Sabtu, 11 Maret 2017

Stop Flirting #3

Author : Reni Retnowati (Park Hye Ri)
Cast : Cho Kyuhyun, Park Young Me, etc.
Length : Chapters


Happy reading!

~

‘Ada acara keluarga mendadak yang harus aku hadiri malam ini. Keluarga Kyuhyun, keluarga besarnya. Apa yang harus aku kenakan?’

‘Kau sudah beberapa kali bertemu dengan mereka. Jangan bersikap seakan ini pertama kalinya.’

‘Aku tetap saja merasa gugup, aku tidak ingin merusak penilaian mereka tentangku. Apalagi ini keluarga besar.’

‘Pikirkan saja sendiri. Kau yang mengenal mereka, kau yang mengerti bagaimana cara membuat mereka menyukaimu.’

‘Haneul-ah.’

‘Baiklah. Belikan aku makan siang dan aku akan membantumu.’

Young Me mengambi selembar tisu di atas meja, menggulung dan melemparnya ke Haneul yang juga tengah duduk di meja kerjanya.

Dia lalu mengatakan kata ‘sialan’ dengan isyarat yang hanya direspon dengan ekspresi ‘belikan aku makan siang atau jangan harap mendapatkan nasehat dariku’.

Gadis itu lalu kembali melihat ponselnya, membaca pesan lain yang dikirim Young Me.

‘Baiklah. Aku akan menganggapnya sebagai hutang jika nasehatmu tidak berguna atau tidak berhasil.’

‘Percayalah padaku.’

Mereka sengaja saling berkirim pesan padahal meja kerja mereka bersebelahan adalah karena tidak ingin menganggu pegawai lain yang sedang bekerja.

~

“Yang ini atau yang tadi?”

“Tidak dua-duanya.”

“Ayolah, kau terus mengatakan itu. Kyuhyun akan datang dua jam lagi.”

“Kau memerlukan pendapatku atau tidak? Jika tidak aku akan pulang saja.”

Young Me menatap nanar sang sahabat yang dengan santai merebahkan tubuh di atas tempat tidur. 

Sedang dirinya sibuk membongkar koleksi pakaian di lemari dan terus-menerus menanyakan pendapat Haneul.

Seperti kesalahan besar lainnya yang ia lakukan karena percaya dengan gadis itu.

“Bagaimana jika kau kenakan gaun yang Kyuhyun belikan saat dia pergi ke Paris tahun lalu? Kau tidak pernah mengenakannya, kan?”

Dan akhirnya ada kalimat berharga serta memiliki makna yang Haneul ucapkan. Berhasil menciptakan sedikit ekspresi puas di wajah Young Me.

Gadis itu lalu kembali menilik isi wardrobe dan menemukan gaun yang dimaksud berada di sudut lemari; memang belum pernah ia kenakan.

“Ini? Lalu tas dan heels yang aku kenakan?”

“Kau kan memiliki warna yang sama seperti gaun itu, atau kenakan saja warna yang netral.”

“Baiklah. Aku akan mencobanya.”

Young Me melesat masuk ke dalam kamar mandi dengan gaun di tangannya.

Beberapa menit kemudian dia keluar dan merapikan gaun yang tampak melekat dengan baik di tubuhnya.

“Bagaimana?”

“Bagus.”

“Kau bahkan belum melihatnya.”

Haneul yang tengah memakan cemilan dan membolak-balik lembar majalah dengan malas menggerakan kepala dan memperhatikan penampilan sang sahabat.

“Cantik. Kau hanya harus mencocokkannya dengan tas serta sepatu heels milikmu.”

“Rambutku bagaiamana? Atau riasan seperti apa yang harus aku gunakan?”

“Biar aku yang mengurusnya.”

Haneul menutup majalah di depannya dan mengambil cemilan lalu memakannya.

Setelah itu, dia turun dari tempat tidur dan menyuruh sang sahabat untuk duduk di meja rias.

~

Kyuhyun sesekali mengeratkan genggamannya di tangan Young Me, sementara pandangannya masih mengarah dan fokus ke jalanan.

“Kau gugup?”

“Sedikit. Seperti saat pertama kali bertemu keluargamu.”

“Benarkah? Kau seharusnya sudah terbiasa dengan mereka, sayang.”

“Aku berusaha.”

“Tapi aku tidak menyangka kau masih sempat mempersiapkan diri padahal aku memberitahumu mendadak tentang rencana ini.”

“Aku tidak mempersiapkan apa-apa. Gaun ini gaun yang kau belikan tahun lalu, sedangkan semua riasanku Haneul yang mengaturnya.”

“Sebenarnya kau juga tidak perlu terlalu mempersiapkan diri. Mereka sudah mengenalmu jadi tidak perlu khawatir dengan kesan pertama.”

“Aku tetap harus selalu memberi kesan menarik di mata mereka, terutama memberikan kesan sebagai kekasihmu.”

“Terima kasih. Kau terkadang bersikap lebih dewasa dari usiamu.”

Kyuhyun mengusap singkat kepala Young Me.

“Apa aku biasanya kekanakkan di depanmu?”

“Biasanya? Ya.”

“Aish.”

Young Me melepas seatbelt saat mobil Kyuhyun memasuki pekarangan rumah besar keluarga Cho.

Lalu menunggu hingga Kyuhyun turun dan membukakan pintu untuknya.

“Untuk malam ini kau mungkin akan bertemu beberapa anggota keluargaku untuk pertama kali. Beberapa dari mereka belum sempat berkenalan denganmu, seperti beberapa sepupuku.”

“Benarkah? Beruntung aku mempersiapkan diriku malam ini, jadi aku tetap bisa memberikan kesan baik untuk mereka.”

“Aku sudah sering bercerita tentangmu, jadi secara tidak langsung mereka sudah mengenal bagaimana kekasih seorang Cho Kyuhyun.”

Kyuhyun mengaitkan tangan Young Me ke lengannya dan membawanya masuk.

Sebagian besar keluarganya berada di halaman belakang rumah yang memang menjadi tempat utama berkumpul. 

Dan hanya ada beberapa orang yang berkumpul di ruang tengah seperti sang kakak dari Kyuhyun; Ahra dan beberapa sepupunya.

Ahra yang begitu melihat Young Me langsung menyambut hangat gadis itu, menariknya agar ikut duduk di sofa lalu mulai memperkenalkan anggota keluarga yang belum pernah bertemu dengannya.

Membuat Kyuhyun merasa diacuhkan tiba-tiba, bahkan saat pria itu menghilang dan pergi ke kamarnya tidak ada yang menyadari itu.

“Tidak hanya anggota keluarga yang datang malam ini tapi teman dekat Kyuhyun juga hadir, terutama mereka yang memang sangat dekat dengan keluarga kami.”

Ahra menggandeng Young Me dan mengajaknya ke halaman belakang. Ada orang tua Kyuhyun serta beberapa anggota keluarga yang sudah Young Me kenal.

Dia menyempatkan diri menyapa kedua orang tua Kyuhyun sebelum mengikuti kemanapun Ahra menariknya.

“Dia Eun Ji, teman dekat Kyuhyun. Mereka bersahabat sejak di sekolah dasar.”

Hingga Ahra memperkenalkan seorang gadis yang sebelumnya tengah berbincang dengan Hyun Woo; sepupu dekat Ahra dan Kyuhyun.

“Ah, senang berkenalan denganmu. Kyuhyun beberapa kali menyebut namamu. Park Young Me, kan?”

Gadis itu menampilkan senyum manisnya dan mengulurkan tangan.

Young Me yang ikut tersenyum menyambut uluran tangannya.

“Kalau begitu kalian berbincanglah.”

Ahra menyentuh pundak Young Me lalu berlalu masuk ke dalam rumah.

Young Me dengan sedikit canggung duduk di kursi yang berhadapan dengan Eun Ji.

“Senang bertemu denganmu, Eun Ji-ssi. Akhirnya aku bisa bertemu dengan teman Kyuhyun lainnya yang mungkin bisa aku tanyai tentang dia.”

“Hahaha, apa kau ingin bertanya tentang semua keburukan Kyuhyun? Aku mengetahui sebagian besarnya.”
“Kalian sepertinya sangat dekat.”

“Begitulah. Kami mengenal sejak sekolah dasar dan berada di satu sekolah yang sama hingga sekolah menengah atas. Karena dia sering berkunjung ke rumahku, aku juga jadi sering datang kemari dan menjadi cukup dekat dengan Hanna ajhumma dan Ahra eonni.”

“Benarkah? Kyuhyun sepertinya anak yang mudah bergaul.”

“Menurutku justru dia sulit untuk didekati. Dia sering sekali membuat orang lain tidak berani mendekatinya karena sikapnya yang terlalu jujur tentang segala hal. Misalnya jika dia tidak menyukai seseorang dia akan langsung mengatakannya di hadapan orang itu. Tapi sekali dia dekat dengan teman atau seseorang dia akan sangat setia kawan dan menjaga mereka dengan baik.”

Young Me menggangguk-anggukkan kepala sembari memutar-mutar ponsel. Sepertinya Eun Ji lebih mengenal Kyuhyun, atau mungkin hanya penilaian Eun Ji terhadap Kyuhyun yang berbeda dengan penilaiannya.

“Ya. Mungkin dia memang seperti itu.”

Dia seperti tidak bisa memikirkan kalimat lain untuk merespon.

Young Me membalik badan hingga punggungnya bersandar di meja, dia mengedarkan pandangan guna mencari dimana kekasihnya berada; dia baru sadar jika pria itu tidak ada disekitarnya sejak mereka tiba tadi.

Karena wajah pria itu tidak terlihat di halaman belakang, Young Me berniat mengetik pesan untuknya sebelum dia muncul dari pintu yang mengarah ke halaman belakang dengan ponsel menempel di telinga; dia sedang berbincang dengan seseorang.

Pria itu tampak memperhatikan keadaan sekitar; seperti mencari seseorang? Dan saat matanya bertemu pandang dengan Young Me dia tersenyum lalu berjalan mendekat dengan masih berbicara dengan seseorang di sambungan teleponnya.

Kyuhyun menarik kursi lain dan duduk di samping Young Me, sama-sama bersandar pada meja, tangan kanannya masih memegang ponsel sementara tangan kirinya merogoh saku celana dan mengeluarkan beberapa bungkus coklat berukuran kecil lalu menyodorkannya pada sang kekasih.

Gadis itu menerimanya, membuka satu bungkus dan menyuapkannya ke mulut Kyuhyun. Membuat pria itu sedikit menatapnya sinis karena coklat itu sedikit menganggunya saat berbicara.

“Ya, aku akan mengurusnya besok. Dan jika kau tidak sedang sibuk kenapa kau tidak datang kemari dan ikut makan malam bersama keluargaku? Dibanding kau sibuk memikirkan gadis yang tidak bisa kau dapatkan itu.”

Kyuhyun menoleh saat mendengar suara Young Me yang terkekeh. Gadis itu pasti tahu siapa yang sedang berbincang dengannya.

“Ya ya ya. Seorang Kim Heechul tidak akan mau disebut sebagai pengecut walaupun dia jelas-jelas tidak seberani kata-katanya.”

“Aku tahu, hyung.”

Jelas dia sedikit tidak rela menyebut kata ‘hyung’ itu.

“Hm. Sampai jumpa di kantor besok.”

Setelah memutus panggilan Heechul, Kyuhyun membalik badan dan meletakkan ponsel ke atas meja. Dan saat itulah dia baru menyadari kehadiran Eun Ji yang duduk di seberangnya; lebih tepatnya di belakang posisi duduknya.

Dia sepertinya tidak menyadari kehadiran gadis itu karena pandangannya sedari tadi fokus ke Young Me dan juga karena posisi kursi Eun Ji yang terlalu di sudut.

“Hey, nona Song. Aku pikir kau tidak akan datang kemari karena sibuk dengan proyek penelitianmu.”

“Jangan menyindirku.”

“Hanya menggodamu, itu beda kan?”

Kyuhyun tersenyum simpul dan menatap sang kekasih kemudian. Gadis itu yang paham dengan maksud tatapannya, mengangguk dan tersenyum.

“Kami sudah berkenalan. Ahra eonni yang memperkenalkan kami.”

Giliran pria itu yang mengangguk dan kembali melihat Eun Ji. Mereka seperti mulai membicarakan seseorang, mungkin teman mereka.

Young Me karena tidak ingin mengganggu, memilih untuk beranjak dan menghampiri ibu Kyuhyun lalu berbincang serta membantu wanita itu yang tengah mempersiapkan makanan bersama bibi Kyuhyun serta Ahra.

Walau beberapa kali dia masih sering sibuk melirik Kyuhyun guna mencari tahu apakah pria itu masih disana dan berbincang dengan Eun Ji atau tidak.

Dan selama hampir 30 menit hingga makan malam siap, mereka berdua memang masih mengobrol. Bahkan setelah acara makan malam selesai dan orang-orang memilih untuk bersantai menonton televisi di ruang tengah atau menikmati makanan penutup, Kyuhyun dan Eun Ji masih bertahan di tempat dan melanjutkan perbincangan.

Jika dilihat dengan sekilas saja sudah sangat jelas jika mereka memang teman dekat. Interaksi serta cara mereka merespon satu sama lain juga tampak santai. 

Bahkan mungkin jika orang yang tidak tahu, mereka akan menebak jika kedua orang itu adalah pasangan kekasih.

“Apa yang kau lakukan disini sendirian?”

Seseorang yang tiba-tiba muncul dan menepuk pundak Young Me membuat gadis itu hampir menjatuhkan coklat batangan yang ia pegang. Entah kenapa selalu ada coklat di tangannya.

“Sedang menghabiskan coklat ini.”

Jawabnya lalu tersenyum saat orang itu duduk di sampingnya.

“Sembari memperhatikan kekasihmu?”

“Tidak, oppa. Aku tidak suka menikmati cemilan di tengah banyak orang, karena itu aku tidak ikut berkumpul di ruang tengah.”

“Kau menjawab perkataanku dengan hal lain, Young.”

“Benarkah? Aku tidak sadar itu.”

“Tapi orang yang melihatmu akan menyadarinya.”

“Wah, kau seperti peramal, oppa. Namamu bahkan sama seperti seorang peramal yang aku tahu, Lee Hyun Woo.”

“Aku tidak menganggap itu sebagai pujian.”

“Anggap saja motivasi kalau begitu.”

“Kau menyuruhku menjadi peramal?”

“Ya. Kau sepertinya pintar menebak atau mengetahui sesuatu tanpa perlu orang lain yang mengatakannya. Dan kau juga tampan, oppa. Jadi akan mudah mencari orang yang mau menggunakan jasa ramalan darimu.”

“Terima kasih untuk kata ‘tampan’ itu. Tapi untuk yang selebihnya, aku tidak akan segan mengatakan ‘Tidak, terima kasih atas saranmu.’.”

Young Me tertawa renyah dan kembali menikmati coklatnya.

“Ah, aku baru sadar kau mengalihkan pembicaraan sedari tadi.”

“Memangnya tadi kita membicarakan tentang apa?”

Ekspresi datar Young Me membuat Hyun Woo gemas dan berlagak hendak memukul keningnya. Sebelum dia bergerak menghindar seraya tersenyum lebar.

“Kita membicarakan tentang kenapa kau berdiam diri disini dan hanya memperhatikan Kyuhyun yang berbincang dengan Eun Ji. Kau cemburu?”

“Tidak. Mereka kan hanya teman, kenapa aku harus cemburu?”

“Benar juga. Kenapa kau harus cemburu?  Lagipula mereka kan hanya mengobrol.”

Entah kenapa seperti ada nada sindiran di kalimat itu.

Yang anenhnya membuat Young Me memikirkan hal lain.

Kyuhyun saja tidak pernah menunjukkan kecemburuannya –secara ekstrem- saat Young Me melakukan kebiasaannya flirting-nya dengan pria lain. Sekarang kenapa Young Me harus merasa kesal saat Kyuhyun hanya berbincang biasa dengan gadis lain yang dia tahu sebagai teman dekatnya?

“Jangan menatapku, oppa. Kau bukannya peramal yang sangat pintar hingga bisa membaca raut wajahku.”

“Tadi kau sendiri yang menyebutku sebagai seorang peramal hebat.”

“Lupakan saja itu.”

“Cih.”

Young Me kembali tertawa karena respon Hyun Woo, sedikit merubah suasana hatinya.

“Jangan tertawa terlalu keras. Kau akan mengganggu perbincangan mereka.”

Hyun Woo melihat ke arah Kyuhyun dan Eun Ji, Young Me pun melakukan hal yang sama. Dan mendapati Kyuhyun tengah menatap ke arahnya.

“Kalau begitu aku akan melarikan diri saja.”

Young Me beranjak dan segera masuk ke dalam. Dia berniat ikut berkumpul dengan yang lain di ruang tamu, tapi sepertinya sebagian orang sudah pulang dan hanya ada orang tua Kyuhyun serta para paman dari kekasihnya itu yang masih berbincang.

“Kyuhyun ada dimana, Young?”

Pertanyaan yang terlontar dari mulut ibu Kyuhyun saat melihat kehadiran Young Me.

“Di halaman belakang, eommonim. Sedang berbincang dengan Eun Ji.”

“Benarkah? Kalau begitu kau istirahatlah di kamar Kyuhyun, jika lelah.”

“Ne, eommonim.”

Setelah menyapa ayah serta paman Kyuhyun, Young Me menaiki tangga dan masuk ke kamar Kyuhyun.
Perasaannya semakin tenang saat menghirup aroma khas kamar; wangi parfum favorit pria itu.

Ini sepertinya kali kelima dia masuk ke kamar ini, tapi ini pertama kalinya dia sendirian karena biasanya dia masuk kemari hanya untuk membangunkan Kyuhyun yang sedang tidur atau meminta pria itu turun karena sang ibu memanggilnya.

Young Me mendekati meja belajar serta rak buku mini di sudut kamar. Tidak banyak benda yang ada tersisa karena jelas semua benda milik Kyuhyun sudah berpindah ke apartemen.

Yang tersisa hanya beberapa buku lama yang covernya sudah tampak lusuh dan figura-figura foto yang masih terpajang di atas meja.

“Dimana dia menyimpan foto-foto masa kecilnya? Di apartemen tidak ada, disini juga. Apa aku harus bertanya pada Ahra eonni?”

Dia membuka laci-laci meja belajar yang ternyata isinya juga kosong.

“Ada yang bisa aku bantu?”

Sebelum sebuah suara menghentikan kegiatannya. Seseorang yang bersandar di ambang pintu itu menatapnya.

“Kau tahu aku sangat ingin melihat foto masa kecilmu, kan? Aku bahkan bertanya setiap saat. Tapi kau tidak ingin menunjukkannya.”

“Untuk apa kau memintanya? Ada aku di depanmu, yang lebih nyata dan lebih tampan dari sebuah foto. Apa aku masih kurang?”

Kyuhyun menutup pintu kamar dan mendekat.

“Lagipula kau tidak akan menemukannya di kamar ini atau di apartemen karena aku memang tidak menyimpan satupun. Jika memang kau benar-benar menginginkannya, aku akan bawakan foto yang disimpan eomma, bagaimana?”

Dia memeluk sang kekasih dan mengayun-ayunkan tubuh mereka, membuat Young Me tertawa kecil.

“Kau berjanji kan? Aku akan menagihnya nanti.”

“Ya, tentu saja. Atau kau bisa langsung memintanya dari ibuku.”

“Aku tidak berani mengatakannya.”

Young Me mendongak dan berbicara pelan seakan tidak ingin ada orang lain yang mendengarnya.

“Itu hanya sebuah foto. Kenapa harus takut? Kau tidak akan diharuskan mengisi formulir tertentu atau membayar uang.”

“Jika aku bisa mendapatkannya darimu kenapa harus merepotkan eommonim?”

“Kau pikir kau tidak merepotkanku saat meminta hal seperti itu?”

“Tapi kau pasti akan melakukannya walaupun itu merepotkan. Benarkan?”

“Ya itu karena aku tidak memiliki pilihan lain.”

“Aku tahu kau akan mengatakan itu.”

Young Me melepas pelukan Kyuhyun, lalu menarik kursi di dekat meja belajar dan duduk disana.

“Temanmu sudah pulang?”

“Sudah. Kau juga ingin pulang?”

“Terang-terangan sekali kau mengusirku.”

“Bukan begitu. Ini bukan di rumahmu atau apartemenku, kita tidak bisa bebas disini.”

“Memangnya kau ingin melakukan apa hingga harus mencari tempat lain, tuan Cho?”

Young Me menepuk pipi Kyuhyun yang berdiri dan bersandar di meja belajar.

“Kau jangan berpikiran mesum, sayang. Jika kita disini dan berisik seperti tertawa atau sejenisnya, itu akan mengganggu orang tuaku. Lagipula kau harus ikut meeting kan besok pagi, jadi kau harus tidur lebih awal.”

“Kau pintar mencari alasan.”

Kyuhyun tersenyum seakan mengatakan ‘aku memang pintar’.

Dia lalu menggenggam tangan Young Me dan mengajaknya keluar kamar untuk berpamitan dengan orang tua pria itu.

~

“Pria kedua.”

“Ketiga.”

“Keempat.”

“Kelima, Young.”

“Hitung sampai pria ke-sepuluh, setelah itu kita kembali ke kantor.”

“Eh? Aku kan menghitungnya karena kau, bodoh.”

“Apa urusannya denganku?”

“Tidak biasanya kau diam saat ada di tempat umum seperti ini. Karena itu aku sedari tadi mengitung setiap pria tampan yang masuk ke kemari agar kau melihat mereka.”

“Aku tidak paham.”

“Kau kan biasanya selalu menyalakan radar saat ada pria menarik, kau akan selalu memperhatikan mereka. Melihat setiap detail yang ada pada para pria itu, atau bahkan bertindak dengan langsung menyapa mereka.”

“Kau selalu melakukan itu dan sekarang kau hanya diam dan menganggap makananmu adalah hal paling menarik yang pernah ada di bumi. Kau juga bersikap biasa saja saat bertemu manajer Kim di rapat tadi. Itu aneh menurutku.”

“Benarkah? Apa aku seperti itu?”

Dia memainkan garpu di tangan dan menatap kosong pada Haneul.

“Kau tidak sadar?”

“Tidak. Sepertinya aku sibuk memikirkan hal lain.”

“Kau selalu memikirkan sesuatu tidak pada tempatnya.”

“Kau ingin kembali ke kantor sekarang?”

Haneul meminum habis jusnya lalu menyendok sedikit coklat cake milik Young Me dan memakannya.

“Aku masih ingin disini, waktu makan siang masih ada satu jam kan?”

“Ya. Kalau begitu aku akan pergi lebih dulu.”

“Baiklah.”

Sebenarnya dia juga sadar jika dia mulai bersikap berbeda akhir-akhir ini.

Dia menjadi lebih pendiam dan tidak seaktif biasanya. Sekarang bahkan dia mulai kehilangan minat untuk sekedar pergi keluar bertemu teman-teman atau hanya untuk menikmati waktunya sendiri di luar rumah.

Jangankan dia, Kyuhyun pun beberapa kali menggoda serta mengatakan heran dengan perubahan sikapnya itu.

“Pria itu akan semakin sering mendapatkan bahan untuk menjahiliku.”

Young Me meraih ponsel dan mulai mengetik pesan untuk Kyuhyun. Dia memang semakin sering memikirkan Kyuhyun, dan setiap kali dia melakukannya dia akan mengirim pesan atau menghubungi Kyuhyun.

Lalu saat pria itu bertanya kenapa dia akhir-akhir ini lebih sering menghubunginya lebih dulu, Young Me akan langsung memutus panggilan telepon dan membuat Kyuhyun berbalik menghubunginya.

Tapi terkadang juga Kyuhyun mengirim pesan atau menghubunginya saat dia memikirkan pria itu. Dia seperti memiliki indera ke-enam.

‘Apa yang sedang kau lakukan? Dan bagaimana dengan makan siangmu?’

Seperti saat ini. Belum sempat Young Me mengirim pesan yang sudah ia ketik, ponselnya sudah bergetar karena panggilan dari Kyuhyun.

“Hei, aku baru saja berniat mengirim pesan.”

“Aku tahu. Karena itu aku menghubungimu. Apa kau kebetulan sedang makan siang? Aku baru melihat Haneul.”

Young Me yang spontan menggerakan kepala guna mencari keberadaan haneul yang sepertinya memang sudah keluar dari restoran justru menemukan kekasihnya berdiri di seberang jalan.

Pria yang ia lihat dari kaca itu tampak juga tengah memperhatikan restoran tempatnya berada sekarang. Mungkin Kyuhyun memang sempat melihat Haneul keluar dari restoran tadi.

“Aku ada di restoran yang sedang kau perhatikan.”

Jawab Young me kemudian sebelum terkekeh karena tingkah Kyuhyun yang tampak lucu di matanya.

“Ah, benarkah? Kalau begitu tetap disitu, aku akan kesana.”

Belum sempat Young me merespon Kyuhyun sudah lebih dulu mematikan sambungan telepon. Membuat Young sekarang menatap kesal ke arah kekasihnya itu.

Pria itu tampak kembali masuk ke dalam cafe di belakangnya lalu tidak lama kemudian keluar dengan seseorang. Seseorang yang sepertinya wajahnya tidak asing bagi Young me.

Wanita itu mengatakan sesuatu dan kemudian memegang lengan Kyuhyun saat pria itu mengajaknya menyeberangi jalan.

Mata Young Me yang tidak lepas dari gerak-gerik mereka berdua terus memperhatikan wanita berpakaian kantoran itu; berusaha mengingat wajahnya.

“Ah, Eun Ji.”

Dan nama itu yang langsung meluncur keluar dari bibirnya setelah Kyuhyun dan Eun Ji semakin dekat.

Mereka berdua lalu masuk ke dalam restoran. Kyuhyun yang mengedarkan pandangan mendapati Young me melambai ke arahnya dari sudut restoran.

Senyuman yang langsung mengembang di wajah Kyuhyun menular ke Young Me. Gadis itu mengambil blazer yang ia letakan di kursi samping agar Kyuhyun bisa duduk disana.

Kyuhyun berjalan ke arah Young me diikuti Eun Ji di belakangnya. Pria itu mengusap rambut Young Me setelah dia duduk.

“Kau sudah makan siang?”

Satu pertanyaan yang dilempar ke satu sama lain, bahkan mengucapkannya pun bersamaan.

Kyuhyun tertawa singkat dan melihat Eun Ji yang duduk di depan Young Me.

“Kami baru saja selesai makan siang dan akan kembali ke kantor.”

 “Hai, Eun Ji-ssi.”

Young Me menyapa saat Kyuhyun dan Eun Ji sama-sama melihatnya.

“Hai, Young Me-ssi. Kita tidak banyak berbincang saat pertama kali bertemu tempo hari.”

“Tidak akan ada juga topik menarik yang bisa kau bicarakan bersama kekasihku, Eun Ji-ah.”

“Kenapa kau mengatakan itu. Dia kekasihmu.”

“Dia memang selalu seperti ini. Baginya, menjahiliku lebih menarik untuk dilakukan daripada memuji.”

Kyuhyun mengangguk; memberikan respon yang kooperatif untuk kekasihnya.

Pria itu memang selalu menikmati ekspresi kesal sang kekaish. Lagipula dia sudah melihat ekspresi itu selama bertahun-tahun, dia sudah tahu bagaimana mengatasi sang kekasih.

“Kalian memang berencana pergi makan bersama?”

“Tidak. Kebetulan kami bertemu dan juga karena cafe di seberang sana adalah tempat yang sering kami kunjungi bersama dulu.”

Kyuhyun meminum jus milik Young Me sebelum akhirnya melihat sang kekasih yang tengah bertukar senyum dengan Eun Ji.

Dia seakan baru menyadari arti dari pertanyaan Young Me. Apa gadis itu cemburu?

“Kau kenapa masih disini dan tidak kembali bersama Haneul tadi?”

“Waktu makan siang kan masih ada, dibanding aku harus mendapat waktu tambahan untuk melihat wajah orang-orang yang sama di kantor lebih baik aku menunggu disini.”

Dia sadar jawabannya aneh.

“Apa tidak ada lagi karyawan magang yang tampan?”

“Tidak ada. Karyawan magang yang baru akan datang lusa.”

Young Me merespon dengan baik kalimat Kyuhyun yang memang tengah menjahilinya.

Sementara Eun Ji melihat dengan tatapan lucu bercampur heran. Pasangan di depannya ini tampak sangat serasi, bahkan saat mereka saling berdebat ringan seperti ini.

Kyuhyun meletakkan jas hitam ke pangkuan Young Me setelah dia mengatakan ingin ke toilet.

“Kyuhyun mengatakan tentang proyek penelitian yang sedang kau lakukan saat makan malam tempo hari. Proyek apa yang sedang kau lakukan Eun Ji-ssi?”

“Penelitian yang berhubungan dengan pekerjaanku, penelitian yang membosankan menurut Kyuhyun. Pria itu bahkan akan selalu mengejekku karena kegiatanku itu setiap kali kami bertemu.”

“Dia memang senang menjahili semua orang.”

“Benar. Tapi aku senang setidaknya ada gadis yang bertahan menjalin hubungan dengannya.”

“Mungkin aku bisa kehabisan kesabaran jika tidak bisa mencari cara untuk mengimbangi tingkahnya.”

“Ya, aku bisa melihat itu. Kau sepertinya sudah terlatih menanganinya.”

“Tapi boleh aku bertanya satu hal yang sedikit pribadi?”

Young Me tanpa sadar sedikit mencondongkan tubuh ke depan.

“Apakah kau sudah memiliki kekasih? Atau mungkin Kyuhyun pernah mencoba mengenalkan seseorang padamu?”

“Kekasih? Sepertinya aku terlalu sibuk hingga tidak memiliki waktu untuk mendapatkan seorang kekasih.”

Eun Ji tertawa singkat saat mendapati ekspresi Young Me yang seperti tidak percaya dengan ucapannya.

“Aku tidak terlalu suka bertemu banyak orang, terutama untuk pertama kalinya. Nilai sosialisaku sedikit buruk memang.”

“Lalu Kyuhyun pernah mencoba mengenalkan seseorang?”

“Dia pernah menjanjikan itu beberapa kali tapi tidak pernah melakukannya. Dia hanya akan mengatakan jika aku tetap tidak akan memiliki kekasih walaupun dia mengenalkan banyak pria.”

“Wah. Dia sekejam itu?”

“Lebih dari yang bisa kau bayangkan.”

“Kalian membicarakan tentangku?”

Kyuhyun yang tiba-tiba sudah muncul menghentikan Young Me yang berniat bertanya tentang hal lain.

Gadis itu menggeleng dan memperhatikan ponselnya yang bergetar.

“Ah, aku harus kembali ke kantor. Waktu makan siang sudah habis.”

Ucapnya kemudian.

“Kau tiba-tiba mengatakan itu saat aku baru saja kembali duduk?”

Pria itu. Tiba-tiba bisa berubah menjadi anak kecil, seperti saat ini.

“Kau yang menghabiskan waktu terlalu lama di toilet, Kyuhyun-ssi.”

Young Me menyodorkan jas Kyuhyun  lalu berdiri.

“Sampa jumpa lain kali, Eun Ji-ssi. Maaf aku harus pergi lebih dulu.”

“Tentu saja.”

Eun Ji membalas senyuman Young Me dan kemudian melihat Kyuhyun yang masih berdiam di kursinya.

“Kau tidak ingin mengantar kekasihmu, Cho?”

Kyuhyun yang memang sepertinya menunggu kalimat itu –dari mulut Young Me sebenarnya- berdiri dan berpura-pura seakan tidak berminat untuk hanya sekedar mengantar Young Me keluar cafe.

“Tidak mengatakan apapun?”

Kyuhyun yang langsung membukakan pintu mobil untuk Young Me terus memasang wajah datarnya.

“Tidak. Aku sebenarnya hanya berminat untuk menciummu, tapi sayangnya kita sedang ada di tempat umum.”

“Cih. Kalau begitu pergilah sana, kau juga tidak ingin berlama-lama melihat wajahku, kan?”

Young Me melewati tangan Kyuhyun yang masih pria itu letakkan di atas mobil, dia masuk dan duduk di kursi kemudi.

Tangannya berniat menutup pintu mobil yang masih senantiasa ditahan oleh sang kekasih.

“Kau tidak ingin menyingkirkan tanganmu, Cho?”

Dia mendongak, menatap Kyuhyun yang masih terdiam di samping mobilnya. Tatapan pria itu juga entah mengarah kemana.

“Aku akan menghubungimu nanti.”

Pria itu –yang sepertinya selesai memikirkan sesuatu- menunduk dan mengecup sekilas bibirnya lalu menutup pintu mobil. Dia lalu berjalan kembali ke dalam.

Membiarkan Young Me yang masih bingung dengan tingkahnya.

Dia memang aneh akhir-akhir ini, tapi sepertinya Kyuhyun bertingkah lebih aneh darinya.


~TBC~

Stop Flirting #2

Author : Reni Retnowati (Park Hye Ri)
Cast : Cho Kyuhyun, Park Young Me, etc.
Length : Chapters


Happy reading!

~

“Morning.”

“Hm.”

“’Hm’? Hanya itu?”

“Good morning too, nona Kang. Puas?”

“Tidak juga.”

Young Me meletakan beberapa berkas serta kopi ke atas meja kerjanya dan memperhatikan Haneul, teman sekantornya.

“Apa yang kau lihat? Pesan dari para kekasihmu?”

“Para kekasih? Memangnya aku memiliki berapa kekasih?”

“Lebih dari satu yang pasti.”

Young Me menyodorkan sebuah undangan ke hadapan haneul dan merebut ponsel gadis itu.

“Kau mendapat undangan itu?”

“Tidak. Ini untukmu? Bagaimana bisa?”

“Itu juga yang aku pertanyakan. Kenapa hanya aku di divisi ini yang mendapat undangannya? Aku bahkan tidak mengenal mereka dengan baik.”

Haneul mengangguk setuju dan membolak-balik kertas undangan pernikahan di tangannya. Memperhatikan nama, tempat, dan waktu acara.

Sedang Young Me yang sudah duduk di meja kerjanya memeriksa ponsel Haneul guna mencari tahu apa yang gadis itu lihat tadi.

“Ah, mungkin karena mereka adalah teman Kyuhyun dan mereka tahu jika kau kekasihnya. Karena kebetulan kalian bekerja di perusahaan yang sama, jadi dia mengundangmu.”

“Benarkah? Aku tidak terpikiran itu.”

“Karena kau bodoh.”

“Tidak sebodoh kau, nona Kang.”

“Sialan.”

“Jadi kau berencana ikut kencan buta?

Young Me tersenyum seraya menunjukan layar ponsel Haneul.

“Hanya mengisi waktu kosong. Kau ingin ikut?”

“Kau gila?”

Young Me meneguk kopi latenya.

“Kenapa? Kau takut dengan Kyuhyun? Kau bahkan sering terang-terangan menggoda pria lain saat bersamanya.”

“Itu berbeda. Aku hanya menggoda mereka dan itu di depannya. Bukan bertemu dengan pria asing diam-diam di belakangnya.”

“Memangnya kau tidak pernah melakukan itu?”

“Melakukan apa?”

“Bertemu pria lain tanpa sepengetahuan Kyuhyun?’

“Bertemu pria lain tentu saja pernah. Tapi mereka teman-teman dekatku dan Kyuhyun juga mengenal mereka. Tapi jika saat itu ada pria lain yang datang bersama mereka itu hanya kebetulan dan aku juga tidak tahu jika akan bertemu pria lain selain mereka yang kukenal. Karena itulah kami sering mengalami salah paham.”

“Dan kau juga tidak berniat menjelaskan secara detail.”

“Itu tidak diperlukan. Lagipula hingga sekarang belum ada efek yang terlalu besar dari kesalahpahaman kami.”

“Belum, tapi bukan berarti tidak akan ada.”

“Kau tidak memiliki berkas untuk dikerjakan?”

“Kenapa?”

“Kau akan semakin mengatakan hal yang aneh-aneh untukku dan aku tidak ingin mendengar itu, jadi sibukkan dirimu dengan kegiatan lain.”

Young Me menarik kursinya mendekat dan membuka salah satu berkas yang harus ia kerjakan. Mencoba menghiraukan Haneul yang masih menatapnya.

“Kau benar-benar tidak tertarik untuk pergi bersamaku? Atau jika kau tidak ingin bertemu dengan banyak orang, kita bisa mengatur date khusus untuk kita sendiri.”

“Diam dan cepat kerjakan pekerjaanmu, Haneul-ah.”

“Baiklah baiklah.”

~

Young Me terus mengaduk-aduk milkshake coklat yang sudah hampir berubah menjadi air karena terus ia mainkan. Dia bahkan tidak meminumnya sedikitpun.

Akhir-akhir ini dia jadi sering memikirkan perkataan Kyuhyun, juga kata-kata dari para temannya.

“Apa aku seburuk itu? Seperti gadis murahan karena begitu mudah flirting  ke pria lain?”

Dia biasanya tidak terlalu memperhatikan perkataan orang di sekitar saat mereka menegurnya. Dia hanya mendengarkan untuk saat itu tapi akan melupakannya kemudian.

Tapi sepertinya dia mulai meresapi nasehat dari mereka semua. Terutama Kyuhyun.

Pria itu tidak pernah menegurnya dengan cara yang berlebihan, seperti jelas-jelas marah hingga mengacuhkannya untuk beberapa saat atau membentaknya saat sikapnya sudah melebihi batas.

Pria itu hanya akan menariknya menjauh saat dia sibuk berbincang dengan pria yang ia temui di jalan, Kyuhyun juga tidak pernah mengajak pria-pria asing itu bertengkar karena mereka mengganggu Young Me.

Kyuhyun jelas menunjukkan sisi penyabarnya. Dan yang Young Me takutkan adalah jika suatu saat tiba-tiba kesabaran pria itu habis, dan bisa saja sesuatu yang buruk akan benar-benar terjadi.

Seperti perpisahan mungkin?

Young Me tersentak karena ponsel yang ia letakan di meja bergetar; panggilan masuk.

“Hai, oppa.”

“Aku tidak boleh memanggilmu seperti itu?”

“Entahlah, aku merasa nyaman akhir-akhir ini saat memanggilmu seperti itu.”

“Aku di kantor, sedang makan siang. Kau?”

“Di belakangku? Maksudmu?”

Young Me menoleh ke belakang dan menggerakan kepala guna mencari keberadaan pria yang mengatakan tengah ada di belakangnya.

Tapi dia tidak menemukan siapa-siapa.

“Kau ingin menipuku?”

“Kalau begitu lihatlah ke depan.”

Dan suara yang terdengar lebih jelas dari suara di teleponnya itu mengejutkan Young Me yang masih sibuk melihat keadaan di belakangnya.

Suara dari pria yang tiba-tiba sudah duduk di depannya.

“Kau benar-benar menipuku ternyata.”

“Aku sudah menggunakan tipuan ini sejak pertama kali mengenalmu, dan kau masih saja gampang dibodohi?”

“Aku hanya berpura-pura bodoh agar kau senang karena tipuanmu berhasil.”

“Ah, benarkah? Untuk sekarang aku akan percaya itu, agar kau juga senang karena aku percaya dengan ucapannmu.”

Young Me tersenyum simpul dan menatap pria di depannya yang memanggil pelayan cafetaria lalu memesan sesuatu.

“Kau tidak sedang ada meeting?”

“Sebenarnya ada di jam makan siang ini tapi batal karena suatu hal.”

“Baguslah jika batal. Wajahmu tampak masam dan acak-acakkan, sangat tidak baik jika dilihat rekan kerja.”

“Tapi aku tetap terlihat tampan, kan?”

“Di mataku ya, entah di mata orang lain.”

“Tidak masalah jika orang lain menganggapku tidak tampan. Yang terpenting adalah pendapat dari orang yang aku cintai.”

“Kau harus segera makan sesuatu agar keadaan lapar tidak semakin mengganggu kerja otakmu, Cho Kyuhyun.”

“Sepertinya kau yang harus makan terlebih dulu, sayang. Kau mulai bertingkah aneh sejak tadi malam.”

“Tadi malam? Memangnya aku melakukan sesuatu?”

“Entahlah, aku juga lupa.”

Young Me mengambil minuman yang diletakan pelayan ke hadapan Kyuhyun, membuat senyuman puas pria itu tadi lenyap. Dan dengan terpaksa kembali memesan minuman lain.

Kyuhyun mengulurkan tangan hingga menyentuh kening Young Me.

“Kau tidak minum terlalu banyak kan tadi malam? Apa kau merasa pusing?”

“Aku baik-baik saja. Apa aku seaneh itu hingga kau jadi sangat khawatir?”

“Begitulah.”

Young Me tersenyum mengejek dan tertawa singkat kemudian saat Kyuhyun mengeratkan genggaman di tangannya.

“Makanlah cepat, kau sudah mendiamkan makananmu terlalu lama.”

Gadisnya itu mengangguk dan mulai menikmati makan siangnya.

Young Me yang sesekali menyuapkan makanan di piringnya ke mulut Kyuhyun terus tersenyum karena mendapati Kyuhyun yang selalu melemparkan tatapan curiga serta aneh padanya..

~

Suara klakson mobil yang sudah terdengar sejak 20 menit yang lalu sama sekali tidak mengganggu kegiatan Young Me di kamar. Gadis itu masih sibuk mencari coat yang akan ia gunakan.

“Tidak bisakah Haneul bersabar sebentar saja? Seakan-akan dia tidak menghabiskan waktu yang lama saat hendak pergi kencan.”

Young Me akhirnya meraih sembarang coat yang tertangkap pandangannya di dalam lemari.

Lalu bergegas keluar dari dalam rumah.

“Aku menunggu disini selama 20 menit! Tidakah kau kasihan membiarkan wanita sendirian menunggu di luar seperti ini?”

“Kau yang bodoh karena menunggu disini dan tidak ingin masuk ke dalam.”

Young Me memasang seatbelt dan memberi tanda pada Haneul agar melajukan mobil.

“Aku tidak menyangka kau akan ikut tanpa harus mendapat rentetean bujukan dariku.”

“Hanya tidak tega membiarkanmu sendiri disana. Lagipula aku bisa jadi pertimbanganmu tentang pria yang akan kau temui nanti.”

“Lalu apa yang akan kau lakukan dengan pria yang akan jadi teman kencan butamu?”

“Apa aku juga akan melakukannya?”

“Tentu saja, bodoh.”

Haneul tersenyum sekilas dan mendapat tatapan sinis dari Young Me.

“Kau tidak pernah ikut kencan buta? Saat kau ikut pertemuan seperti itu, kita akan duduk berhadapan dengan pria. Para wanita akan duduk berdampingan, begitu juga para pria. Kita akan diberikan waktu beberapa menit untuk mengobrol dengan pria di hadapan kita, setelah waktunya habis para pria akan berpindah tempat duduk ke samping dan berganti pasangan untuk mengobrol.”

“Jadi kau tidak bisa hanya diam disana dan menemaniku tanpa ikut melakukan kencan buta.”

“Baiklah, tidak buruk. Lagipula jika hanya mengobrol tidak buruk, kan?”

“Memang.”

Young Me mengeluarkan cermin kecil dari dalam tas dan merapikan riasannya sekali lagi.

“Tidak perlu mengkhawatirkan riasanmu, bukankah kau tidak akan berusaha membuat mereka tertarik?”

“Bukan berarti aku tidak boleh berpenampilan cantik.”

Dia mengusap sedikit noda kecil di pipi Haneul.

“Kau bahkan mengenakan coat yang baru pertama kali aku lihat. Apa kau pernah mengenakan coat itu di depan Kyuhyun?’

“Ini hanya sebuah coat, bukan dress atau yang lainnya. Tidak penting untuk diperlihatkan.”

Haneul mengangguk singkat dan membelokkan mobil ke cafe yang menjadi lokasi kencan buta.

“Young.”

“Hm?”

“Kau tidak memikirkan kemungkinan terburuk? Misalnya bertemu Kyuhyun disini?”

“Aku tidak akan seberuntung itu bertemu dengannya disini.”

“Baiklah, tapi aku tidak akan ikut bertanggung jawab jika kau bertemu dengannya.”

“Ya ya ya.”

Young Me turun dari mobil dan mengenakan coatnya, diikuti oleh Haneul.

Mereka berdua segera masuk ke dalam dan memperhatikan interior cafe yang sepertinya memang diperuntukkan untuk kencan karena satu meja hanya terdiri dari dua kursi.

Dan sudah ada beberapa wanita dan pria yang duduk di meja-meja yang disediakan.

“Ternyata banyak juga yang mengikuti kencan buta ini.”

Bisik Young Me selagi sibuk mencari tempat yang kosong.

“Bagi orang-orang yang masih sendiri, hal seperti ini adalah favorit mereka.”

Haneul menarik tangan Young Me ke arah meja yang masih kosong di sudut. Kebetulan ada dua kursi berdampingan yang masih kosong.

“Ikuti saja apa yang orang lain lakukan dan jangan buat masalah.”

“Memangnya aku pernah membuat masalah?”

“Memangnya kau pernah tidak membuatnya?”

Young Me ingin kembali mengatakan sesuatu sebelum ada seorang pria yang berdiri di kursi seberang mejanya.

“Boleh aku duduk disini?”

“Tentu. Tidak akan ada yang melarang, kan?”

Young Me hanya menatap pria itu sekilas lalu kembali melihat Haneul, hanya untuk mendapatkan tatapan dingin dari gadis itu.

“Bersikaplah sopan sedikit, nona Park.”

Ucapnya ringan.

Young Me yang tidak ingin terus berdebat, mengangguk singkat lalu membenarkan posisi duduknya. Dan mengarahkan pandangan ke depan.

Ke pria yang juga kebetulan tengah menatapnya.

Pria itu tersenyum singkat di balik kacamata hitam yang ia kenakan.

Membuat Young Me sedikit mengernyitkan kening.

‘Di dalam ruangan dan saat malam hari seperti ini dia menggunakan kacamata hitam? Sedikit aneh.’

Sesaat kemudian ada seorang wanita yang sepertinya salah satu ‘panitia’ dari kencan buta malam ini.

Dia memberikan sedikit arahan atau ‘aturan’ yang harus dipatuhi setiap orang, seperti jangan membuat keributan, hanya diperbolehkan berbicara dengan pasangan yang duduk di depan mereka, dan saat waktu telah habis para pria mau tidak mau harus berpindah ke kursi sebelah.

Setelah memastikan semua orang paham dengan apa yang ia katakan, wanita itu keluar dari ruangan cafe setelah mempersilahkan semua orang untuk mulai mengobrol dan melakukan ‘kencan’ mereka.

Young Me sempat menoleh dan melihat Haneul, tapi karena gadis itu sudah terlanjur menyapa pria di depannya dia hanya mengisyaratkan Young Me untuk menatap pasangan kencannya dan mulai berbincang.

Young Me menghela nafas singkat, mulai menyadari kebodohannya karena ikut pergi kemari. 

Dia kemudian memberanikan diri kembali menatap pria di depannya yang tersenyum; mungkin karena menunggu Young Me memberi perhatian padanya.

“Maaf. Ini pertama kalinya aku ikut sesuatu seperti ini.”

“Tidak apa. Ini juga pertama kalinya untukku. Tapi sedikit aneh rasanya saat melihatmu tenang di hadapan pria seperti ini.”

“Hm?”

Young Me yang awalnya sesekali menunduk sekarang mulai menatap tepat ke pria itu. Dan memperhatikan saat dia melepas kacamata hitamnya.

“Entah kau mengenalku atau tidak.”

Ucap pria itu kemudian. Membiarkan Young Me sibuk dengan pikirannya sendiri yang merasa familiar dengan wajah sang pria tapi tidak bisa mengingat siapa dia.

“Seseorang yang selalu duduk di sudut kelas dan memilih sibuk dengan buku tebalnya dibanding berkumpul dengan anak-anak yang lain?”

Semacam clue.

“Oh? Donghae? Lee Donghae?”

“Terakhir ku lihat nama belakangku memang masih Lee.”

Young Me sigap menggunakan tangan untuk menutup mulut; mencegah teriakan kecil yang hendak meluncur.
Sementara sang pria memperlebar senyuman karena berhasil mengejutkan gadis itu.

“Apa aku benar-benar berubah hingga tidak bisa kau kenali?”

“Bukan seperti itu. Hanya saja kau... kau tampak-“

“Tampan?”

Young Me reflek mengangguk dan tersentak dengan responnya sendiri.

“Maksudku, semua orang pasti berubah kan? Apalagi setelah bertahun-tahun lamanya.”

“Benar. Kau juga berubah.”

“Jika maksudmu aku berubah dan menjadi lebih baik maka aku akan mengucapkan terima kasih atas pujiannya.”

“Hahaha, sebenarnya aku tidak memuji tapi jika kau menganggapnya seperti itu maka aku tidak akan keberatan.”

Donghae tersenyum tipis, membuat pahatan-pahatan tajam wajahnya semakin nampak. Wajah dan perawakan tubuh membuatnya terlihat maskulin.

Apakah dia dulu juga memiliki wajah tampan seperti ini atau dia hanya memilikinya sekarang? Atau Young Me yang memang tidak memperhatikannya dulu? Tapi lagipula itu sudah lebih dari empat tahun yang lalu.

“Tapi bagaimana kau bisa ada disini?”

Young Me memperhatikan keadaan di sekitarnya sekilas.

“Kau sering mengikuti kencan buta seperti ini?”

Tanyanya lagi.

“Tidak. Aku hanya ikut karena seseorang memaksaku menemaninya kemari”

Donghae menatap seorang pria yang duduk di meja kelima setelah meja mereka.

“Ah, akupun sama.”

Dan giliran Young Me yang melihat ke arah Haneul.

“Kebetulan sekali kita bisa bertemu disini.”

“Ya.”

“Kau tidak ingin menanyakan kabarku atau yang lainnya?”

“Kau tampak baik-baik saja. Dan yang kau maksud ‘lainnya’ itu apa?”

Young Me meneguk air mineral di gelas dan mendapati Donghae tersenyum tipis.

“Baiklah, lupakan. Biar aku saja yang bertanya. Bagaimana kabarmu dan orang tuamu?”

“Kabarku sangat baik dan mereka juga. Terima kasih sudah bertanya. Lalu kau? Kau bekerja dimana?”

“Aku bekerja di perusahaannya.”

Dagunya menunjuk ke arah sang teman yang ia sebut tadi.

“Aku pikir kau akan benar-benar menjadi seorang pemain basket.”

“Jalannya tidak semudah yang aku perkirakan.”

Belum sempat Young Me merespon, semua pria sudah berdiri dan bersiap untuk pindah ke kursi di samping mereka; waktu sudah habis.

Donghae pun bergegas mengulurkan ponsel, meminta gadis itu memasukkan nomor teleponnya. Young Me yang sempat tertawa renyah karena sikap Donghae yang mendadak panik menyerahkan kembali ponsel pada Donghae yang sudah duduk di hadapan Haneul.

Pria itu menunjukkan isyarat ‘aku akan menghubungimu nanti’ yang ia balas dengan anggukkan.

~

“Pria itu membuatmu tidak menyesal karena sudah ikut denganku, kan?”

“Pria yang mana?”

“Pria pertama tadi.”

“Ah, Donghae? Dia teman sekolahku dulu.”

“Tampan.”

“Semua pria tampan di matamu.”

“Di matamu juga.”

Young Me dan Haneul tertawa kemudian setelah sempat saling memberikan komentar sinis.
Haneul meraih coat di ujung sofa setelah melihat waktu yang tertera di layar ponsel.

“Aku pulang dulu. Terima kasih untuk coklat hangatnya.”

Gadis itu berdiri dan mengenakan coatnya.

Setelah selesai dengan kencan buta mereka, dia singgah dan membicarakan pria-pria yang berbincang dengan mereka tadi.

“Hm. Sampai bertemu besok.”

“Ya.”

Young Me mengantar sang sahabat hingga pintu depan dan mengunci pintu setelah mobil Haneul menghilang dari pandangan.

Gadis itu mengambil coat dan tas di atas sofa lalu berjalan ke arah kamar. Dan saat menyalakan lampu kamar dia dibuat terkejut karena menemukan seseorang berbaring di atas tempat tidur.

Seseorang yang akhirnya terbangun karena cahaya lampu itu masih mengenakan dasi, jas serta sepatu kerja.

“Oh, maaf.”

Aku sedari tadi berbincang dengan Haneul pria ini sama sekali tidak menunjukkan diri dan sekarang dia terusik hanya karena cahaya lampu? Dia pura-pura tidur atau apa?

“Hm. Matikan saja lagi lampunya cepat dan tidurlah.”

“Kau tidak ingin mengatakan sesuatu seperti kenapa kau tiba-tiba ada disini tanpa memberitahuku lebih dulu?”

Young Me meletakkan coat ke dalam lemari, lalu tas ke atas meja rias.

“Aku lupa menghubungimu saat aku sudah terlanjur sampai disini dan karena aku sangat lelah jadi aku langsung masuk.”

Pria itu menyahut dengan lengan menutupi mata karena Young Me tidak kunjung mematikan lampu.

“Hm. Tidurlah, aku ingin mandi dulu.”

“Bagaimana kencanmu?”

Young Me yang sudah melangkah masuk ke kamar mandi menghentikan langkah. Antara terkejut dan bingung, tahu darimana kekasihnya itu?

Apa dia benar pura-pura tidur saat Haneul dan dirinya membicarakan tentang kencan tadi?

Refleks memundurkan tubuh dan menilik sekali lagi Kyuhyun di atas tempat tidur, pria itu masih berbaring bahkan sekarang ia tengkurap dan mendekap erat bantal yang ia gunakan.

Ini lebih menyeramkan ternyata. Dia bertanya hal seperti itu tapi dia tidak bangun dari posisi tidurnya. 

Seakan menunjukkan ‘Kau melakukan kesalahan dan aku tidak ingin mendengar alasannya jadi jangan bicara padaku’.

Young Me yang merasa tidak memiliki pilihan lain selain berbicara dengan Kyuhyun besok, melanjutkan niat untuk membersihkan tubuhnya.


Membiarkan pertanyaan Kyuhyun tidak terjawab, karena jelas dia tidak tahu jika pria itu masih tersadar dan belum sepenuhnya kembali ke alam mimpinya. Dan tidak sadar jika kekasihnya itu menunggu jawaban.

~TBC~