Sabtu, 22 Oktober 2016

You & Me #10







Author : Reni Retnowati
Cast : Lee Donghae, Park Young Me, Lee Hyukjae, etc.
Length : Chapters
Genre : Romance

Happy reading!

`
"Beruntung tidak ada luka dalam yang kau alami. Tapi seharusnya kau masih dirawat sekarang agar kondisimu benar-benar pulih."

Donghae dan Young Me mendengarkan dengan seksama penjelasan dokter dihadapan mereka itu.

Tepat setelah kembali dari liburan dan pesawat yang mereka naiki sampai beberapa jam yang lalu Young Me terus memaksa dan meminta Donghae untuk pergi ke rumah sakit; memeriksakan keadaannya.

"Tapi aku sudah merasa lebih baik, hyung. Jadi, bisakah aku tidak dirawat?"

"Itu terserah padamu, Hae. Selama kakak tercintamu itu tidak datang kemari dan protes padaku."

Ryu Jin, sahabat Donghwa sekaligus dokter yang menanganinya itu mengingat saat Donghwa mengutarakan kekesalannya saat Donghae kabur dari rumah sakit beberapa hari yang lalu.

"Tidak akan. Aku bukan anak kecil, untuk apa dia bersikap seperti itu."

"Itu karena Donghwa oppa khawatir padamu."

"Sudah. Daripada berdebat di ruanganku lebih baik kalian keluar dan tebus resep ini."

Pria itu menyodorkan resep yang selesai ia buat kepada Young Me.

"Lalu bagaimana hubungan kalian? Kapan kalian akan menikah?"

"Tidakkah lebih cocok jika aku yang bertanya seperti itu? Kau bahkan lebih tua dari Donghwa hyung tapi belum saja menikah."

"Kau tidak tahu masalahnya. Aku sudah beberapa kali melamar gadis itu tapi dia masih saja mengatakan belum siap."

"Mungkin caramu melamar yang salah, oppa."

"Apanya yang salah, Young? Aku melamar di hadapan orang tuanya, lalu yang kedua aku membawanya pergi berlibur. Tapi jawabannya tetap saja sama."

"Kau seharusnya membuat suasana dimana dia tidak punya pilihan lain selain menerimamu, hyung. Seperti yang ku lakukan pada gadis disebelahku ini."

Young Me menepuk pundak Donghae. Untuk apa pria itu mengatakan tentang lamaran itu.

"Jadi, kau sudah melamarnya?"

"Dan kau menerimanya, Young?"

"Dia mengancamku, oppa. Aku tidak punya pilihan lain."

"Heish, tidak semua gadis akan berhasil dengan ancaman. Beruntung dia tidak marah dan pergi meninggalkanmu, Hae."

"Dia tidak akan melakukannya. Dia kan mencintaiku. Jadi jika kekasihmu itu memang mencintaimu, dia pasti akan menerima walau dalam kondisi apapun, hyung."

Young Me mengangguk; mengiyakan perkataan Donghae.

"Baiklah. Sepertinya aku harus mencoba."

"Harus, dan semoga berhasil, hyung."

Donghae meraih tangan Young Me dan berdiri.

"Kami pergi dulu. Terima kasih atas waktumu."

"Semangat, oppa. Aku akan mendoakanmu."

Gadis itu mengepalkan tangan dan tersenyum.

"Ya, terima kasih, Young."

~

"Jadi apa kalian sudah menentukan waktunya?"

Donghae dan Young Me tengah mengutarakan keinginan untuk menikah ke keluarga Young Me, setelah sebelumnya mereka menemui Donghwa dan ibu Donghae.

"Aku sebenarnya berencana untuk melaksanakannya pada tanggal 30 Oktober, hyung."

"Ah, saat ulang tahun Young?"

"Benar. Karena seharusnya sesaat sebelum dan sesudah tanggal itu tidak ada pekerjaan yang menunggu."

"Bagaimana appa?"

"Kami terserah pada kalian, Hae. Jika kalian sudah memperhitungkan waktu untuk persiapan dan yang lainnya maka kita bisa menggunakan tanggal itu."

"Benar. Aku dan Hye Ri akan membantu persiapannya."

"Ya, hyung. Terima kasih."

Donghae mengusap kepala Hyun Bin yang duduk dipangkuannya.

"Kalian sudah memikirkan tentang gedung beserta dekorasinya? Atau tentang gaun dan tuxedo?"

Hye Ri memulai kegiatan wawancaranya.

"Sudah, eonni. Kami hanya ingin yang sederhana saja."

Young Me yang baru muncul setelah sibuk membuat minuman untuk anggota keluarganya itu duduk disamping Donghae.

"Baiklah. Kalau begitu aku akan mengurus tentang undangan dan dekorasinya. Tapi untuk hal memeriksa persiapan gedung, harus kalian yang melakukannya agar sesuai dengan keinginan kalian."

"Ya, nunna. Bantuan kalian akan sangat membantu."

~

Several months later

"Apa yang sedang kau lakukan?"

"Hm? Membuat coklat hangat."

"Coklat hangat? Sejak kapan kau menyukai minuman hangat di jam seperti ini? Lagipula kau tidak suka jika coklatmu dalam keadaan hangat."

"Hawanya dingin, jadi aku membuat ini."

"Benarkah? Kalau begitu cepat saja habiskan coklatmu dan segera tidur. Jangan lupa nyalakan pemanasnya."

"Em, tentang itu..."

"Wae? Ada masalah?"

Suara pria itu sedikit meninggi.

"Tidak. Hanya saja... pemanasnya rusak."

Young Me mengecilkan suaranya diakhir.

"Mwo? Rusak? Dan kau hanya diam saja? Kenapa tidak mengatakannya dari tadi? Jika aku tidak menghubunginmu apa kau juga tidak akan memberitahuku?"

Rentetan pertanyaan pria itu membuat gadisnya bergidik. Haruskah dia bertanya dengan nada sekesal itu?

"Hei, jawab aku!"

Young Me sedikit menjauhkan ponselnya. Hawa dingin ditambah suara pria itu yang meninggi membuat moodnya semakin buruk.

"Park Young Me ! Apa kau masih disana?"

Terdengar suara heboh diseberang. Sepertinya pria itu sibuk melompat dari ranjang dan melakukan sesuatu.

"Aku masih disini, oppa. Aku hanya merasa kedinginan."

"Tentu saja kau kedinginan !! Kenapa tidak segera menghubungiku tadi, eoh?"

Suara pria itu mengecil dan membesar kemudian, sepertinya dia sibuk melakukan hal lain.

"Aku pikir kau sudah tidur."

"Lapisi pakaianmu ! Aku akan segera kesana."

"Tidak-"

Belum sempat Young Me menyelesaikan kalimatnya, sambungan telepon sudah lebih dulu diputus oleh pria itu.

Dia pasti akan mengomel nanti setibanya dia disini.

~

"Ini membeku, aku tidak bisa memperbaikinya."

Donghae memeriksa pemanas yang berada di apartemen sang kekasih.

Sejak datang hingga sekarang dia terus merangkul Young Me dan tidak melepaskannya; berniat menghangatkan gadis itu.

"Lalu?"

"Lalu apa? Tentu saja kau tidak bisa tidur disini sekarang !"

"Arraseo. Tapi bisakah kau mengecilkan suaramu?"

"Untuk apa? Aku harus memastikan kau mendengar semua yang ku ucapkan. Kau sudah berhasil membuatku panik, bahkan segera meloncat dari ranjangku dan bergegas kemari tadi."

"Maaf."

"Kau seharusnya segera menghubungiku setelah tahu pemanasnya rusak. Apa kau berniat berdiam diri disini hingga tubuhmu membeku? Bibirmu bahkan sudah pucat sekarang. Kau juga tahu cuaca semakin dingin belakangan ini."

Donghae sedang mengaktifkan mode cerewetnya saat ini.

"Aku tahu. Maaf. Aku berpikir kau pasti sangat kelelahan dan aku tidak ingin mengganggu istirahatmu."

"Apa pedulinya dengan istirahatku jika kau mengalami masalah disini? Kau justru lebih menggangguku jika hanya diam tanpa memberitahu."

Suara Donghae yang cukup tinggi sedari tadi membuat Young Me selalu reflek menarik kepalanya menjauh.

Posisinya yang memang berada di rangkulan pria itu membuat pendengarannya menangkap dengan sangat jelas apapun yang diucapkan sang kekasih. Cukup jelas dan cukup lantang !

"Baiklah. Berhenti marah. Kau akan membiarkanku tetap kedinginan seperti ini?"

"Haish. Cepat saja ambil tas dan mantelmu."

Dia sedikit mendorong gadis itu agar segera beranjak ke kamar. Sementara dirinya memilih memeriksa apartemen itu sebentar lalu kemudian berdiri menunggu di samping pintu.

Setelah Young Me muncul, dia segera menarik tangan gadis itu dan turun ke bawah.

~

"Ingin makan sesuatu? Untuk menghangatkan tubuhmu?"

Dia tidak akan bisa terus-terusan bersikap ketus pada Young Me, sikapnya akan dengan cepat berubah dan luluh pada gadis itu.

"Tidak. Aku tidak ingin apa-apa."

"Kau marah?"

Dia menatap sang kekasih yang tengah menatap jalanan disampingnya.

"Tidak. Marah kenapa?"

"Marah karena sikapku di apartemen tadi."

"Tidak."

"Benarkah?"

"Benar. Perhatikan saja jalanannya, oppa."

"Baiklah, nyonya Lee. Kau semakin sensitif belakangan ini."

"Kalau begitu jangan memancing pertengkaran denganku."

"Kau yang memulainya. Kau pikir dengan berdiam diri disana dengan keadaan dingin seperti itu tidak akan membuatku panik? Kau yang menciptakan masalah."

"Tapi aku kan sudah meminta maaf. Aku tahu aku salah, jadi bisakah kau berhenti memarahiku?"

Hari pernikahan semakin dekat dan intensitas pertengkaran mereka pun semakin sering.

"Arra. Aku mengerti."

Pria itu bukannya berniat marah. Dia hanya tidak habis pikir bagaimana bisa gadis itu membiarkan tubuhnya kedinginan tanpa mencoba melakukan sesuatu.

Setidaknya jika dia tidak ingin mengganggunya, dia bisa menghubungi Leeteuk bukan? Meminta bantuan.

Donghae yang tengah menegang karena rasa kesalnya menoleh kesamping saat merasakan sebuah sentuhan di lengan.

"Maaf. Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Berhentilah marah, aku takut melihatmu."

Gadis itu menatapnya dengan tatapan sayu. Dia tidak akan kuat jika melihat Donghae marah dan menunjukkan kekesalannya.

"Aku marah karena khawatir padamu. Kau tahu itu. Aku tidak ingin hal buruk terjadi padamu."

"Aku tahu. Karena itu aku meminta maaf."

"Aku memaafkanmu sedari tadi. Jadi bisakah kau berhenti mengatakan itu? Walaupun aku terus berkata ketus seperti ini tapi aku sudah memaafkanmu. Aku hanya menunjukkan kekesalanku saja."

Suaranya mengecil; berusaha meyakinkan sang kekasih jika dia benar-benar sudah memaafkannya.

"Baiklah. Aku mengerti."

"Sekarang kau ingin memakan sesuatu dulu? Tidak ada makanan apa-apa di apartemenku, karena itu aku menawarkannya."

"Aku tidak lapar. Tapi jika kau ingin makan malam kita bisa mencari sesuatu sekarang."

"Aku juga tidak lapar. Aku tidak tertarik untuk makan apapun karenamu."

Young Me menyadari jika kekasihnya itu masih mengenakan kemeja di balik mantel coklatnya yang berarti pria itu baru saja pulang ke apartemen saat meneleponnya tadi.

"Baiklah, aku lapar sekarang. Bisa kita pergi ke restoran di dekat kantormu?"

Dia harus makan sesuatu agar pria itu juga ikut makan dengannya.

"Hm."

~

"Kenapa tidak memberitahuku jika pemanasnya rusak?"

"Dia saja berniat tidak memberitahuku, hyung. Beruntung saat itu aku menghubunginya."

Gadis itu merasa diadili saat ini.

Baru saja dia bangun 20 menit yang lalu, tapi pagi indahnya dirusak karena sang kakak mendadak muncul di apartemen Donghae.

Mengatakan jika dia pergi ke apartemen Young Me namun tidak menemukan gadis itu disana hingga kemudian dia menyadari jika ada sesuatu yang rusak ditempat itu. Dan dengan yakin menebak jika adiknya itu berada disini; apartemen Donghae.

Dan sekarang, kedua pria menyebalkan itu tengah duduk di hadapannya; menghakimi karena kebodohannya tadi malam.

"Haish. Aku sudah meminta maaf. Bisakah kalian berdua tidak bertingkah menyebalkan?"

Dengan nada dan raut wajah kesal dia berdiri lalu meninggalkan ruang tengah; beranjak pergi ke dapur.

"Aku sudah meminta orang untuk memperbaikinya tadi."

"Ya, hyung. Aku tidak sempat berpikir untuk meminta bantuan petugas apartemen tadi malam, aku hanya ingin segera membawanya pergi dari sana."

"Dia mungkin tidak ingin mengganggumu. Bukankah pekerjaanmu semakin menumpuk sekarang?"

"Begitulah, hyung. Aku tidak bisa membiarkan dia mengurus sendiri semuanya dan lagipula kami ingin semua sempurna dan selesai dengan baik karena itu aku terus-menerus memeriksa persiapannya."

"Lalu bagaimana? Apa yang masih belum selesai? Hari pernikahan kalian semakin dekat."

Mereka berdua mengalihkan pandangan saat Young Me datang dengan dua cangkir minuman hangat di tangannya. Meletakkannya di meja yang berada ditengah-tengah kedua pria itu.

"Sudah 90%. Hanya harus terus memeriksa gedungnya saja."

Donghae memperhatikan Young Me yang duduk disamping Leeteuk dan menyandarkan tubuhnya ke pundak pria itu.

Dia tadi terlihat kesal tapi sekarang bahkan bersikap manja pada kakaknya itu.

"Kalau begitu sekarang mulai perhatikan keadaan kalian. Jangan terlalu kelelahan hingga jatuh sakit. Kau harus mengurangi perkerjaanmu, Hae."

"Dan kau, gadis bodoh."

Pria itu mendorongkan telunjuknya ke kening sang adik.

"Jangan bertingkah gila yang bisa membahayakan keadaanmu. Atau aku perlu terus berada di apartemen dan mengawasimu?"

"Tidak "

Gadis itu melingkarkan tangan ke lengan Leeteuk.

"Kalau begitu jaga dirimu sendiri. Kau tahu Donghae sibuk mempersiapkan semua tentang pernikahan kalian jadi dia tidak bisa terus-menerus mengawasimu."

"Aku bukan anak kecil. Aku tidak perlu diawasi."

"Sikapmu yang seperti anak kecil yang membuat kami harus mengawasimu."

"Aku mengerti. Tenang saja. Aku tidak akan bersikap ceroboh lagi."

Donghae tahu jika kekasihnya itu pasti sangat kesal sekarang. Tapi dia bahkan tidak beralih dari pundak Leeteuk. Terlalu merindukan pria itu mungkin.

"Baiklah. Kalau begitu aku pergi sekarang. Aku harus segera ke kantor."

Leeteuk mengusap kepala Young Me saat gadis itu melepas lingkaran tangan di lengannya.

"Ya, hyung. Hati-hati."

"Hm."

~

"Kau tidak pergi ke kantor? Berhenti menggangguku."

Gadis itu merasa sedikit risih dengan tingkah Donghae yang selalu mengikutinya sedari tadi.

"Tidak. Lagipula aku tidak mengganggumu, aku hanya ingin mengelilingi apartemenku saja."

"Kenapa tidak pergi? Aku baik-baik saja disini."

"Tidak ada pekerjaan, jadi aku tidak perlu ke kantor. Lagipula aku lebih suka menghabiskan waktu bersamamu."

"Baiklah, jika itu maumu. Sekarang lakukan hal lain yang lebih berguna dibanding terus mengekoriku kemana-mana. Aku akan menyiapkan sarapan."

"Aku tidak lapar."

"Tapi aku lapar. Jadi jangan ganggu aku saat tengah memasak, eoh?"

"Tapi apa yang akan kau masak?"

"Apapun. Aku perlu melihat apa yang ada di lemari pendingin dulu."

Gadis itu berdiri dari meja makan dan menghampiri lemari pendingin yang berada di pojok dapur.

"Tidak ada apa-apa disana."

Suara Donghae muncul bersamaan dengan terbukanya pintu lemari pendingin yang terlihat kosong itu.

"Ey, bukankah aku sudah mengisinya minggu lalu? Kau kemanakan semua bahan itu?"

"Aku menggunakannya untuk memasak tentu saja."

"Kau menghabiskan semuanya dalam waktu 1 minggu? Lagipula kau tidak bisa memasak makanan lain selain nasi goreng dan ramen."

Young Me akhirnya meraih kaleng minuman soda dan membawanya saat kembali duduk di meja makan.

"Aku tengah belajar. Aku mencari resep apapun yang bisa aku temukan di internet dan mulai mencoba memasak sesuatu. Karena itu bahannya bisa dengan cepat menghilang dari lemari pendingin itu karena aku menggunakannya sebagai bahan percobaan."

"Kau belajar untuk apa?"

"Kita akan segera menikah dan tinggal bersama. Bukankah akan lebih menyenangkan jika aku bisa memasak sesuatu? Setidaknya aku bisa membantumu saat di dapur atau membuat sesuatu jika kau tengah lelah."

"Heish, jika seperti itu kenapa tidak memberitahuku? Kau bisa belajar di apartemenku tanpa mengorbankan bahan makanan yang aku beli. Aku menyiapkannya agar kau tidak kelaparan, bukan agar bisa kau gunakan dengan sia-sia."

"Baiklah, maaf. Aku hanya ingin mencoba saja."

"Lalu apa yang harus kita makan sekarang? Kau bohong jika mengatakan kau tidak lapar."

Young Me menyodorkan kaleng minumannya ke mulut Donghae.

"Kita makan diluar saja. Bagaimana?"

"Baiklah. Setelah itu antar aku pulang, eoh?"

"Baik, nyonya Lee."

~

"Tidakkah lebih baik jika bunganya diletakkan disamping saja? Sedikit mengganggu pemandangan jika kita meletakkannya ditengah seperti itu."

"Menurutmu begitu?"

"Ya."

Mereka berdua tengah memantau persiapan gedung yang akan mereka gunakan nanti. Memeriksa dekorasi dan hal-hal yang berkaitan dengan tempat itu.

"Lalu apalagi?"

Pria itu menunjukkan ponselnya.

Mereka mendapat foto dan video dari staf wedding organizer tentang kondisi atau dekorasi yang disiapkan, dengan itulah mereka dapat memantau tanpa harus selalu datang ke sana.

"Sepertinya tidak ada."

"Baiklah, lusa kita akan memeriksa langsung kesana."

"Ya. Sekarang makanlah dulu."

Gadis itu mendekatkan hidangan yang baru saja diletakkan oleh pelayan restoran yang mereka datangi.

"Lihatlah."

Pria itu masih sempat menampilkan layar ponsel yang menunjukan kalender bulan itu dengan beberapa simbol silang di tanggal.

"Apa?"

"Kau lihat aku menyilang setiap tanggalnya? Berapa hari lagi sebelum sampai ke tanggal yang aku lingkari?"

Tanggal yang dilingkari? Hanya ada satu tanggal dengan lingkaran berwarna merah.

"30 Oktober? Lima hari lagi."

"Semakin dekat. Kau tidak merasa gugup?"

Dia meletakan ponsel dan mulai makan.

"Tentu saja aku gugup. Aku bahkan lebih gugup darimu, oppa."

"Benarkah? Semua akan berjalan lancar, bukan?"

"Tentu saja. Karena kita sudah berusaha keras mempersiapkannya maka semua akan berjalan sesuai rencana."

"Ya, semoga saja."

~TBC~
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar