Sabtu, 22 Oktober 2016

You & Me #11


Author : Reni Retnowati
Cast : Lee Donghae, Park Young Me, Lee Hyukjae, etc.
Length : Chapters
Genre : Romance

Happy reading!

`
"Apa yang tengah kau lakukan?"

"Tidak ada. Hanya menghabiskan kue yang baru saja aku beli."

"Nafsu makanmu semakin tinggi, eoh?"

"Hm. Sepertinya begitu."

"Kau yakin dress mu tidak akan mengecil besok?"

"Ey, tentu saja tidak. Badanku tidak membesar hingga membuat dress itu terlalu kecil untuk ku kenakan."

"Baiklah. Aku kan hanya bertanya."

"Pertanyaan sensitif."

"Arra. Lalu apa kau tidak mengantuk? Tidurlah lebih awal."

"Ini masih pukul 7 malam."

"Jangan membantah, Young. Besok hari yang sangat melelahkan, kau harus istirahat sekarang."

"Lalu bagaimana denganmu? Kau akan tetap berada di kantor bahkan saat besok adalah hari pernikahan kita?"

"Aku akan pulang sebentar lagi."

"Kalau begitu aku akan tidur sebentar lagi."

"Heish."

Donghae melonggarkan ikatan dasinya.

Pekerjaan yang sebenarnya tidak terlalu menumpuk terasa begitu membebani, karena sedari tadi yang hinggap dikepalanya hanya hari pernikahan yang jatuh besok dan membuatnya tidak fokus dalam bekerja.

"Lagipula kenapa kau masih bekerja? Bukankah kau mengatakan tidak akan ada pekerjaan sebelum dan sesudah tanggal 30?"

"Ini hanya pekerjaan kecil. Aku bisa menyelesaikannya sekarang dibanding menundanya setelah pernikahan."

"Alasan. Kau justru membuatku tidak tenang."

"Kau pun begitu."

"Kalau begitu cepatlah pulang dan istirahat. Setelah itu aku juga akan istirahat."

"Arraseo, nyonya Lee."

Pria itu mendekatkan bibirnya ke ponsel agar suaranya terdengar lebih jelas.

"Aku beri waktu satu jam. Jika setelah itu kau tidak segera pulang, aku akan pergi ke kantormu."

"Hey, nona Park ! Jangan berani keluar dari apartemenmu."

"Aku tidak peduli. Hubungi aku satu jam lagi dan katakan jika kau sudah pulang. Kau tahu aku bisa mengetahui apakah kau benar-benar sudah di apartemen atau hanya berpura-pura kan, oppa?"

"Aku tahu, sayang. Aku akan segera pulang, jadi tidak perlu khawatir dan segeralah tidur, eoh?"

"Hm."

"Aku akan menutup teleponnya."

"Ya."

~

"Lihatlah, perkataanku benar kan? Kau akan kelelahan."

Donghae yang merebahkan tubuh di sofa menarik bantal untuk menutupi telinga. Berusaha menghalangi rentetan protes sang kekasih memasuki telinganya.

Acara pernikahan akan dimulai lima jam lagi, tapi karena untuk bersiap-siap mereka sudah berada di gedung pernikahan saat ini.

"Kau pulang pagi hari bukan? Kau juga pasti tidak makan sesuatu."

"Sudahlah, jangan bertengkar."

Hye Ri yang juga berada diruangan itu merasa kasihan jika Young Me terus-menerus memarahi kekasihnya.

"Kau pergilah ke ruanganmu sendiri, Hae. Kau bisa tidur sebentar disana, satu jam sudah cukup kan?"

"Baik, noona."

Dengan segera dia meloncat bangun dari sofa dan keluar dari ruangan itu agar dapat tidur di ruangan khusus untuk persiapan bagi pengantin pria.

"Haish, pria itu."

"Sudahlah, Young. Jangan begitu, dia juga perlu istirahat."

"Kalau begitu dia bisa meninggalkan pekerjaannya dulu kan, eonni? Aku juga tidak tega melihat dia kelelahan seperti itu."

"Tidak apa. Karena itu biarkan dia istirahat untuk sebentar."

"Sekarang siapkan gaunmu."

"Ne, eonni."

~

"Sudah siap?"

Satu jam lagi waktu yang tersisa.

Karena itu Leeteuk memasuki ruangan pengantin wanita untuk memeriksa apakah persiapan sang adik itu sudah selesai atau belum.

"Sudah."

Hye Ri masih berdiri dibelakang Young Me dan merapikan tatanan rambut gadis itu.

"Aku akan keluar sebentar. Kau ingin minum apa, Young?"

"Apa saja, eonni."

"Baiklah. Kau, oppa?"

Wanita itu menghampiri Leeteuk dan juga merapikan tuxedonya.

"Apa saja, sayang."

Sang istri mengangguk dan segera keluar dari ruangan.

"Apa kau sudah melihat Donghae?"

"Sudah. Dia tengah bersiap, sama sepertimu."

Young Me memutar kursi tempatnya duduk dan menatap Leeteuk yang duduk dipojok ruangan.

"Wae? Gugup?"

"Tentu saja. Apa kau dulu tidak merasa gugup?"

"Tentu saja aku merasakannya. Kau manusia normal jika merasa gugup saat hari pernikahanmu."

"Lalu apa yang harus ku lakukan, oppa? Bagaimana jika aku melakukan kesalahan nanti?"

"Entahlah."

"Heish. Menyebalkan."

Dia kembali memutar tubuh; memilih menatap pantulan dirinya di cermin dibanding harus melihat sang kakak yang hanya menatapnya datar itu.

"Kau sudah sering mengatakan itu."

"Karena memang kau menyebalkan."

"Arraseo, Park Young Me !! Setidaknya sifat menyebalkanku itu juga turun padamu."

Leeteuk berdiri, meraih sebuah kursi dan meletakkannya disamping sang adik.

"Aku tidak menyebalkan. Kalaupun iya tidak sepertimu."

"Tentu saja kau mengatakan itu. Kau tidak mungkin mengakui keburukanmu sendiri."

"Kau bukannya menenangkanku justru membuatku semakin kesal, oppa."

"Aku kemari memang bukan untuk menenangkanmu. Dan jika kau merasa kesal, itu bukan salahku."

Gadis itu meraih tisu dari kotak disamping ponselnya, menggulungnya lalu melemparnya dengan cepat ke arah Leeteuk.

"Kau tidak ingin sekalian melempar ponselmu?"

"Aku tidak ingin merusaknya."

Jawabnya ketus dan menarik boneka panda berukuran sedang disofa; boneka kesayangannya. Boneka yang ia dapat sebagai hadiah saat ulang tahunnya yang ke-15.

"Kenapa membawanya kemari? Kau akan menangis semalaman jika ini hilang."

Pria itu mengusap kepala boneka yang dipeluk Young Me itu.

"Tidak akan. Aku membawanya agar merasa tenang."

"Benarkah? Berarti aku membantumu merasa lebih tenang?"

"Anni. Hanya boneka ini. Jika kau, kau justru membuat suasana hatiku semakin buruk."

"Cih, alasan. Boneka ini kan dariku, dengan kata lain aku yang membantumu merasa lebih tenang."

"Arraseo, oppa. Apa katamu saja."

Nadanya semakin ketus. Wajahnya semakin cemburut. Perasaannya semakin bercampur aduk sekarang.

"Baiklah, maaf."

Membuat Leeteuk akhirnya meraih tangan dan membuat gadis itu menghadapnya.

"Aku bukannya berniat membuatmu kesal. Aku hanya ingin membuatmu lebih santai."

"Kau memancing pertengkaran."

"Itu caraku agar kau merasa lebih nyaman dan tidak gugup."

"Tidak berhasil."

"Aku tahu."

~Hening~

"Aku melakukan hal yang tepat kan, oppa?"

Suara gadis itu memecah keheningan yang terjadi untuk beberapa saat.

"Hal apa?"

"Ini. Pernikahan."

"Entahlah. Kau yang menjalaninya, kau yang tahu ini tepat atau tidak."

"Tapi aku kan tengah bertanya. Setidaknya beri pendapat, apa menurutmu itu tepat atau tidak?"

"Pendapat? Pendapatku?"

"Oppa."

Level kejahilan Leeteuk sepertinya tengah meninggi.

"Hahaha, baiklah."

"Jika menurut pendapatku, sepertinya ini keputusan yang tepat. Karena hubungan kalian sudah berjalan lama, dan kalian menunjukan keseriusan untuk sampai ke masa ini. Dan dibanding menunggu sesuatu yg tidak menyenangkan terjadi, akan lebih baik jika kalian menikah sekarang."

"Hm. Arraseo."

"Merasa lebih tenang?"

"Tidak."

"Heish."

Disaat yang bersamaan Hye Ri kembali muncul dan membawa dua gelas minuman ditangannya.

"Untukmu."

Dia memberikan gelas ditangan kirinya untuk sang suami.

"Dan coklat untukmu, Young."

"Ah, gomawoyo eonni."

"Kau tidak ingin memeriksa persiapan Donghae?'

Hye Ri duduk di kursi yang tadi ditempati oleh Leeteuk. Sementara pria itu mengalah dan memilih duduk kembali di sofa.

"Tidak. Aku tidak ingin bertambah kesal dengan melihat wajahnya."

"Haish. Ini hari pernikahan kalian, kenapa harus bertengkar sekarang?"

"Anni. Hanya saja dia terkesan menganggap enteng hari ini."

Young Me meneguk sedikit es coklatnya.

"Berhenti seperti itu. Dia kelelahan karena sibuk memeriksa persiapan gedung dan lain-lain. Dia ingin semuanya sempurna, karena itu dia tidak peduli dengan waktu istirahatnya."

Leeteuk berbicara dengan ponsel menutupi wajahnya; sibuk berkirim pesan.

"Benar. Dia hanya ingin memberikan yang terbaik untukmu, dia juga tidak tega jika membiarkanmu mengurus semuanya sendiri."

"Tapi aku hanya mengurus tentang gaun dan tuxedo serta hidangan dan semacamnya. Sedangkan dia? Dia mencari gedung lalu memikirkan dekorasinya, begitu juga dengan undangan dan penyebarannya. Dia juga harus selalu memeriksa persiapan disini. Sama sekali tidak membiarkan aku membantu."

"Dia mungkin takut jika kau kelelahan. Walau bagaimanapun juga kan fisiknya lebih kuat darimu."

"Aku tahu, eonni. Tapi aku khawatir tentang keadaannya. Sekarang buktinya dia kelelahan, bukan? Aku juga tidak tega jika melihatnya harus tidur di sofa seperti tadi."

"Tapi kau masih saja memarahinya tadi."

"Aku tidak bisa menahan kekesalanku."

Young Me meletakkan gelas ke meja rias dan menatap pantulan wajahnya. Merapikan sedikit tatanan wajah dan rambutnya.

"Baiklah, sudah. Jika terus membicarakan tentang ini kau akan terbebani nanti."

Hye Ri ikut merapikan tatanan gaun Young Me.

"Kami akan keluar sekarang. Kau tenangkan dirimu dan tunggu saat appa menjemputmu, eoh?"

"Ne, eonni."

Hye Ri memeluk sebentar sang adik ipar lalu mengikuti Leeteuk yang sudah lebih dulu keluar.

Meninggalkan Young Me yang masih menatap cermin dan kemudian mengalihkan pandangan pada ponselnya yang bergetar.

~

"Kau gugup, Hae?"

"Sedikit, appa."

Donghae, Donghwa, Leeteuk dan ayahnya tengah mengobrol seraya memperhatikan hall gedung yang mulai terisi oleh para tamu.

"Berapa menit lagi, Teuk?"

"Duapuluh menit lagi, appa."

"Baiklah, aku akan menemui ibumu sebentar. Temuilah para tamu, kau juga Hae."

"Ne."

Mereka kemudian mulai menyebar; menemui tamu-tamu yang mereka kenal.

Donghae menghampiri dan mengobrol bersama teman-teman sekolah dan kuliahnya dulu. Juga beberapa rekan kerja.

"Kau harus mencarikanku seseorang agar aku bisa segera menyusulmu menikah."

"Sebenarnya aku ingin, Changmin-ah. Tapi sayang aku tidak bisa. Kau juga tahu bukan jika Young Me tidak memiliki adik atau kakak perempuan yang bisa aku kenalkan padamu."

"Tidak harus saudaranya. Teman atau sahabatnya mungkin?"

Pria itu-Changmin- terlihat sangat membutuhkan bantuan sahabatnya itu sepertinya.

"Sahabat? Ada satu sahabatnya yang bekerja sebagai sekretarisku."

"Kyungran?"

"Benar. Tapi sayang, dia sudah memiliki kekasih."

"Benarkah? Padahal aku juga menyukai gadis itu. Siapa kekasihnya?"

Siwon yang kebetulan juga berada disitu dan berdiri di samping Changmin merangkulkan tangan kanannya di pundak pria itu.

Sementara Donghae yang berdiri dihadapan keduanya hanya bisa tersenyum simpul.

"Seseorang yang baru saja merangkulmu."

"Ah. Kekasihmu, eoh?"

Dia menatap Siwon yang menampilkan deretan gigi putihnya itu.

"Aku di dahului."

"Kau saja yang lama bergerak."

"Sudah. Dibanding kalian bertengkar sekarang, lebih baik duduklah di tempat yang disediakan."

"Baiklah. Semoga berhasil, Hae."

"Dan jangan membuat kesalahan konyol nanti."

"Kalian berdua yang konyol. Pergilah !!"

Dia mendorong kedua orang itu agar menjauh darinya.

Memiliki dua orang sahabat, bukannya menenangkan justru membuatnya semakin gugup.

Pria itu lalu memperhatikan pemandangan dihadapannya dari sudut ruangan tempatnya berdiri sekarang.

Gedung dengan dekorasi yang sudah ia persiapkan sebaik dan sesempurna mungkin.

Tamu yang merupakan kerabat serta teman dekatnya dan Young Me. Orang-orang yang akan menyaksikan saat ia mengucap janji sucinya nanti.

Perasaan gugup tiba-tiba membuncah dihati.

Bagaimana jika nanti sesuatu terjadi? Dengan gedungnya mungkin? Dekorasi? Para tamu? Atau justru masalah pada dirinya dan sang kekasih?

Bagaimana jika tiba-tiba terjadi gempa atau ada api yang menyebar dan membakar gedungnya?

Bagaimana jika dekorasi-dekorasi yang terpasang di dinding atau di bagian atas tiba-tiba jatuh dan menimpa para tamu?

Bagaimana jika tiba-tiba ada tamu atau orang yang menyatakan keberatan atas pernikahan mereka lalu mulai membuat keributan atau bahkan membawa Young Me kabur dari sana?

Bagaimana jika salah satu dari mereka salah saat mengucapkan janji suci nanti? Bukankah suasananya akan berubah menjadi sedikit... canggung?

Baiklah. Singkirkan semua pikiran buruk nan konyol itu. Semua akan berjalan lancar.

Ya, semuanya.

Persiapan yang sudah ia rancang tidak akan menimbulkan masalah.

"Kau siap?"

Hingga tepukan di pundak oleh sang calon ayah mertua membuatnya kembali ke alam sadar.

"Sudah, appa."

"Baiklah. Kau bersiaplah. Aku akan menjemput calon istrimu itu."

"Ne. Baiklah, appa."

Donghae tersenyum mengiringi ayah Young Me yang pergi meninggalkannya. Lalu kemudian pria ini menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan, memejamkan mata dan terus memberi sugesti pada otaknya untuk tenang dan tidak melakukan kesalahan apapun.

Dan dengan langkah tegap dia berjalan ke depan, melewati para tamu yang memandangnya. Mungkin kagum pada pesona yang terpancar dari wajah bersinar dan tuxedo hitamnya. Sungguh bak seorang pangeran.

Walaupun sedikit berbeda dari lirik lagu kesukaan sang kekasih. Lagu dengan judul Marry U itu memiliki lirik "You in a white dress, me in a tuxedo. We walk step in step underneath the moon."

Young Me memang menggunakan dress putih dan dirinya mengenakan tuxedo. Hanya saja mereka akan berjalan dibawah sinar matahari yang masuk melalui celah-celah gedung. Bukan dibawah langit dengan sinar bulan yang pasti akan menambah nuansa romantis.

Sayang ide itu ditolak mentah-mentah oleh Donghae.

"Akan terlalu sulit jika kita melakukannya malam hari dan outdoor bukan di dalam gedung. Bagaimana jika tiba-tiba turun hujan? Kau tetap saja tidak bisa menemukan bintang atau bulan yang akan menyinarimu."

Alasan yang terkesan konyol bagi Young Me. Tapi tak apalah, toh perkataannya juga memang tidak salah.

Baiklah, kembali ke gedung.

Donghae sudah berdiri tempatnya sekarang. Berusaha tenang dan sesekali melempar senyum pada para tamu yang kebetulan bertemu pandang dengannya.

Pikirannya menarawang pada sang kekasih. Bagaimana penampilan gadis itu? Akan terlihat cantik kah dia dengan dress putihnya? Tidak akan ada kendala pada bentuk tubuhnya yang sedikit berisi karena berat badannya yang naik selama beberapa bulan ini kan?

Hm, Young Me akan membunuhmu jika mengungkit tentang berat badannya, Donghae-ssi.

Baiklah.

Donghae  berkali-kali menatap jam di pergelangannya. Kenapa waktu berjalan begitu lama? Membuat perasaannya semakin gugup dan tidak tenang.

Dia berusaha membuat kontak dengan Donghwa dan ibunya yang duduk disamping Ahra dan ibu mertuanya. Keempat orang itu tersenyum padanya. Seakan memberikan semangat dan mengatakannya untuk tenang.

Membuat perasaanya sedikit membaik.

Namun tidak berlangsung lama, karena kemudian dia melihat Leeteuk yang muncul disamping pintu yang berada dibelakang para tamu. Tentu saja tidak ada yang melihatnya kecuali Donghae yang memang berdiri menghadap semua orang disana.

Ada yang aneh. Leeteuk terlihat tidak tenang dan mendekati beberapa orang atau staf gedung yang berada disekitarnya. Mereka seperti tengah membicarakan sesuatu. Atau... mencari sesuatu?

Walaupun terlihat memang ada masalah tapi mereka berusaha untuk tidak membuat keributan yang dapat memancing perhatian para tamu. Leeteuk sepertinya tidak menyadari jika Donghae melihat dan memperhatikannya.

Ada apa sebenarnya? Tidak ada satu orangpun yang berniat memberitahunya apa yang terjadi?

Dengan ekspresi yang dibuat setenang mungkin, Donghae menatap Donghwa dan mencoba berkomunikasi menggunakan mata. Dia seakan meminta sang kakak untuk pergi ke belakang menemui Leeteuk dan mencari tahu apa yang terjadi.

Pria itu mengerti. Lalu dengan tenang dan santai ia berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke belakang. Sesekali membalas tatapan dan senyuman orang-orang yang dilewatinya.

Dan kemudian pemandangan yang didapatnya adalah ekspresi kaget sang kakak yang kemudian kedua orang itu-Leeteuk dan Donghwa- menatapnya. Membuatnya yakin jika memang ada sesuatu yang terjadi.

Tanpa berpikir panjang Donghae beranjak dari tempatnya, berjalan sedikit tergesa-gesa ke arah orang-orang yang berkumpul disamping Donghwa dan Leeteuk. Tidak memperdulikan tatapan-tapan aneh dari para tamu.

"Ada apa? Terjadi sesuatu?"

Tanyanya tidak sabaran.

"Emm, itu..."

"Ada apa, hyung?"

Kenapa calon kakak iparnya itu mendadak jadi gugup seperti itu?

"Young... Young Me."

"Ya? Ada apa dengan Young Me? Jangan membuatku khawatir, hyung."

"Dia menghilang."

Sahut Donghwa cepat. Menciptakan raut terkejut di wajah sang adik.

"Menghilang? Maksudmu?"

"Dia menghilang. Tidak ada di ruangannya."

"Aku dan beberapa orang sudah mencari ke semua penjuru gedung tapi tidak berhasil menemukannya. Aku bahkan tidak dapat menghubungi ponselnya."

Jelas Leeteuk panjang lebar.

Lalu Donghae tanpa berkata apa pun pergi, berniat mencari sendiri kekasihnya itu.

Mulai dari ruangan persiapan untuk pengantin. Memang tidak ada siapa-siapa disana. Hanya boneka panda kesayangan gadis itu yang tergeletak diatas meja rias.

Lalu mencari ke tempat lain, semua ruangan yang ada dan taman yang terdapat dibelakang gedung. Kedua kakaknya bahkan bersusah payah mengikuti langkah cepatnya. Namun hasilnya nihil.

"Astaga! Kau dimana, Young?"

"Perlukah kita memberitahu para tamu? Mereka pasti tengah menunggu sekarang."

Leeteuk berbicara dengan masih setia mencoba untuk menghubungi ponsel sang adik.

"Aku akan keluar mencarinya, hyung. Kau tolong atasi keadaan didalam. Jika aku tidak kembali dalam 30 menit, katakan saja jika pernikahan ini bantal."

"Mwo? Maksudmu? Ya !! Lee Donghae !!"

Pria itu sudah berlalu, menyusuri taman dengan cepat dan keluar dari area gedung.

Tidak memperdulikan ponsel yang sengaja ia tinggal di atas meja di ruangan tempatnya bersiap tadi.

Tidakkah dia berniat membawa benda itu dan berusaha untuk menghubungi sang kekasih selagi mencarinya di area luar gedung? Atau tidakkah dia berpikir jika mungkin saja gadis itu tengah mencoba menghubunginya?

Seperti saat ini.

Seperti suasana ruangan pengantin pria yang hening dan hanya terdapat getaran dari ponsel Donghae yang mendapat panggilan masuk.

Jika dia membawa ponselnya, dia pasti akan tahu siapa seseorang yang tengah mencoba menghubunginya sekarang.

~TBC~
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar