Minggu, 08 Mei 2016

Lirik : Yesung - Between (Romanized)

jeo ttaseuhan haessal neomeo gibun joheun hyanggiga na,
nega on sungan
jom geuphage mandeun yaksok hoksi nunchi chaesseuryeona,
neoreul bon sungan

sumgiji moshaneun nae mam manhi ti nasseul geoya

urin eotteon saiin geoni
pyeonhan chingu sairan mareun silheunde
jigeumcheoreom api anin baro yeopjarie
jigeumboda hwolssin deo gakkaun gose issgo sipeo

wae jakku neon usgiman hae yeoksi algo issdeon geoya,
moreun cheokhago
ttan yaegiro dolliji ma ajik daedap an haessjanha,
nolliji malgo

na wae ireongeolkka isanghage mareul deodeumeo

urin eotteon saiin geoni
pyeonhan chingu sairan mareun silheunde
jigeumcheoreom api anin baro yeopjarie
jigeumboda hwolssin deo gakkaun gose issgo sipeo

gominhaneun moseupdo yeppeun neo
geunyang gogael deureo nal bwajwo

urin oneulbuteon geoni
machim oneulttara nalssido joha
hangsang kkumkkwowassdeon sigan baro jigeumiya
maeil honja yeonseuphaesseossdeon geu mal, saranghae neoreul

Lirik : Yesung - Here I Am (Romanized & Indonesian translation)

pinggyega piryo haesseossna bwa
pyeonuijeom apeseo sureul jogeum masyeosseo
jeongmal jogeum indedo sesangi heuryeojineun ge
jom chwihan geot gata na

sigyereul ilheo beoryeossna bwa
hanjjok pari heojeonhae baraboda arasseo
sigye tasdo anigo nae pal wie issdeon
ne son hana neukkil su eopsdan geol

maeil gadeon girinde
eotteohge ireohge nega johahaneun ge manhassneunji
sone japhineun dero sulgiune sagin sassneunde
neon ajik geu gose saneunji

mun yeoreobwa naega yeogi wassjanha
wae molla nega johahadeon hwabune
kkoccdo jogeum sassneunde
(igeot bwa) nega sajun syeocheue
ne hyanggi ppaego modeun ge dorawassneunde
neoman eopsne mun yeoreobwa

geuri swiun marinde geu ttaen wae
geureohge saranghandan mari eoryeowossneunji
uri heeojin hue ne moseup boiji anhado
neon ajik nae mame saneun ji

mun yeoreobwa naega yeogi wassjanha
wae molla nega johahadeon hwabune
kkoccdo jogeum sassneunde
(igeot bwa) nega sajun syeocheue
ne hyanggi ppaego modeun ge dorawassneunde
neoman eopsne mun yeoreobwa

bul kyeojin ne bang changgae heurishage boyeo
ireumeul bulleobojiman
nae moksori daheul geosman gata
nae maeumdo daheul geosman gata
jebal dathin i mun jom yeoreobwa
naege dorawa

mun yeoreobwa naega yeogi wassjanha
wae molla nega johahadeon hwabune
kkoccdo jogeum sassneunde
(igeot bwa) nega sajun syeocheue
ne hyanggi ppaego modeun ge dorawassneunde
neoman eopsne mun yeoreobwa

mun yeoreobwa


Terjemahannya Bahasa Indonesia

Aku pikir aku perlu alasan
Aku minum sedikit di depan toko
Itu benar-benar sedikit tapi dunia telah menjadi buram
Aku pikir aku sedikit mabuk

Aku pikir aku kehilangan jam tanganku
Aku menyadari setelah melihat lenganku karena rasanya kosong
Itu bukan kesalahan jam itu
Aku bahkan tak bisa merasakan sentuhanmu di lenganku

Aku berjalan dengan cara ini setiap hari
Tapi aku tak tahu ada begitu banyak hal yang kau suka di sini
Keluar mabuk, aku membeli apa yang ku bisa
Aku ingin tahu apakah kau masih ada di sana

Bukalah pintu, aku di sini
Mengapa kau tak tahu?
Aku membeli tanaman dan bunga yang kau sukai
Lihatlah, aku memakai kemeja yang kau belikan untukku
Semuanya telah kembali kecuali aromamu
Hanya kau yang tak di sini, jadi bukalah pintu

Itu semua seperti kata-kata yang mudah
Tapi kenapa begitu sulit untuk mengatakan aku mencintaimu saat itu?
Meskipun aku tidak bisa melihatmu setelah kita putus
Kau masih ada di hatiku

Bukalah pintu, aku di sini
Mengapa kau tak tahu?
Aku membeli tanaman dan bunga yang kau sukai
Lihatlah, aku memakai kemeja yang kau belikan untukku
Semuanya telah kembali kecuali aromamu
Hanya kau yang tak di sini, jadi bukalah pintu

Lampu menyala di kamarmu, aku bisa melihatmu samar-samar
Aku mencoba memanggil namamu
Rasanya seperti suaraku bisa mencapaimu
Rasanya seperti hatiku bisa mencapaimu
Silahkan buka pintu tertutup ini
Kembalilah padaku

Bukalah pintu, aku di sini
Mengapa kau tak tahu?
Aku membeli tanaman dan bunga yang kau sukai
Lihatlah, aku memakai kemeja yang kau belikan untukku
Semuanya telah kembali kecuali aromamu
Hanya kau yang tak di sini, jadi bukalah pintu

Bukalah pintu

Time Machine #2

Author : Park Hye Ri a.k.a Reni Retnowati
Cast : Cho Kyuhyun, Park Hye Soo, Kim Jongwoon, etc.
Genre : Romance, Married Life.
Length : Chapter (14 chapters)

Happy reading `

*

"Apa Ahra pernah bertanya hal-hal yang aneh padamu?"

"Hal aneh? Jika aneh sepertimu, tidak."

"Aku serius, Hye."

"Tidak. Dia tidak pernah menanyakan apapun yang aneh. Kenapa kau bertanya seperti itu?"

Hye Soo menatap sang suami yang tengah fokus ke jalanan.

"Tidak apa. Hanya penasaran."

"Lalu apa yang kalian bicarakan saat dikamarmu tadi? Sebelum makan malam?"

"Hanya mengingat masa-masa saat aku sekolah dan kuliah."

"Ah, benarkah?"

"Hm."

Gadis itu mengangguk dan kembali ke kegiataannya; memandangi jalanan melalui kaca mobil Kyuhyun yang tengah melaju.

"Apa? Kau ingin jalan-jalan?"

"Tidak. Kau sedang lelah, kita langsung pulang saja."

"Benarkah? Aku akan menghentikan mobilnya jika kau memang ingin jalan-jalan."

Gadis itu terdiam dan menatapnya. Sudah lama sejak terakhir mereka jalan-jalan berkeliling taman atau Namsan tower atau tempat lainnya.

"Matamu mengatakan 'iya'."

Pria itu mengerti dan segera menghentikan mobil di area pinggir taman yang baru saja mereka lewati.

Dia lalu segera turun dan mendahului sang istri yang hendak membuka pintu disampingnya.

"Terima kasih."

"Dan..."

Kyuhyun menghentikan kalimatnya lalu melepas coat yang ia gunakan.

"Pakai ini."

"Kau?"

"Kenapa bertanya tentangku? Kau istriku, aku tentu lebih mementingkanmu."

Dia membenarkan posisi coatnya ditubuh Hye Soo lalu merangkul pundak gadis itu.

"Maaf jika aku lama tidak mengajakmu pergi seperti ini."

"Tidak apa. Kau sibuk, aku tahu itu."

Hye Soo sibuk memperhatikan jalanan yang dipenuhi banyak orang, anak kecil dan tentu saja toko-toko kecil yang menjual berbagai makanan yang menghiasi pinggiran jalan. Entah toko kue, cafe atau toko kecil nan sederhana.

"Kenapa kau selalu mengatakan itu? Terkadang aku ingin mendengarmu menggerutu karena kesal saat aku terlalu sibuk dan jadi memiliki waktu sedikit bersamamu."

"Ey, kau ingin aku bersikap cerewet?"

Gadis itu menatapnya.

"Bukankah kau memang cerewet, eoh? Kau banyak bicara."

"Mwo? Ya Tuan Cho !! Lihatlah dulu siapa yang bicara sebelum menyebutku seperti itu."

"Apa? Aku tidak pernah terlalu banyak bicara sepertimu. Kau bahkan terkadang terlalu sensitif padaku."

"Seharusnya kau senang jika aku sedang dalam mood baik seperti ini karena aku tidak tega jika terus-menerus marah. Tapi lihatlah. Kau memancing emosiku."

"Tidak. Kau saja yang kembali sensitif dan memunculkan kembali sifat cerewetmu."

"Mwo?"

Gadis itu berniat memukulnya namun karena tangannya tersangkut di dalam saku coat Kyuhyun, pria itu berhasil kabur dan lolos dari amarahnya.

"Pria menyebalkan."

Kyuhyun yang sudah beberapa langkah dihadapannya hanya menatap santai dan menampilkan wajah menggoda saat mendengar umpatan tadi. Terlihat sangat senang karena berhasil mengerjai Hye Soo.

Sementara gadis itu menahan senyumnya saat sang suami kembali bertingkah kekanakan. Walaupun mengesalkan tapi sikapnya yang seperti itulah yang selalu ia rindukan.

Dia menghampiri Kyuhyun yang berhenti dihadapan penjual makanan ringan. Pria itu meraih potongan gurita goreng yang disatukan dengan cara ditusuk oleh kayu kecil, mencelupkannya ke saus pedas yang ada lalu menyodorkan ke depan mulut sang istri.

"Bagaimana?"

Yang ditanya sibuk mengunyah makanan yang masih terasa panas itu hingga akhirnya ia mengangguk.

"Duduklah. Aku akan membawakan beberapa potong untukmu."

Ia lalu segera meletakkan beberapa porsi gurita, udang dan ikan yang disediakan dalam bentuk sama ke sebuah piring.

Tidak lupa meminta satu porsi kue beras dan kemudian membawanya ke Hye Soo yang sudah duduk disalah satu meja yang tersedia.

"Bolehkah aku meminta soju?"

Meminta izin terlebih dahulu pada gadis itu.

"Tidak. Tidak boleh. Kita membawa mobil."

"Kita bisa pulang dengan berjalan kaki nanti."

Letak rumah yang tidak begitu jauh menjadi salah satu senjata untuk membujuk.

"Kalau begitu pesanlah setelah aku pulang nanti. Aku tidak ingin pulang bersama pria yang sedang mabuk."

"Ayolah. Hawa sedang dingin. Apa kau sendiri tidak merasa kedinginan?"

"Berhenti membujukku, Kyu. Aku bahkan menyingkirkan semua botol wine milikmu, kenapa sekarang kau bisa dengan santai meminta izin seperti itu padaku?"

Gadis itu menatapnya sebentar lalu mulai memakan hidangan dihadapannya.

"Haish, baiklah."

"Aku ingin kau mengajakku kembali berkeliling setelah ini. Karena itu aku tidak ingin kau minum sekarang, eoh?"

"Aku mengerti."

Dia membuka mulut saat sang istri menyuapinya dengan kue beras.

~

"Tidak ingin makan sesuatu lagi?"

"Tidak. Aku kenyang."

Kyuhyun merangkul Hye Soo lalu memasukan tangan kirinya ke saku coat yang masih dikenakan sang istri, menggenggam tangan gadis itu yang juga berada di dalamnya.

"Atau ada barang yang ingin kau beli?"

"Hm? Sepertinya tidak ada. Aku sedang tidak memerlukan apapun."

"Lalu apa kau ingin pulang sekarang?"

"Boleh. Kau juga pasti sudah sangat lelah, kan?"

"Aku tidak akan merasa lelah selama ada kau bersamaku."

"Benarkah? Kalau begitu aku akan berhenti disini, lalu kau larilah kelilingi taman ini dan kembali kemari."

Gadis itu menghentikan langkah dan membuat sang suami juga ikut berhenti.

"Ey, kau ingin menyiksaku?"

"Bukankah kau mengatakan kau tidak akan lelah selama ada aku bersamamu?"

"Lalu apa kaitannya dengan kau memintaku untuk berlari sekarang? Jika kau ikut berlari bersamaku maka benar, aku tidak akan merasa lelah."

"Kau memintaku untuk ikut lari?"

"Kau sendiri yang memulainya."

"Aku kan hanya ingin membuktikan apa kau benar-benar tidak akan merasa lelah jika bersamaku atau tidak."

"Maksudku jika aku kelelahan karena banyaknya pekerjaan dikantor lalu saat aku pulang dan melihat wajahmu, semua rasa lelah itu akan hilang. Kau membuatku kembali bersemangat. Bukan kemudian kau bisa memintaku berlari di saat seperti ini."

"Haish, alasan."

"Haish, kau keterlaluan nyonya Cho."

"Aku tidak peduli.

"Baiklah. Jika kau memang ingin melihatku berlari mengelilingi taman ini, aku akan melakukannya."

"Tidak perlu. Aku sudah tidak menginginkannya."

Gadis itu menyingkirkan tangan Kyuhyun yang masih merangkulnya dan berjalan meninggalkan sang suami yang menggerutu kesal.

Dia berniat membalas kejahilan pria itu. Cukup menciptakan moment bahagia walaupun berupa pertengkaran.

~

"Nona Park Hye Soo- oh, maaf, Nona Cho Hye Soo, saya ingin mengundang Anda untuk ikut hadir dalam acara peresmian perusahaan cabang dari Lee Foundation malam ini. Jadi persiapkan diri Anda, Anda harus tampak sangat sangat sangat cantik. Tepat pukul 7 malam nanti, tuan Cho Kyuhyun yang tampan dan mempesona akan datang menjemput."

"Tapi ingat !! Jangan mengenakan gaun yang terbuka !! Arra ?"

Hye Soo terkekeh saat mendengar voice note yang di kirim oleh Kyuhyun.

Dia berlagak formal diawal tapi akhirnya kembali ke aslinya di akhir; memerintah.

"Arraseo, tuan Cho yang tampan dan mempesona."

Pesan yang ia ketik untuk balasan dari voice note tadi.

Dan dengan segera mendapat balasan berupa emoticon ciuman dari pria itu.

"Mwoya?"

"Apa? Aku bersusah payah menemukan emoticon itu."

"-_-"

"Aku merindukanmu, Hye."

"Aku tidak."

"Haish, tidak bisakah kau bersikap romantis padaku?"

"Untuk apa?"

"Aku tengah membutuhkan semangat darimu, jadi bersikaplah lebih manis."

"Bukankah tadi malam kau mengatakan lebih suka saat aku seperti ini?"

"Cerewet dan menyebalkan seperti ini maksudmu?"

"Ya !! Cho Kyuhyun !!"

Pria itu memberikan stiker karakter yang tengah tertawa.

"Aku harus pergi meeting. Aku mencintaimu, Cho Hye Soo."

"Aku tidak."

"Arra. Kau akan menerima akibatnya karena telah mengatakan itu, nyonya Cho."

"Aku tidak takut."

Pesan terakhirnya tidak dibaca oleh pria itu. Sepertinya dia sudah menutup ponsel dan pergi meeting.

Mereka sering berkirim chat saat Kyuhyun tengah dikantor dan Hye Soo hanya berdiam diri dirumah.

Terkadang pria itu mengirim pesan saat tengah waktu makan siang atau bahkan saat ia tengah meeting.

Entah hanya untuk mengatakan mereka saling merindukan satu sama lain atau hanya untuk mencari topik konyol yang bisa di perdebatkan.

Setidaknya gadis itu tidak merasa bosan karena harus diam sendirian tanpa melakukan apa di rumah.

"Baiklah. Acara peresmian. Gaun apa yang harus aku kenakan?"

Karena waktu juga sudah menunjukkan pukul 3 sore, maka lebih baik dia bersiap dari sekarang.

~

Hye Soo bergegas keluar dari kamar saat mendengar suara pintu depan yang terbuka.

"Hai, sayang. Sudah siap?"

Kyuhyun -seseorang yang membuka pintu tadi- segera menghampiri dan mengecup pipi sang istri.

"Kau tidak ingin makan dulu? Aku sudah menyiapkan makan malam."

"Aku tidak lapar. Lagipula kita bisa terlambat nanti."

"Lalu apa kau tidak ingin mandi dulu?"

"Aku sudah mandi tadi di kantor. Sekarang cepat saja kita berangkat."

"Baiklah."

"Tapi..."

Kata-kata pria itu menggantung.

"Kau tidak ingin mengenakan blazer?"

Gaun hitam panjang yang ia gunakan memang terbuka dibagian pundak.

"Haruskah?"

"Bukankah aku sudah memintamu untuk tidak mengenakan pakaian yang terbuka?"

"Ah, aku lupa."

"Baiklah. Tidak ada waktu untuk mengganti pakaianmu. Kenakan saja jasku nanti."

Pria itu meraih tangan Hye Soo dan segera membawa gadis itu keluar dari rumah.

~

"Ada banyak orang."

Hye Soo mengamit lengan sang suami saat memasuki hall gedung tempat peresmian.

"Tentu saja, sayang. Memangnya kau pikir akan berapa banyak orang yang datang? Tiga? Lima orang?"

"Aish, bukan begitu maksudku."

Gadis itu melepaskan kaitan lengannya dan membuat Kyuhyun sedikit mempoutkan bibir. Terlebih saat dirinya mengambil beberapa langkah menjauhi pria itu.

"Jangan berdiri terlalu jauh dariku."

"Aku justru ingin menjaga jarak denganmu, tuan Cho."

"Hei, nyonya Cho. Mendekat sebelum aku menarikmu."

"Tariklah aku jika kau bisa. Aku berada lebih dekat dengan pintu keluar daripada dirimu. Dengan beberapa langkah saja aku akan segera berada diluar gedung ini.

Mereka bahkan bisa bertengkar saat posisi mereka sekarang masih berada di depan pintu.

"Apakah semua pasangan muda akan selalu bertengkar seperti kalian? Bahkan tanpa melihat situasi dan tempat?"

Seorang pria datang menghampiri bersama seorang wanita disampingnya. Membuat Kyuhyun dan Hye Soo menghentikan pertengkaran konyol mereka.

"Ah, Jung Soo-ssi."

"Apa kabarmu, Kyuhyun-ah?"

"Baik, hyung. Bagaimana denganmu?"

"Baik. Maaf aku tidak bisa datang ke acara pernikahanmu, aku sedang berada di Paris saat itu."

Jung Soo, salah satu rekan kerja sekaligus teman dekat Kyuhyun tersenyum saat Hye Soo tersenyum padanya dan sang istri.

"Tidak apa, hyung."

Kyuhyun melingkarkan tangan di pinggang Hye Soo yang mendekat kearahnya.

"Kenalkan, dia Jung Soo hyung dan istrinya Hye Ri noona."

Gadis itu tersenyum dan menjabat tangan kedua orang itu.

"Kau cantik sekali, Hye Soo-ssi."

"Terima kasih, Hye Ri-ssi."

"Baiklah, aku ingin menemui yang lain dulu. Kalian masuklah dan jangan kembali bertengkar saat kalian bahkan masih berada di depan pintu."

"Arraseo. Pergilah saja, hyung."

Pria itu mendengus singkat dan akhirnya berjalan menjauh bersama sang istri.

"Rekan kerjamu?"

Tanya Hye Soo; menanyakan tentang Jung Soo.

"Hm. Sekaligus senior ku saat kuliah dulu."

Kyuhyun menjawab seraya mengedarkan pandangan; meneliti orang-orang yang ada disana.

"Pergilah jika kau ingin menemui orang-orang."

Gadis itu merapikan kerah kemeja sang suami.

"Kau akan ikut bersamaku."

"Tidak perlu. Lebih baik aku disini saja."

"Disini saja? Berdiri seperti orang bodoh tanpa berbincang dengan siapapun?"

"Haish, walaupun aku ikut denganmu aku juga tetap akan diam dan tidak berbincang dengan siapa-siapa."

Mulai lagi.

"Aku ini ingin mengenalkanmu pada mereka, karena ada banyak rekan kerjaku yang tidak hadir saat hari pernikahan kita. Jadi aku tentu harus membawamu, bukan?"

"Arra. Terserah apa katamu."

Kyuhyun terkekeh melihat ekspresi kesal sang istri.

"Jangan memasang wajah seperti itu, Hye. Kau harus tersenyum agar terlihat cantik."

"Aku tidak bisa tersenyum jika bersamamu."

"Benarkah? Tapi kau tahu aku bisa saja menciummu disini, dihadapan orang banyak dan memberimu hukuman karena tidak menuruti perintahku."

"Hey, berhenti mengancamku !"

"Kalau begitu berhenti menggunakan ekspresi itu. Kau akan membuat orang-orang berpikir jika aku berbuat jahat padamu."

"Bukankah memang seperti itu kenyataannya?"

"Hye Soo-ah."

Kata-katanya penuh penekanan, menunjukkan jika dirinya mulai merasa kesal pada gadis itu sekarang. Sedang yang ditatap hanya balik menatapnya datar dan kemudian dengan cepat mengamit lengannya saat ada orang yang mendekat ke arah mereka.

~

Gadis itu dengan tenang mengikuti sang suami kemanapun pria itu pergi menghampiri rekan-rekan kerjanya. Dan Kyuhyun selalu tersenyum dengan bangga ketika dia mengenalkan Hye Soo sebagai istrinya. Membuat gadis itu juga ikut tersenyum, merasa menjadi sesuatu yang berharga bagi pria itu.

"Kau lelah, eoh?"

"Anni."

"Benarkah? Maaf jika aku membuatmu pusing dengan membawamu pergi kesana kemari."

Mereka berdua tengah berdiri di sudut ruangan yang sedikit berjarak dengan orang-orang yang berkumpul disana setelah tadi berbincang bersama sang pemilik acara peresmian ini.

"Tidak apa. Itu memang tugasku; menemanimu."

"Kau haus? Aku akan mengambil sesuatu untukmu."

Hye Soo tersenyum dan mengangguk lalu memandangi punggung Kyuhyun yang menjauh darinya.

Dia melirik jam yang tertera di layar ponsel, pukul 9 malam. Sudah dua jam mereka berada disana dan sepertinya belum ada tanda-tanda acara ini akan segera selesai.

Menghindari kebosanan, gadis itu memilih mengutak-atik ponsel suaminya yang memang pria itu titipkan tadi. Tentu saja tidak ada hal lain yang bisa ia temukan selain beberapa game yang sengaja Kyuhyun simpan agar dapat ia mainkan saat dia tidak bisa membawa psp kesayangannya.

"Hye?"

Sebuah suara menginterupsi kegiatannya dan membuatnya mengangkat wajah, menatap seseorang yang memanggilnya.

"Young?"

"Ini benar kau, Hye Soo? Park Hye Soo?"

"Ey tentu saja ini aku. Apa kabarmu, eoh?"

Hye Soo memeluk gadis itu dengan erat. Melepaskan kerinduan pada Young Me -sahabatnya- yang sudah hampir lebih dari 2 tahun tidak ia jumpai.

"Baik, kau sendiri?"

"Baik, sangat baik. Kenapa kau tidak pernah memberiku kabar? Kau lupa padaku?"

Gadis itu melepas pelukannya namun masih memegang tangan sang sahabat.

"Tentu saja tidak. Tidak mungkin jika aku lupa padamu. Saat itu ponselku rusak dan aku kehilangan semua kontak yang ku miliki."

"Alasan."

"Eoh? Kau tidak percaya padaku?"

"Tentu saja tidak."

"Baiklah, terserah kau saja."

Hye Soo terkekeh melihat Young Me yang mempoutkan bibir saat ini.

Karena terlalu senang bertemu dengan gadis itu, dia tidak menyadari kehadiran seorang pria yang berdiri tidak jauh dari mereka dan melemparkan senyum. Mungkin ikut merasa senang melihat pertemuan antara dua sahabat ini.

Young Me mengikuti pandangan Hye Soo dan menatap pria yang sama.

"Maaf, aku lupa mengenalkannya."

Dia menarik lengan pria itu mendekat.

"Kenalkan, dia sahabatku, oppa. Park Hye Soo."

"Dan Hye, ini Hyukjae oppa."

Mereka saling melempar senyum dan berjabat tangan. Setelahnya Hye Soo menatap Young Me, seakan bertanya menggunakan mata. Bertanya siapa pria ini.

"Dia... suamiku."

"Suami? Kau bahkan tidak memberitahuku jika kau sudah menikah? Ck, kau benar-benar."

Hye Soo memasang wajah kesal dan mengalihkan pandangan.

"Maaf."

Young Me mendekat dan memeluk sang sahabat dari samping.

"Sudah ku katakan bukan jika aku kehilangan kontakmu? Dan kau tahu aku tinggal dimana. Lagipula kami sangat sibuk, setelah hari pernikahan saja dia harus pergi ke Roma dan aku sudah harus kembali ke kantor. Aku bahkan tidak bisa mengantar kedua orang tuaku pulang kemari. Maaf."

Dia mengatakan kalimatnya dengan penuh penyesalan, walaupun dia tahu jika Hye Soo tidak akan mungkin benar-benar marah padanya.

"Maaf, Hye Soo-ssi. Aku seharusnya segera membawa dia kemari dan menemuimu. Dia sering mengatakan jika dia sangat merindukanmu tapi karena jadwal kami yang padat jadi kami tidak bisa pergi kemana-mana."

"Kami bahkan kemari karena urusan bisnis, jika tidak kami tidak mungkin muncul disini."

"Arraseo, aku memaafkanmu. Untuk kali ini saja."

"Kau memang sahabat terbaikku, Hye."

Gadis itu melonggarkan pelukannya.

"Hm. Sahabat terbaik yang kau lupakan."

Ucap Hye Soo datar yang langsung membuat Young Me reflek kembali memeluknya.

Sedang Hyukjae hanya bisa terkekeh melihat tingkah mereka berdua.

"Lalu apa yang kau lakukan disini? Kau mendapatkan pekerjaan disini? Dan kau tinggal bersama siapa? Paman dan bibi tidak mungkin ikut tinggal bersamamu disini kan?"

"Kau tidak ingin menambah daftar pertanyaannya, eoh?"

"Hehe, maaf. Jawablah satu persatu."

"Aku tidak bekerja disini. Aku pindah kemari karena mengikuti seseorang dan tentu saja paman dan bibi tidak ikut kemari."

"Mengikuti seseorang? Siapa?"

Young Me menatapnya penasaran.

"Siapa? Suamiku."

Dia berhasil membuat sang sahabat membulatkan mata karena terkejut.

"Tadi kau yang marah karena aku menikah dan tidak memberitahumu. Dan sekarang kau mengatakan jika kau juga sudah menikah. Saat ini aku yang marah padamu, Hye."

"Haha, kau tidak tahu karena aku sengaja tidak memberitahu keluargamu. Bahkan yang datang saat pernikahanku hanya paman dan bibi."

"Sama saja."

Young Me benar-benar menunjukkan jika dirinya tengah kesal sekarang. Membuat suaminya dan Hye Soo terkekeh.

"Baiklah, maaf maaf. Kau tidak ingin bertemu suamiku, eoh?"

"Ah, benar. Aku ingin sekali, aku sudah lama tidak melihat wajah tampan Jongwoon oppa. Dimana dia sekarang?"

Gadis itu tersenyum dan mengedarkan pandangan. Tanpa menatap Hye Soo yang memasang ekspresi aneh saat ini.

"Young."

Dia bersuara pelan dan menyentuh lengan sang sahabat.

"Ya?"

Saat itulah gadis itu menatapnya dan menangkap ekspresi itu.

"Wae? Ada apa?"

"Itu-"

"Hye?"

Kyuhyun datang. Sungguh waktu yang sangat tepat.

"Hai, oppa."

Kyuhyun melempar senyum pada Hyukjae dan Young Me.

"Aku akan mengenalkanmu pada mereka. Dia, Young Me dan suaminya Hyukjae."

"Cho Kyuhyun."

Kyuhyun menjabat tangan kedua orang dihadapannya.

"Dia suamiku."

Ucap Hye Soo saat mendapat tatapan tanya dari Young Me.

Sekarang giliran Young Me yang memasang ekspresi aneh di wajahnya.

"Ah, kau Cho Kyuhyun CEO dari Cho Corp?"

Hyukjae mengeluarkan suaranya.

"Benar. Jika aku tidak salah kau adalah manager dari cabang perusahaan Shin di Jepang bukan?"

"Benar. Itu aku."

"Wah, senang berkenalan denganmu, Hyukjae-ssi."

Hye Soo tersenyum melihat suaminya berbincang dengan suami Young Me. Dia berusaha untuk tidak menanggapi sang sahabat yang terus menatapnya tajam.

"Em, maaf. Bolehkah aku berbincang sebentar dengan Hye Soo diluar?"

Young Me menatap Hyukjae dan Kyuhyun bergantian.

"Silahkan."

Kyuhyun tersenyum dan melepas tangannya yang sedari tadi melingkar di pinggang Hye Soo.

~

"Kau berhutang penjelasan padaku."

"Penjelasan tentang apa?"

"Semuanya. Tentang pernikahanmu juga."

"Penjelasan seperti apa tepatnya?"

"Berhenti berbelit-belit Hye."

Merasa kesal dengan jawaban ambigu Hye Soo.

Gadis itu hanya tersenyum tipis seraya memperhatikan pemandangan yang terpampang dihadapannya.

Mereka berdua tengah berada ditaman kecil yang tersedia disamping kiri gedung. Memberikan pemandangan segar dengan air mancur kecil dan beberapa tanaman bunga.

"Tapi aku benar-benar tidak mengerti. Penjelasan seperti apa yang kau maksudkan."

"Haish. Bagaimana kau bisa tinggal disini? Bagaimana kau bisa menikah dengan pria yang sepertinya bukan berasal dari tempat tinggal kita? Dan yang terpenting apa yang terjadi pada hubunganmu dan Jongwoon oppa?"

"Young."

Dia merubah posisi duduknya dan menghadap sang sahabat.

"Apa begitu mengejutkannya bagimu saat tahu aku menikah dengan pria lain selain Jongwoon oppa?"

"Tentu saja. Aku tahu bagaimana hubungan kalian. Berapa lama kau bersamanya. Aku tahu dia satu-satunya pria yang paling dekat atau lebih tepatnya berhasil mendekatimu. Aku tahu kau bergantung padanya dan seakan tidak bisa berpisah dari Jongwoon oppa. Dan aku tahu kemungkinan untukmu menjalin hubungan dengan pria lain hanyalah 5%. Aku tahu kau sangat mencintainya dan begitupun dia. Aku tahu semuanya, Hye!"

Perkataannya menggebu-gebu. Benar-benar memerlukan penjelasan yang sangat jelas tentang semuanya.

"Kau benar. Memang hanya dia pria yang dekat denganku. Kau tahu aku bergantung padanya. Dia peganganku, dia panutanku, dia segalanya. Kau memang tahu semua itu."

"Lalu?"

"Lalu? Sesuatu terjadi. Di antara kami. Tidak ada lagi pasangan HyeWoon yang dikenal oleh hampir seluruh orang di pulau. Tidak ada lagi pasangan HyeWoon yang selalu mengunjungi pantu asuhan dan bermain bersama anak-anak disana. Tidka ada lagi pasangan HyeWoon yang selalu berkeliling menggunakan sepeda mengitari tempat tinggal kita. Semua itu tidak ada lagi, Young."

Sekarang giliran dirinya yang menggebu-gebu. Sungguh, mengingat Jongwoon sama saja dengan membuka luka lamanya.

Semoga saja tidak ada titik-titik air yang akan jatuh nanti.

Tapi tidak. Satu detik setelah sang sahabat mendekat dan memeluknya, pertahanannya runtuh.

Air mata karena pria itu kembali jatuh setelah begitu lamanya dia berhasil menguatkan diri dan sedikit demi sedikit berhasil melupakan segala sesuatu tentang Jongwoon.

"Dan kau tidak ingin menceritakan padaku apa yang terjadi?"

"Menceritakannya?"

"Hm."

Hye Soo menarik tubuhnya menjauh dan menatap Young Me.

"Baiklah. Dia melamarku."

"Dia? Jongwoon atau Kyuhyun?"

"Emm, dia..."


~TBC~

The House #1

Part 1

`

"Kyaaaa." terdengar teriakkan riuh dari para penonton saat Super Junior M menyelesaikan penampilan untuk lagu Swing-nya.

"Gamsahamnida." ucap Zhoumi lalu pergi menyusul para member yang lain yang sudah lebih dulu berjalan ke belakang panggung.

"Huft, melelahkan." ucap Kyuhyun saat memasuki ruang make-up.

"Ini."

Ryeowook menyodorkan botol minuman ke hadapan evil maknae itu.

"Gomawo."

Kyuhyun membuka botol dan meneguk isinya. Dia lalu memperhatikan para member yang tengah sibuk mengganti pakaian perform mereka.

"Kita tidak ada jadwal lagi kan setelah ini?" tanyanya.

"Ada, tapi 2 jam lagi." sahut Zhoumi.

"Baguslah."

Kyuhyun bergegas mengganti pakaiannya dan kemudian mengikuti para member yang berjalan ke arah parkiran milik gedung MBC.

"Kyu, bagaimana dengan rumah yang akan kau beli kemarin?" tanya Sungmin setelah masuk ke dalam mobil.

"Aku sudah melihat bagian dalamnya, interiornya unik dan penataan furniturenya juga rapi, walaupun itu rumah tua tapi terlihat nyaman, hyung." sahutnya yang mulai menutup wajah dengan jaket.

"Asal jangan kau sembarang membawa wanita ke rumah itu, hyung. Penghuninya pasti akan marah nanti."

Henry yang tengah asik menikmati cemilan ikut memberi komentar.

"Penghuni yang mana? Aku ini penghuninya."

Kyuhyun menyahut tanpa menyingkap jaket di wajahnya.

"Biasanya sebuah rumah tua akan selalu ada penghuninya."

Henry memberi tanda kutip pada kata "penghuni" menggunakan kedua tangannya.

"Tenang saja. Kyuhyun kan masih memiliki hubungan keluarga dengan hal semacam itu, jadi dia tidak akan mungkin diganggu." cibir Eunhyuk.

Kyuhyun hanya diam, memilih untuk tidak mendengarkan ocehan aneh dari para member yang lain.

~

"Hyung, aku keluar dulu, aku ingin memeriksa rumah baru ku." ucap Kyuhyun pada Sungmin dan yang lain yang tengah bersantai di ruang tengah.

"Aku ikut. Aku ingin melihatnya."

Sungmin menyambar jaket Henry yang ada di sofa dan memakainya.

"Jangan terlalu lama. Ingat, jadwal kita 1 jam lagi." ucap Zhoumi.

Kyuhyun mengacungkan ibu jarinya seraya berjalan ke arah pintu tanpa menoleh ke arah Zhoumi.

~

"Kau yakin akan membeli rumah ini?" tanya Sungmin sesaat setelah turun dari mobil Kyuhyun.

"Memangnya kenapa?"

"Tidak. Hanya saja disini terlalu sepi, ditambah lagi tidak ada penjaga. Kau yakin area di sekitar sini aman?"

"Tenang saja, disini terkenal aman." sahutnya lalu berjalan menghampiri seorang pria yang sepertinya pihak dari perusahaan penjual rumah.

"Annyeonghaseyo Kyuhyun-ssi."

"Ne, annyeonghaseyo Tuan Lee."

"Bagaimana kalau kita ke dalam dan melihat sekali lagi agar Anda yakin untuk membelinya."

"Baiklah."

Tuan Lee masuk ke dalam rumah dan diikuti Kyuhyun dan Sungmin.

"Pemilik rumah ini sebelumnya apakah memberi tahu alasan kenapa dia menjual rumahnya? Sayang sekali dia menjual rumah seunik ini."

"Kebetulan pemilik rumah ini adalah sahabat baik saya. Namanya Kim Hyeonseung, istrinya meninggal 2 bulan yang lalu dalam kecelakaan bus saat akan kembali kesini dari Gyeon-do, karena tidak ingin membuat anak perempuan satu-satunya sedih berlarut-larut, 1 minggu setelah istrinya meninggal dia meminta saya untuk menjual rumah ini dan kemudian dia memutuskan untuk pergi ke tempat orang tuanya di Jeju-do dan tinggal disana." jelas pria yang usianya sekitar 40 tahun itu.

"Eoh, benarkah? Pantas saja, mungkin disini terlalu banyak kenangan bersama istrinya."

Sungmin berbicara seraya memperhatikan sebuah lukisan berukuran sedang yang ada di dinding yang menampilkan wajah seorang wanita cantik.

"Apakah ini lukisan istrinya yang meninggal itu?"

"Benar. Maaf saya lupa untuk mengambil lukisan itu. Nanti akan saya letakkan di gudang."

"Baiklah, jadi bagaimana dengan surat rumah atau sertifikat-sertifikat lainnya?"

Kyuhyun mengajak Tuan Lee berjalan keluar rumah untuk membicarakan tentang surat rumah itu.

Sedangkan Sungmin masih terdiam memperhatikan lukisan istri Tuan Kim. Tidak berapa lama dia memilih untuk ikut keluar rumah seraya mengusap-usap matanya.

"Apakah mataku bermasalah? Kenapa aku melihat lukisan itu mengeluarkan air mata?"

Dia menggeleng-gelengkan kepala, berusaha meyakinkan kalau dia hanya berhalusinasi.

~

"Bagaimana menurutmu hyung tentang rumahnya?" tanya Kyuhyun seraya tetap fokus menyetir.

"Bagus. Dekorasinya menarik, dan karena tempatnya tidak terlalu ramai kau akan aman dari gangguan fans."

"Kau benar. Ditambah lagi jaraknya yang tidak teralu jauh dari dorm, jadi aku tidak akan terlambat."

"Kapan kau akan mulai berbenah?"

"Entahlah, mungkin minggu depan. Aku harus mengisinya dulu agar bisa siap untuk ku tempati."

"Kau akan menempatinya sendirian?"

"Untuk saat ini tidak. Ada sepupuku dari London yang akan ikut tinggal disana, dia akan melanjutkan kuliahnya disini."

"Eoh, baguslah. Setidaknya rumah barumu itu tidak akan berubah jadi kapal pecah jika kau menempatinya sendiri."

"Kalaupun rumahku rapi, pasti juga akan berantakkan saat kalian datang kesana."

Sungmin terkekeh mendengar perkataan yang memang berdasarkan pada fakta itu.

~

1 minggu kemudian.

Kyuhyun terlihat sibuk mengeluarkan barang-barang dari dalam box dan kemudian menatanya diatas meja di samping ranjang.

Setelah selesai, dia berjalan keluar kamar dan melihat masih banyak barang yang harus dia tata.

"Aku berharap ada bala bantuan datang kemari." ucapnya seraya mengangkat salah satu box.

Tidak berapa lama terdengar suara mobil.

Dia pun bergegas pergi ke depan dan berniat membuka pintu, namun didahului oleh tamu yang langsung masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu.

Dan sudah bisa ditebak, siapa lagi yang bisa seenaknya masuk ke rumahnya seperti itu jika bukan para hyungnya.

Yang bahkan hanya menepuk pundaknya saat pria itu tengah terperangah melihat tingkah mereka yang langsung masuk ke dalam dan duduk di sofa.

"Yaa !! Bisakah kalian mengetuk pintu terlebih dahulu?" semprotnya setelah tersadar.

"Ayolah, kau seperti tidak mengenal kami saja." Ini suara Kangin.

"Lebih baik kau jangan protes. Selagi kami sedang berbaik hati, apa yang bisa kami bantu?" sahut Eunhyuk.

Kyuhyun hanya menghela nafas, dia tidak boleh melewatkan kesempatan dimana para hyungnya sedang berhati malaikat seperti sekarang ini.

"Banyak barang yang belum dikeluarkan dari box dan diletakkan di tempatnya."

Beruntung hari ini mereka sedang tidak ada kegiatan, jadi dia bisa mendapatkan bala bantuan seperti yang diharapkan.

Para pria itu mulai bekerja; menata barang-barang yang masih terbungkus kotak ke tempat yang diinginkan oleh Kyuhyun.

Setiap orang mendapat bagian untuk mengurus tempat-tempat disana, seperti dapur, ruang tengah, dan kamar tidur.

"Kau hanya tinggal sendiri, tapi kenapa barangmu banyak sekali?" keluh Donghae saat melihat banyak benda-benda yang belum tertata rapi dan masih berada di lantai ruang tengah dan dapur.

"Aku tidak akan tinggal sendiri. Ada orang lain yang akan tinggal disini." sahut sang pemilik rumah dari dalam kamarnya yang tidak jauh dari ruang tengah.

"Eoh, siapa? Istrimu?"

Kyuhyun hampir saja menjatuhkan guci kecil ke atas kakinya saat mendengar omongan konyol Eunhyuk.

"Benar. Istri dan anakku." teriaknya yang membuat member lain tertawa.

"Kalian berdua sama saja gilanya."

Siwon mengangkat kotak berisi perlengkapan makan dan membawanya ke dapur.

Karena koordinasi dan kerja sama yang baik; walaupun disertai dengan perbincangan konyol; pekerjaan mereka -lebih tepatnya pekerjaan Kyuhyun- selesai dengan cepat.

Mereka pun segera mendaratkan tubuh ke atas sofa di ruang tengah, sedang sebagian yang lain duduk dan merebahkan diri di lantai.

"Kau tidak menyediakan kami minuman, Kyu?"

Kangin yang tengah mencari remote televisi seakan menjadi juru bicara dari adik-adiknya yang kelelahan dan kehausan.

"Kalian kan bisa mengambilnya sendiri."

Kyuhyun yang baru saja keluar dari kamar mendapati ruang tengahnya tidak lagi dipenuhi banyak box berisi barang-barang melainkan berisi para hyungnya yang bergulingan di lantai.

"Siapkan saja. Aku akan membantumu."

Ryeowook bergegas menghampiri dan menariknya ke dapur.

"Siapkan makanan dan aku akan menyiapkan minumannya."

Kyuhyun membalas perintah Ryeowook itu dengan anggukan malas.

Tidak berapa lama setelahnya mereka kembali ke ruang tengah dengan membawa nampan berisi minuman dan makanan lalu meletakkannya ke meja di hadapan sofa.

Eunhyuk yang tengah memainkan gadgetnya tiba-tiba bangkit dan berlari ke dapur. Tidak ada yang memperhatikan tingkahnya karena sudah bisa ditebak dia pergi kemana.

Setelah keluar dari kamar mandi, dia mengambil gelas di lemari lalu iseng berjalan ke balkon.

Saat itulah dia melihat seorang wanita muda yang sedang berdiri di teras rumah di samping rumah Kyuhyun seraya menatap ke arahnya.

Karena merasa aneh dengan wanita itu yang terus menatapnya, Eunhyuk bergegas kembali ke ruang tengah.

"Sepertinya kau akan mendapat tetangga baru, Kyu." ucapnya lalu duduk di samping Siwon.

"Maksudmu?"

"Ku lihat di rumah sebelah penghuninya seorang wanita, jadi kau tidak akan kesepian di sini."

Kyuhyun hanya membeo dan mengangguk.

Sesaat kemudian dia seakan teringat sesuatu dan mulai mencerna kata-kata Eunhyuk tadi. 

"Bukankah rumah sebelah kosong?"


TBC

Alright

I still remember, just thinking about it makes my heart flutter
You’re still the same, when you look at me, acting childish
Through all this time, I’ve been colored with that love
Again today, I can feel that love

I like this feeling, I’m feeling good

When you call my name
You know me well, I know you too
When we talk with just our eyes
Even after time, you still surprise me
I lack so much but you always embrace me
Oh you’re so beautiful always


I don’t care where we go, as long as we’re together
Even on late rainy nights
You’re my sunlight, sometimes the moonlight
You always shine next to me

I hope we can entwine fingers and walk together
Even if the world changes, I hope we will never change
You know, you’re so beautiful always


Even after 10 years, we’re alright
Even if we’re childish sometimes, we’re alright
If we’re together forever, we’re alright
You know I’ll always be there

Let’s go together, We’ll be Alright
Now promise us, we’re alright
We promise, we’ll be with you forever

Super Junior _ Alright

`

Kue, beberapa kotak hadiah serta balon-balon yang berserakkan menjadi pemandangan yang akan kau dapati begitu menginjakkan kaki di ruang tengah.

Sepertinya tingkah kekanakan seorang Lee Donghae sedang muncul sekarang.

"Untuk apa semua balon ini?"

"Menyemarakan suasana."

"Kekanakan."

"Aku tidak peduli."

Menarik tangan sang istri agar duduk lalu segera menyalakan lilin yang bertengger diatas kue tart.

"Tiup lilinnya dalam hitungan ketiga."

"1, 2, 3 !!"

Dia bahkan bertepuk tangan dengan antusias dan membuat sang istri ikut melakukannya.

"Selamat ulang tahun pernikahan, sayang."

"Selamat ulang tahun pernikahan juga, oppa."

Hye Ri memberikan kecupan singkat di kedua pipi, bibir serta kening sang suami. Begitupun sebaliknya.

"Tidak biasanya kau menyiapkan sedikit hadiah."

"Kau akan terus protes saat aku menyiapkan banyak hal."

Ini bukan tahun pertama, melainkan tahun ketujuh pernikahan mereka.

Tentu saja Hye Ri sudah cukup bosan dengan banyaknya hadiah yang biasa Donghae siapkan.

"Sudah ku katakan jika hadiah yang ku inginkan hanya-"

"Menghabiskan waktu bersamaku dan juga Haru. Aku mengingatnya, sayang."

"Tapi kau tetap saja tidak mendengarkannya."

"Aku hanya tidak bisa menahan diri untuk memberikanmu sesuatu."

"Lebih baik kau memberikan hadiah untuk Haru dibanding untukku."

"Hadiah seorang adik?"

"Jangan macam-macam."

"Haha, aku hanya bercanda."

Tangannya menyodorkan sebuah piring kecil; meminta agar sang istri memberinya sepotong kue.

"Kapan kau akan menjemput Haru?"

"Haru? Aku tidak akan menjemputnya."

Menyuapkan sesendok kue ke mulutnya sendiri.

"Ey. Lalu kau akan membiarkan dia tetap disana?"

"Aku tadi hanya menawarkan apa dia ingin menginap disana atau tidak, dan dia langsung saja mengangguk dengan antusias."

"Benarkah?"

"Kau memang sengaja ingin menitipkan dia pada (eomma), bukan?"

"Aku hanya ingin menghabiskan waktu berdua saja denganmu."

Hye Ri berdiri dan beranjak ke dapur membawa kue tart yang hendak ia simpan di pantry.

"Dia tidak akan mengganggu walaupun ada disini."

"Ayolah, sayang. Lagipula (eomma) juga tidak keberatan Haru menginap disana, justru mereka senang."

"Hm. Aku tahu."

Wanita itu kembali duduk setelah menyingkirkan beberapa balon yang memenuhi area disamping sofa.

"Kau tidak ingin membuka hadiahmu?"

"Haruskah?"

"Hm. Harus."

Hye Ri mengangguk dan meraih hadiah berbungkus kertas berwarna biru lalu membukanya.

Menemukan sebuah diari kecil dengan warna senada seperti kertas pembungkusnya.

"Diari?"

"Lihat di dalamnya."

Donghae yang masih sibuk dengan kuenya bergeser mendekat dan memperhatikan sang istri yang fokus dengan lembar pertama diari ditangannya.

(The first time) miring

Kalimat yang tertulis disana, diikuti dengan tanggal, bulan serta tahun. Lalu fotonya tertempel dibagian bawah.

"Ini saat kita pertama kali bertemu?"

Ucapnya sedikit tidak percaya yang mendapat anggukan dari sang suami.

"Kau mengambil foto ku saat itu?"

"Aku hanya berjaga-jaga jika aku tidak memiliki kesempatan lain untuk bertemu maka aku memiliki foto itu sebagai kenangan."

Yang berhasil menimbulkan senyuman dibibir Hye Ri.

Wanita itu lalu membuka lembar-lembar selanjutnya yang menampilkan kenangan kebersamaan mereka berdua, hingga dia sampai dilembar dengan foto hasil USG miliknya yang tertempel disana.

"Saat pertama kita tahu tentang kehamilanku."

Ucapnya seraya mengusap foto itu.

Dia lalu melanjutkan membuka lembaran lain yang berisi foto-foto perayaan ulang tahun pernikahan mereka dari tahun pertama hingga keenam.

Dan setelahnya terdapat lembar kosong yang hanya bertuliskan '7th Anniversary' dibagian atas.

"Aku akan menempel foto kita hari ini dilembar itu."

Donghae meraih tangan Hye Ri lalu memeluknya.

"Terima kasih karena bersedia menemaniku selama ini."

"Aku yang seharusnya berkata seperti itu."

"Terima kasih karena menjadikanku wanita yang beruntung karena memilikimu dan menjadi ibu dari anakmu."

Sebuah kecupan mendarat dikening Hye Ri saat wanita itu melepas pelukan suaminya.

"Aku tidak kalah beruntungnya karena mendapatkanmu, sayang."

"Sekarang ucapkan harapan kita masing-masing untuk ulang tahun pernikahan ini. Mulai darimu."

"Aku ingin kau selalu bersamaku, menemaniku membesarkan dan menjaga Haru. Menghabiskan sisa waktu hidup kita bersama. Walaupun mungkin aku belum menjadi istri dan ibu yang baik, tapi aku harap kau selalu ada disampingku untuk sekarang dan nanti."

"Aku akan mengatakan hal yang sama. Terima kasih karena kau masih bersedia hidup bersama pria sepertiku. Terima kasih karena kau bersedia menghadapi segala sifat kekanakkan milikku. Terima kasih karena menjadi cinta pertama serta cinta terakhirku."

Donghae mengusap kepala sang istri dan menatap mata wanita itu.

"Aku harap walaupun semua hal didunia ini berubah tapi cinta kita akan selalu sama dan akan semakin kuat."

"Aku berjanji akan selalu disampingmu. Dan apa kau bersedia untuk berjanji agar juga selalu disampingku, Lee Hye Ri?"

"Tentu saja. Aku berjanji. Aku akan bersamamu, menjaga semua hal yang kita bangun dan kita miliki saat ini."

"Dan merajut kenangan indah lain dimasa yang akan datang, eoh?"

"Hm. Ne."

Dia kembali tersenyum dan mencium singkat kedua pipi Donghae dan memeluk pria itu.

Menikmati setiap detik kebersamaan mereka.

Untuk saat ini, dan dimasa yang akan datang.

FIN

Don't Wake Me Up

When morning comes and the sunlight wraps around us
Even if I don’t get up, don’t wake me up

Touch me like the spring wind, everything about you is beautiful
I’ll pull you in like this oh baby and whisper that I love you


Don’t wake me up
Let’s draw a comma for a bit, let’s loosen up and stretch
My arm pillow is your resting place
I’ll make a bonfire to melt your body


Without you, I’m an empty tin can
Just like leftover scraps
So when I open my eyes, please be by my side

When the sun sets, under that light, my eyes dazzle at the sight of you
As I look at you like this baby, I softly kiss your lips


Push back your worries for a bit, it’s alright, oh it’s alright
This is your resting place, just stay like that, it’s alright, oh it’s alright

Super Junior D&E _ Don't Wake Me Up

`

Sinar matahari, alarm yang memekikkan telinga serta suara sang istri yang semakin lama semakin meninggi sama sekali tidak mengusik ketenangan tidur seorang Lee Donghae.

Pria itu seperti lebih memilih berkutat dengan dunia mimpi dibanding harus bangun lalu pergi ke kantor dan meninggalkan wanita yang menjadi penyemangat hidupnya dirumah.

"Oppa, ayolah. Kau akan terlambat."

Untuk kesekian kalinya Hye Ri kembali masuk ke kamar dan berusaha membangunkan sang pangeran tidurnya.

"Aku tahu kau sudah bangun. Cepatlah mandi lalu pergi ke kantor."

Dia menarik selimut yang masih tertindih oleh pria yang membelakanginya itu.

"Beri waktu sebentar lagi."

Benar, dia memang sudah bangun. Hanya malas untuk beranjak dari salah satu tempat favoritnya.

"Kau akan terlambat nanti, lagipula aku harus pergi ke cafe."

"Meeting hari ini dibatalkan jadi aku tidak harus pergi ke kantor."

Pria itu akhirnya beranjak merubah posisi tubuh dan menghadapnya.

Membuka mata perlahan.

"Dan kau juga tidak perlu pergi. Biarkan saja pegawai yang mengurus cafe untuk hari ini."

"Ey, kenapa harus begitu?"

Hye Ri membiarkan sang suami menarik tangan dan membuatnya berbaring dipelukan pria itu.

"Aku ingin menghabiskan waktu denganmu."

"Kita selalu bersama."

"Tidak setiap saat. Hanya saat aku dirumah dan saat kau tidak sedang sibuk dengan cafe."

"Lalu apakah itu semua tidak cukup?"

"Tentu saja tidak."

Donghae mempererat pelukan dan menempatkan dagunya ke atas kepala sang istri.

Matanya masih berkerjap beberapa kali karena rasa ngantuk yang masih mendera.

"Aku ingin menghabiskan setiap detik bersamamu."

"Hmm. Kau semakin pintar merayu."

"Aku tidak merayumu, sayang."

"Benarkah? Tapi semakin kesini kata-katamu semakin manis."

"Mungkin karena predikat sebagai cinta pertama dihidupku membuatmu jadi sangat spesial."

"Lalu kau akan beralasan jika kau tanpa sadar menjadi lebih romantis seperti itu?"

"Mungkin. Kau tahu, rasa nyaman akan membuatmu tanpa sadar melakukan hal-hal yang tidak biasa."

"Contohnya."

"Contoh? Aku. Jika kau tahu, Siwon dan Hyukjae mengatakan jika hatiku membatu sejak lahir. Karena apa?"

"Karena kau terlalu cuek pada orang lain."

"Benar. Terutama pada wanita. Aku merasa seorang wanita akan menjadi beban dihidupku, membuatku terkekang dan tidak bebas. Dan tanpa sadar aku akan selalu menarik diri dan menjauh dari mereka yang tengah berusaha mendekati."

Hye Ri menarik wajahnya sedikit menjauh dan melihat sang suami.

Ingin mendengarkan seraya menatap wajah pria itu.

"Bukannya aku berlagak jual mahal, aku hanya merasa kurang nyaman ketika ada seorang wanita disampingku. Kau juga tahu jika aku akan lebih memilih menyendiri dibanding bersama orang banyak, pria maupun wanita, bahkan keluargaku sekalipun."

"Tidak nyaman atau tidak percaya diri?"

"Keduanya. Tidak nyaman karena tidak terbiasa dan tidak percaya diri karena bingung dengan apa yang harus dilakukan saat berkumpul dengan orang lain."

Tangannya asik memainkan rambut sang istri yang bergerak nyaman di pelukannya.

"Lalu?"

"Seperti yang orang katakan; cinta merubah seseorang. Untuk pertama kalinya aku memiliki ketertarikan untuk bersama seseorang, untuk pertama kalinya aku memiliki keinginan untuk mendekati bahkan memiliki seseorang. Untuk pertama kalinya ada seseorang yang aku harapkan selalu ada disampingku."

"Semua sikap tertarik serta egois karena harapan untuk memiliki itu tiba-tiba selalu memenuhi pikiranku. Aku mungkin menjadi terlihat bodoh karena memang hal ini terjadi untuk pertama kalinya."

"Untuk pertama kalinya aku memiliki seseorang yang selalu memenuhi pikiranku, membuatku tampak idiot karena selalu tersenyum saat memikirkannya."

"Dan kau tentu saja tahu siapa orang itu."

Hye Ri menarik selimut hingga menutupi pinggangnya.

"Cinta pertamamu?"

"Ya. Kau."

~

"Kau tahu, sayang? Selama beberapa tahun ini aku selalu bermimpi setiap malam. Dan anehnya selalu dengan mimpi yang sama."

"Mimpi buruk?"

Hye Ri mengalihkan buku yang ia baca dan mulai mengincar cemilan yang tengah dinikmati sang suami.

"Tentu saja bukan."

Pria itu dengan cepat menjauhkan tangannya agar Hye Ri tidak dapat menyentuh cemilannya.

Mereka tengah bersantai diruang tengah; duduk dilantai dengan meja ditengah-tengah mereka yang terdapat beberapa buku serta cemilan disana.

"Lalu mimpi seperti apa?"

Tidak ingin melayani tingkah kekanakkan Donghae, dia memilih membuka cemilan lain yang tersedia.

"Mimpi yang sangat-sangat indah. Tapi selalu saja terganggu karena kau membangunkanku."

"Aku kan tidak tahu jika kau tengah bermimpi. Aneh."

"Haish. Kau ingin tahu tentang mimpiku atau tidak."

"Baiklah. Ceritakan."

"Di mimpi itu selalu ada kau dan aku. Kita menghabiskan waktu bersama, terkadang dirumah atau di tepi pantai. Aku berpikir rumah kita mungkin berdekatan dengan pantai."

"Kita menghabiskan waktu bersama di balkon atau kadang aku fokus memperhatikanmu saat kau tengah memasak di dapur. Aku merasa bahagia dan nyaman saat melakukannya."

"Lalu biasanya akan ada suara keributan di dalam rumah, seperti ada orang yang berlarian disana. Dan setiap aku ingin melihat siapa yang membuat keributan itu, aku pasti akan terbangun karenamu dan tidak tahu kelanjutan dari mimpi itu."

"Apa selalu begitu?"

"Ya. Aku selalu terbangun saat ingin melihat siapa orang lain yang berada di rumah kita."

"Lalu?"

"Akhirnya tadi malam, aku kembali bermimpi dan mengetahui kelanjutannya."

"Benarkah? Siapa?"

Wanita itu mulai mencondongkan tubuh karena tertarik dengan cerita yang suami.

"Ada dua anak kecil, laki-laki dan perempuan yang berlari dari ruang tengah ke arah kita. Salah satu dari mereka lari ke pangkuanku dan yang satu lagi menghampiri dan memelukmu."

"Anak kita?"

Pertanyaan penuh antusias itu mendapat anggukan dari Donghae.

"Wajah mereka terlihat mirip, menurutku mereka kembar."

"Kembar? Ah, aku berharap kita benar-benar mendapatkan anak kembar."

"Kau sudah bisa merasakan kebahagian yang aku maksud, bukan? Karena itu aku terkadang tidak ingin siapapun membangunkanku dan menghancurkan mimpi bahagia itu."

"Maaf."

Donghae meraih tangan Hye Ri dan menggenggamnya.

"Tapi, saat aku terbangun dan melihat wajahmu aku tersadar akan satu hal. Aku tidak bisa marah karena kau mengganggu mimpi indah ku tapi seharusnya aku melakukan hal lain agar mimpi itu menjadi sesuatu yang nyata."

"Agar aku bisa mendapati hal indah yang sama, baik di dalam mimpiku atau di dunia nyata."

"Dan mendapatimu di sampingku saat aku membuka mata adalah salah satu mimpi indahku yang menjadi nyata."

"Jadi maaf jika saat pagi kau membangunkanku aku akan kembali menarikmu agar tidur di pelukanku dan membiarkanku membangun mimpi lain yang tak kalah indahnya."

"Dunia mimpi bersamamu dan anak kita."

"Dunia yang menjadi mimpiku juga."

Wanita itu menatapnya, mengusap pipinya dengan lembut.

"Dan mimpi yang akan kita bangun bersama di sini, di dunia nyata milik kita berdua."

"Serta keluarga kecil kita."

"Ya. Keluarga kecil kita yang akan menjadi harta berharga bagiku."

Pria itu mencium tangan sang istri serta mengusap pucuk kepalanya.

Berharap semua itu bukan lagi mimpi melainkan hal nyata yang bisa mereka milikki nanti.

FIN

Love at First Sight


I wanna walk with you and hold your hands
Don’t be shy, I only have you

Hey, you won’t believe me but it’s love at first sight
I followed you without a plan from that corner over there
Are you gonna think I’m weird if I ask for your number?
Do you want to go to that cafe and get some tea first?

Super Junior T _ Love at First Sight

`

"Kau terlihat mengenaskan, Hae."

"Mengenaskan apanya, Hyuk? Kalian yang terlalu kejam karena memaksaku ikut pergi."

"Kami hanya ingin membantu. Mungkin saja kau menemukan gadis yang bisa menarik perhatian serta mencuri hati yang membatu milikmu itu."

"Kau tahu aku tidak suka keramaian."

"Aku tidak peduli."

"Aku pun begitu."

Tingkah kedua sahabatnya itu benar-benar membuatnya jengah.

Malam yang seharusnya bisa ia habiskan dengan tidur di apartemen jadi terganggu karena Siwon dan Hyukjae dengan seenaknya muncul lalu memaksanya ikut dengan mereka.

Pergi ke sebuah festival seperti ini adalah hal terakhir yang akan Donghae lakukan meskipun dunia akan segera berakhir besok.

Sama sekali tidak berminat.

"Lihatlah, ada banyak gadis cantik disini. Apa tidak ada satupun yang menarik perhatianmu?"

Hyukjae menyesap Americanonya dan mengedarkan pandangan.

"Tidak ada. Aku tidak memperhatikan mereka, aku hanya memikirkan bagaimana caranya agar aku bisa segera pergi dari sini."

Donghae memilih untuk memasang earphone di kedua telinga lalu berdiri seraya merapikan jaketnya.

"Aku akan berkeliling sebentar. Jika aku tidak kembali dalam 30 menit itu berarti-"

"Kami harus merelakan kepergianmu."

"Itu berarti dia sudah pulang, bodoh."

Siwon mendahului Donghae yang hendak memukul kepala pria yang hanya bisa menampilkan senyum tiga jarinya itu.

"Aku pergi."

Tidak ingin terbawa suasana dengan kekonyolan Hyukjae dan Siwon, Donghae memilih untuk segera beranjak pergi dan berkeliling.

Festival kali ini diselenggarakan selama 1 minggu penuh dan hari ini adalah hari ketiga karena itu suasananya tidak seriuh hari pertama.

Benar apa yang dikatakan Hyukjae; ada banyak gadis cantik yang bisa ia temukan. Tapi memang tidak ada satupun yang menarik perhatiannya.

Mungkin benar jika hatinya sudah sangat membatu sejak lahir. Itu kalimat yang sering Hyukjae dan Siwon ucapkan padanya.

"Memangnya kenapa jika hatiku membatu?"

Dia berhenti lalu berjongkok dan mengikat kembali tali sepatunya yang terlepas.

"Bukankah tidak ada pengaruhnya untuk-"

"Astaga !!"

Karena terlalu fokus dengan dirinya sendiri, saat baru saja berdiri dan hendak kembali berjalan dia tanpa sengaja menabrak seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannnya.

"Maaf, aku tidak sengaja. Aku tidak me-"

Apa ini?

Sesuatu menahannya, membuat tenggorokannya cekat.

Seorang gadis -yang bertabrakan dengannya tadi- berdiri dengan sebuah senyuman.

Dan dengan bodohnya dia hanya bisa terdiam dan menampilkan wajah polos tanpa membalas senyuman gadis itu.

"Maaf, aku terlalu fokus pada ponselku tadi."

Ucapnya lembut yang dengan anehnya berubah menjadi syair di pendengaran Donghae.

"Tidak. Tidak. Aku yang salah."

Cara berbicaramu bahkan mulai terdengar aneh, Lee Donghae.

"Sekali lagi maaf dan permisi."

Untuk yang kesekian kali, bibirnya tidak cukup kuat bergerak untuk mengucapkan kata sahutan.

Dan hanya bisa memandangi gadis yang sudah berjalan menjauh melewatinya itu.

"Apa aku baru saja menabrak seorang malaikat?"

Masih dengan wajah blank yang terkesan idiot miliknya, Donghae memperhatikan gadis tadi yang mulai menghilang di tangah kerumunan orang yang berlalu lalang.

Matanya, senyumnya, rambutnya, dan semua yang ada pada gadis itu sekarang terus berputar di kepalanya.

Membuatnya tampak bodoh dengan terus berdiri disana hingga akhirnya menyadari sesuatu.

"Nama!"

~

"Aku pikir kau sudah pulang."

Kalimat pertama yang diucapkan Siwon saat melihat Donghae muncul dan kembali duduk ditempatnya tadi.

Ada yang berbeda.

Sekitar satu jam yang lalu ekspresi pria itu penuh dengan kejengahan dan terkesan ketus. Tapi sekarang? Dia bahkan tidak berhenti tersenyum sejak mendudukkan diri disamping Hyukjae.

"Kau baik-baik saja, Hae?"

Mendengar pertanyaan Siwon yang terkesan aneh, Hyukjae menoleh ke samping dan mendapati ekspresi sang sahabat yang memang sedikit berbeda.

"Tidak terjadi sesuatu, kan? Kau tidak sedang sakit, kan?"

"Hyuk. Aku baru saja bertemu seorang malaikat."

Kalimat yang bukan jawaban dari pertanyaan mereka tadi meluncur begitu saja dari mulutnya.

Diikuti pandangan mata yang terus mengarah ke atas serta senyuman yang setia bertengger di wajah.

"Malaikat?"

Hyukjae menatap Siwon, begitu pula sebaiknya.

Saling bertatapan heran hingga akhirnya sama-sama tersenyum karena mulai mengerti apa yang sedang terjadi pada sahabat mereka yang satu itu.

"Kau akhirnya bertemu gadis idealmu? Disini?"

"Aku,, sepertinya jatuh cinta pada pandangan pertama."

"Buahahaha, apa kau yakin? Kau bahkan tidak percaya dengan hal seperti itu."

Ledakan tawa dari keduanya sama sekali tidak mengganggu perasaannya yang sepertinya tengah berbunga-bunga.

"Apa seperti ini rasanya saat jatuh cinta untuk pertama kalinya?"

Kalimat yang tak kalah anehnya itu berhasil menghentikan kekehan Hyukjae serta Siwon dan memaksa mereka menarik kursi mendekat.

"Kau serius, Hae?"

"Kau benar-benar menemukan seseorang yang kau suka?"

"Aku tidak hanya menyukainya."

Dia akhirnya mulai sadar dan menegakkan posisi duduknya.

Menatap serius kedua orang yang memberikan ekspresi penasaran didepannya.

"Aku benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama."

"Lalu apa yang kau tahu tentangnya?"

Siwon bertanya tergesa-gesa, berharap Donghae telah melakukan sesuatu untuk mencari tahu tentang gadis itu.

Sedang yang ditatap hanya tersenyum seraya menggoyang-goyangkan ponsel miliknya.

Seakan mengatakan jika dia mendapat sesuatu yang ia letakkan di benda berukuran persegi itu.

"Apa dia sebegitu cantiknya hingga berhasil mendapatkan perhatianmu?"

"Dia bukan hanya cantik, Hyuk. Dia terlihat sangat indah dan bersinar dimataku."

Kalimat penuh pujian seperti itu akan terdengar sangat aneh jika keluar dari mulut Donghae; pria yang belum pernah jatuh cinta di sepanjang hidupnya.

Itu yang Hyukjae dan Siwon pikirkan, karenanya mereka sangat yakin jika Donghae benar-benar tengah jatuh cinta.

Jatuh cinta pada cinta pertamanya.

"Selamat karena akhirnya kau berhasil menemukan cinta pertamamu."

Hyukjae kembali tersenyum dan menepuk pundaknya.

"Dan gadis pertama serta satu-satunya yang akan berdiri di altar bersamaku."

"Mwo??"

Cinta memang bisa membutakan seseorang, bukan?

"Kau sudah berpikir untuk menikahinya?"

"Ya. Segera."

Ekspresi terkejut serta tidak percaya milik Hyukjae dan Siwon hanya mendapat respon berupa senyuman.

Senyuman penuh kebahagiaan yang untuk pertama kalinya tercetak di wajah tampan seorang Lee Donghae.

Dan akan menjadi senyuman yang selalu bertengger disana mulai saat ini.

FIN