, terlebih karena dia tidak mengenakan seatbelt. Dan dia mengalami gegar otak yang membuatnya kehilangan sedikit memorinya."

"Kehilangan memorinya?"

"Tidak sepenuhnya. Aku yakin dia masih mengenali dirinya dan kalian. Tapi dia tidak akan mengingat tentang apapun yang terjadi padanya beberapa tahun terakhir. Tepatnya lima tahun terakhir."

Leeteuk merasakan genggaman di tengannya semakin erat.

Sang ibu. Yang sudah memandangnya dengan takut membuatnya kehilangan fokus.

"Jadi... dia tidak akan mengingat apa yang ia alami serta orang-orang yang ia temui sejak lima tahun yang lalu hingga saat ini?"

"Ya. Benar."

"Apakah itu bisa disembuhkan?"

Walau suaranya sudah sangat serak, Hye Ri masih memberanikan diri untuk bertanya.

Walau dia juga takut dengan apa jawaban dokter nanti.

"Beruntungnya ini tidak permanen dan ingatannya bisa kembali. Tapi tidak ada waktu pasti. Beberapa orang yang mengalami hal yang sama mendapatkan ingatan mereka kembali dalam waktu beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Berbeda untuk setiap orang."

"Kalian akan memerankan peran penting untuk membantunya mengingat semuanya kembali. Tapi aku harap jangan menyerangnya dengan memintanya mengingat semua saat ia sadar nanti. Bersabarlah."

"Dan satu lagi. Tapi aku harap dia tidak mengalaminya. Akan ada kemungkinan dia akan selalu lupa dengan apa yang dia lakukan kemarin atau lebih tepatnya sebelum dia tertidur. Jadi dia terkadang akan mengulangi semua kegiatannya kemarin karena dia tidak ingat sudah melakukan atau mengalaminya."

FLASHBACK END

"Apa dokter mengatakan sesuatu?"

Donghae bertanya saat mendapati Leeteuk menatapnya sedari tadi.

"Dia... dia mengalami... gegar otak."

Tatapan curiga Donghae berubah. Dia tidak mungkin tidak terkejut mendengarnya.

Terlebih saat melihat ibu mertuanya yang tampak meluapkan tangisan yang sepertinya wanita itu tahan sedari tadi.

"Gegar otak? Apa... apa dia tidak akan ingat... apa-apa?"

"Tidak semua. Dia hanya kehilangan memorinya tentang beberapa tahun terakhir."

Donghae kembali menatapnya tidak percaya.

"Apa itu berarti dia tidak akan mengingat tentang pernikahan kami?"

Leeteuk menyentuh keningnya gusar. Merasa berat hati menjawab pertanyaan adik iparnya yang sudah tampak putus asa itu.

"Aku takut dia bahkan tidak akan mengenalimu."

~

"Aku takut dia bahkan tidak akan mengenalimu."

Adakah lagi hal yang lebih buruk dari ini?

Kenapa dia sama sekali tidak bisa menikmati kebahagiaannya bersama Young Me.

Apa mereka akan terus merasa selalu waspada dan khawatir tanpa sedikitpun merasa damai?

"Aku hanya harus menemukan buktinya. Walau aku yakin siapa pelakunya, aku tetap membutuhkan bukti itu."

Donghae menggengam ponselnya erat.

Entah Young Me akan mengingatnya atau tidak, tapi yang terpenting dia harus tahu siapa yang menyebabkan istrinya itu mengalami kecelakaan.

Dan ketika ada pesan masuk di ponselnya, dia meloncat dari bangku taman dan berlari di koridor rumah sakit menuju kamar rawat Young Me.

Gadis itu sudah sadar.

"Hyung!"

"Dia baru saja sadar dan sedang diperiksa oleh dokter."

Leeteuk tampak menghadangnya di depan ruangan. Membuat Donghae hanya bisa melihat melalui celah pintu yang sedikit terbuka.

Benar, istrinya itu sudah sadar.

Walau dia tampak lemah dan hanya diam menggengam tangan sang ibu yang duduk di samping ranjang.

"Apa aku harus masuk, hyung?"

Dia bertanya tidak sabaran pada sang kakak ipar yang memandangnya simpati.

Pria yang kemudian menggeleng.

"Kita belum tahu pasti keadaannya. Dan jika dia memang tidak mengingat tentangmu aku takut dia akan terkejut jika kita mengatakan kau adalah suaminya."

"Lalu apa aku hanya harus terus diam dan menjauh darinya?"

"Tapi itu satu-satunya hal yang bisa kau lakukan untuk saat ini."

Dokter yang sudah selesai memeriksa Young Me keluar dan memandang mereka.

"Untuk sekarang dia baik-baik saja, tapi kita harus melakukan rontgen untuk memeriksa apakah dia mengalami luka dalam atau tidak. Biarkan dia istirahat dan jangan membuatnya kelelahan."

"Dan aku harap kalian ingat apa yang aku katakan kemarin, Leeteuk-ah."

"Ya. Kami akan mengingatnya, dokter."

Pria itu menepuk pelan pundak Donghae dan berlalu.

Meninggalkan mereka berdua yang masih diam di tempat; bingung dengan apa yang harus dilakukan.

"Jika kau ingin masuk, aku bisa mengatakan kau adalah temanku. Jika dia memang tidak ingat denganmu."

Sarannya yang dibalas anggukan oleh Donghae.

Di dalam ruangan hanya ada Young Me dan ibunya. Sedang Hye Ri pulang beberapa jam yang lalu karena harus menjaga Hyun Bin.

"Young."

"Oppa."

Gadis itu tersenyum menatapnya dan memandang Donghae kemudian.

Dia hanya diam dan tampak berpikir lalu mengalihkan pandangan ke Leeteuk.

Leeteuk yang merasa mengerti dengan tatapan sang adik itu menghela nafas.

"Dia Lee Donghae, temanku."

Donghae yang sama sekali tidak mengangkat matanya dari Young Me tersentak saat Leeteuk menyentuh lengannya.

"Kau tidak mengenalnya?"

Young Me menggeleng pelan dan menoleh pada sang ibu yang tersenyum miris lalu mengusap kepalanya.

"Dia teman dekat oppamu. Kau sering bertemu dengannya, tapi mungkin kau lupa sekarang."

Ucap wanita itu tenang.

Merasakan sakit yang pasti di rasakan oleh menantunya.

"Kau ingin sesuatu? Dokter tadi tidak mengatakan tentang makanan yang tidak boleh kau makan, kan?"

Young Me mengangguk dan tersenyum.

"Tapi aku tidak ingin makan apa-apa."

Keadaannya yang baru saja sadar mungkin masih mempengaruhinya.

"Benarkah? Kalau begitu istirahatlah, aku akan menjagamu."

"Kau? Apa eomma akan pulang?"

Young Me menoleh dan mendapati sang ibu tengah memasang coatnya.

"Eomma harus pulang sekarang. Lagipula appamu ada di rumah. Kami akan kemari lagi nanti, eoh?"

Wanita itu kembali mendekat dan mengecup singkat dahi Young Me.

"Istirahatlah. Leeteuk tidak akan mengganggumu."

Ucapnya yang membuat sang putri terkekeh.

"Kau jaga dia, Leeteuk-ah."

"Ne, eomma."

Young Me memperhatikan sang ibu yang keluar dari ruangannya setelah sebelumnya menyentuh lembut lengan Donghae.

"Tidurlah. Kau pasti masih merasa lemas."

Leeteuk melihat Donghae yang mendudukan diri di sofa dan ia sendiri memilih untuk duduk di samping ranjang.

Mendapati sang adik yang menatap aneh padanya.

"Apa?"

"Tidak."

"Kalau begitu tidurlah. Aku tidak akan meninggalkanmu."

"Kau membiarkan Hye Ri eonni sendirian di rumah?"

"Bukankah dia bersama Hyun Bin?"

"Hyun Bin?"

Jangan katakan kau juga tidak mengingatnya.

"Ah kau benar. Aku lupa."

"Sudah, jangan banyak bertanya. Tidurlah."

Young Me mengangguk dan menyingkirkan tangan sang kakak yang sedari tadi mengusap kepalanya.

Membuat pria itu memutar bola matanya kesal.

Walaupun di dalam hati dia merasa bersyukur karena sifat gadis itu tidak menghilang.

Hanya kenangannya bersama pria yang terdiam di sofa sana saja yang harus segera diperbaiki.


~TBC~
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar