Rabu, 17 Agustus 2016

Time Machine #9

Author : Park Hye Ri a.k.a Reni Retnowati
Cast : Cho Kyuhyun, Park Hye Soo, Kim Jongwoon, etc.
Genre : Romance, Married Life.
Length : Chapter (14 chapters)

Happy reading `

*

"Sayang? Hey, bangunlah."

"Park Hye Soo."

Panik.

Dia panik sekarang.

Wanita itu entah kenapa pingsan dan hampir jatuh ke lantai.

Tubuhnya memang terasa hangat dan titik-titik keringat sedari tadi menghiasi wajahnya.

"Sayang,,,"

Kyuhyun mulai merasa putus asa.

Mengguncang tubuh serta mendekatkan obat cair ke dekat hidung wanita itu juga tidak memberi hasil.

"Haruskah aku menghubungi dokter?"

Dia membenarkan posisi bantal sofa di bawah kepala Hye Soo. Dia tidak berpikir untuk mengangkat tubuhnya dan membawa ke kamar.

Tangan kanannya terus bergerak mengusap pipi serta tubuh sang istri. Sementara tangan kirinya meraih ponsel yang tergeletak di meja dan mencoba menghubungi seseorang.

"Hyung, ini aku."

"Bisa kau kemari? Aku memerlukan bantuanmu."

Pandangannya terus menelisik jika mungkin istrinya sadar.

"Yaa Choi Siwon !! Aku serius."

Ada pergerakan. Membuatnya mengalihkan perhatian pada wanita itu.

"Istriku. Dia tiba-tiba saja pingsan. Cepat kemari. Aku menunggu."

Menutup panggilannya sepihak, tidak peduli jika pria yang ia hubungi itu lebih tua darinya.

Dia terburu-buru karena sepertinya sang istri mulai tersadar.

"Hey, sayang."

Wanita itu membuka mata perlahan.

"Kyu."

"Ya, ini aku."

Berusaha tidak menunjukkan jika ia panik.

"Kau baik-baik saja? Apa ada yang terasa sakit?"

"Sakit?"

"Kau tiba-tiba pingsan tadi. Aku berpikir kau mungkin merasa kesakitan."

Dia menahan sang istri yang hendak duduk.

"Rebahkan saja tubuhmu."

"Aku baik-baik saja. Kau sudah makan?"

"Jawab saja dulu pertanyaanku. Apa ada yang terasa sakit?"

Hye Soo menyentuh tangan Kyuhyun yang mengusap pipinya. Pria itu duduk di lantai dan sedikit bersandar pada sofa.

Terlihat ada raut panik di wajahnya tapi nada bicaranya ia buat biasa saja.

"Aku membuatmu panik?"

"Tentu saja. Aku sepertinya berlebihan dengan melakukan semua hal tadi dan membuatmu seperti ini."

"Lalu kenapa kau melakukannya?"

"Aku hanya ingin memberi kejutan."

"Aku kira kau lupa."

Dia merapikan rambut sang suami yang sedikit berantakan.

"Aku tidak mungkin melupakan hari penting seperti ini, sayang."

"Tapi tadi pagi kau bahkan pergi saat aku masih tidur."

"Aku takut tidak bisa menyimpan rahasia dan tanpa sadar membongkar kejutan yang akan aku siapkan."

"Lalu kenapa menemuiku tadi siang?"

"Hanya memastikan kau tidak menyiapkan kejutan apa-apa di rumah karena itu aku mengatakan jika aku akan pulang terlambat."

Pria itu menopang kepala menggunakan tangan kiri yang ia sandarkan di sofa dan membuat wajahnya semakin dekat dengan Hye Soo, sementara tangan kananya tetap setia mengusap wajah wanita itu.

"Kau keterlaluan."

"Kau yang lebih keterlaluan. Aku menunggumu sejak tiga jam yang lalu."

"Tiga jam?"

"Bukankah kau biasanya pulang sekitar pukul 7? Karena itu aku pulang satu jam lebih awal. Kau tahu? Aku berada dalam kegelapan ini selama tiga jam penuh karenamu."

Bukannya merasa bersalah, dia justru tertawa karena menganggap lucu perkataan suaminya.

"Kenapa tertawa? Aku serius. Aku sudah mematikan saklar sejak aku datang dan selesai mengatur semuanya."

"Itu salahmu sendiri. Kau yang mengatakan akan pulang terlambat."

"Itu kan hanya tipuan. Lalu kemana kau pergi tadi? Kau memang sudah pulang dari cafe sejak jam 7, bukan?"

"Aku berkeliling sebentar. Aku tengah kesal padamu karena mengira kau melupakan hari ini. Dan dibanding harus sendirian di rumah lebih baik aku pergi ke tempat lain."

"Cih, kau membuat kejutan ku jadi gagal."

"Dan kau membuat makan malam yang aku rencanakan juga gagal."

Kyuhyun berniat mengecup sang istri karena wanita itu mengerucutkan bibir di hadapannya.

Sebelum suara bel pintu depan berbunyi.

"Aku akan membukanya."

Wanita itu duduk dan berniat berdiri sebelum didahului oleh sang suami.

"Biar aku. Diam saja disini."

Ucapnya sebelum berlalu untuk membuka pintu.

Lalu kembali tidak lama kemudian bersama seseorang.

"Dia tiba-tiba pingsan beberapa saat yang lalu dan sepertinya dia sedang demam."

Ujarnya seraya menunjuk sang istri; mengisyaratkan jika ia tengah membicarakan wanita itu.

"Selamat malam, Hye Soo-ssi."

"Ne, selamat malam?"

"Dia dokter kenalan ku. Panggil saja Siwon uisanim."

Kyuhyun memperkenalkan tamu yang merupakan seorang pria tampan di sampingnya.

"Kau bisa memanggilku Siwon oppa."

"Uisanim saja cukup. Kenapa harus menggunakan 'oppa'?"

"Aku lebih tua darimu, bisakah kau bersikap sedikit sopan padaku?"

"Tidak."

Hye Soo hanya tersenyum simpul melihat sang suami yang selalu saja memancing pertengkaran dengan sahabat-sahabatnya.

"Boleh aku memeriksa keadaanmu, Hye?"

"Keadaanku? Tapi aku baik-baik saja."

"Aku tahu. Aku hanya ingin memeriksa sebentar. Agar suamimu tidak lagi mengganggu serta merecokiku untuk segera datang kemari."

Hye Soo menatap Kyuhyun heran.

"Kau pingsan tadi. Tidak mungkin kan aku tidak panik?"

Siwon mulai mengeluarkan peralatan dokternya dan memeriksa Hye Soo.

Sementara Kyuhyun duduk di sofa dan memperhatikan sang istri yang tengah menatapnya.

Wanita itu terus menatap dan membuatnya heran.

"Kenapa terus menatapku?"

"Tidak."

Dia justru menggeleng dan mengalihkan perhatian pada Siwon yang sudah selesai memeriksanya.

"Kau demam dan sepertinya kau pingsan karena kelelahan."

"Aku akan memberi catatan untuk jenis-jenis makanan yang harus kau konsumsi agar keadaanmu cepat pulih."

"Tidak perlu obat?"

"Tidak, Kyu. Dengan makanan yang tepat saja sudah sangat cukup."

Kyuhyun mengangguk dan duduk di samping sang istri.

Sementara wanita itu masih diam memandangi Siwon yang sibuk menulis catatan di kertas kecil.

"Kyu."

"Hm?"

"Tanyakan padanya."

Berbisik agar perkataannya tidak terdengar oleh Siwon.

"Tanyakan apa?"

"Tanyakan tentang itu."

Dia melingkarkan tangan ke lengan Kyuhyun yang hanya bisa menatapnya heran.

"Tentang apa?"

"Haish,, Kyu..."

"Ada apa? Kenapa kalian berbisik-bisik seperti itu?"

"Kau tidak perlu tahu, hyung."

"Mungkin saja kalian membicarakan tentang kesehatan, tanyakan saja padaku."

Ucapnya lalu memberikan catatan yang selesai ia tulis ke Hye Soo.

"Bukan apa-apa. Sudah selesai?"

"Hm. Kau hanya harus lebih menjaga kesehatanmu, Hye. Dan kau harus lebih memperhatikan istrimu, Kyu."

"Aku tahu itu."

Kyuhyun berdiri dan mengantar sang sahabat ke pintu depan; mengindahkan Hye Soo yang terus menatapnya kesal.

"Jika ada hal lain segera hubungi aku."

"Arraseo. Tapi..."

"Apa?"

Siwon menilik sekilas jam di pergelangannya lalu kembali menatap Kyuhyun yang tengah menggaruk leher belakangnya.

"Apa... tidak ada tanda-tanda jika dia... mengandung?"

Pria itu menampilkan deretan giginya setelah selesai dengan pertanyaannya.

"Jadi kalian sedari tadi meributkan tentang itu?"

"Dia terus mendesakku untuk bertanya. Padahal aku sudah mengatakan itu bukan masalah jika dia belum hamil hingga sekarang."

"Mungkin dia hanya merasa khawatir. Kau juga jangan jadi menambah beban pikirannya."

"Kenapa jadi menyalahkanku?"

"Aku tidak mungkin menyalahkan istrimu, dia wanita. Lagipula keadaannya sedang tidak baik jadi jangan membuatnya tambah parah."

"Arraseo. Sekarang jawab saja pertanyaanku."

"Belum. Dia belum mengandung. Berusahalah lagi."

Siwon menepuk pundak Kyuhyun lalu berlalu dari tempat itu.

Meninggalkannya yang hanya bisa mengacak rambut kesal sebelum memilih untuk kembali ke dalam.

"Apa yang kau lakukan? Istirahatlah di dalam."

Ucapnya saat menemukan sang istri tengah duduk di lantai dan sibuk memandangi kue serta beberapa kotak hadiah yang bertumpuk di meja.

"Apa kau bertanya tentang hal itu?"

"Hal apa?"

"Ey, aku serius. Kau tahu apa yang ku maksud."

"Baiklah baiklah."

Dia ikut duduk di samping Hye Soo dan mengusap kepalanya.

"Kau tahu jawabannya. Kenapa harus mendesakku untuk bertanya?"

"Mungkin saja Siwon oppa akan memberi jawaban yang berbeda."

"Tidak mungkin, jawabannya akan tetap sama. Dan berhenti memanggilnya 'oppa'. Aku tidak suka mendengar itu."

"Maaf, aku tidak bermaksud menyakiti perasaanmu."

Dia mendekat. Memeluk dan mengecup pucuk kepala sang istri yang menunduk.

"Maaf, eoh?"

"Anni. Aku yang seharusnya berhenti merecokimu."

"Tidak. Kau tidak salah. Aku tidak mungkin marah saat kau terus membicarakan tentang kapan kau akan mengandung atau saat kau terus mengajakku pergi ke dokter kandungan. Hanya saja bersabarlah sebentar lagi. Mungkin belum saatnya."

"Aku tahu. Karena itu maaf."

"Kau tahu aku tidak suka dengan kata itu."

Kyuhyun menangkup wajah sang istri dan mengecup singkat keningnya.

"Ca, aku tahu mungkin suasananya tidak sebaik yang kau harapkan. Tapi kita tetap bisa merayakannya, kan?"

Wanita itu mengangguk dan memperhatikan keadaan sekitarnya.

"Kenapa kau membuatnya seperti perayaan ulang tahun untuk anak kecil?"

Ada kue berukuran sedang di meja yang berada di depan sofa dengan beberapa kotak hadiah di sampingnya. Lalu ada banyak balon yang hanya tergeletak di lantai.

Dia berpikir bagaimana bisa Kyuhyun berhasil menariknya kemari tanpa menabrak meja atau menyentuh balon-balon yang ada sedangkan keadaan sangat gelap saat itu?

"Aku tidak tahu harus menyiapkan apa. Dan hanya ini yang terlintas di pikiranku."

"Lalu hadiahnya? Ini ulang tahun pernikahan kita tapi aku tidak menyiapkan apa-apa."

"Aku sudah mendapatkan hadiahku."

"Apa itu?"

"Kau."

Tangannya refleks memukul pelan pundak sang suami.

"Jangan menghancurkan suasana romantis yang ku buat."

"Berhenti melakukan itu. Aku tidak suka."

"Kau tidak suka tapi wajahmu merona seperti itu? Cih, sungguh sangat tidak sinkron."

Kyuhyun semakin semangat menggoda Hye Soo saat wanita itu hanya bisa mengalihkan wajah ke arah lain.

"Lihatlah, kau bahkan tidak berani memandangku."

"Berhenti menggodaku."

"Aku tidak menggodamu. Aku bahkan tidak melakukan apa-apa."

"Haish. Aku ingin tidur saja."

"Hey hey hey."

Menahan kedua tangan sang istri sebelum berhasil berdiri meninggalkannya.

"Kita belum meniup lilin dan memotong kue dan kau sudah ingin tidur?"

"Kau membuatku kesal."

"Baiklah, maaf."

Kyuhyun menarik tubuhnya agar mendekat ke meja.

"Sekarang ayo tiup lilinnya."

Kyuhyun menggunakan tangannya untuk melindungi lilin  agar tetap menyala dan tidak mati tertiup angin.

Lalu memandang sang istri, memberi isyarat untuk meniup lilinnya secara bersamaan.

"1, 2, 3."

"Kau suka?"

Kyuhyun menopang kepala menggunakan tangan yang ia sandarkan ke meja seraya asik memandangi sang istri yang tengah memotong kue.

"Kejutan dengan segala embel-embelnya?"

"Jangan gabungkan dengan kejadian kau pingsan."

"Aku tahu."

Dia ikut terkekeh karena melihat sang suami yang tertawa.

"Aku suka. Tanpa kau menyiapkan kejutan ini aku tetap suka selama kau mengingatnya."

"Aku mengingatnya. Aku tidak lupa."

"Aku tahu. Tapi kau membuatku berpikir seperti itu."

Hye Soo menyuapkan kue lalu melepas dasi yang masih terpasang di leher Kyuhyun saat pria itu masih sibuk mengunyah.

"Ingin ku masakkan sesuatu?"

"Tidak. Aku tidak ingin kau kelelahan."

"Tidak akan. Aku baik-baik saja."

"Kau demam, sayang. Kau tidak baik-baik saja."

"Tapi apa kau tidak lapar?"

Berniat membuat sang istri bungkam, Kyuhyun meraih bantal sofa lalu meletakkannya ke pangkuan wanita itu.

Kemudian meletakkan kepalanya ke sana.

"Kau bisa diam sekarang?"

"Aku kan tidak mungkin membiarkanmu kelaparan."

"Aku tidak kelaparan. Lagipula kau tengah menyuapiku kue sekarang."

"Baiklah. Jika itu katamu."

"Kenapa kita jadi suka mendebatkan hal-hal yang kecil?"

"Aku tidak tahu. Lagipula kau yang selalu memulainya."

"Ey, lihatlah."

Hye Soo menutup mulut untuk meredam suara tawanya.

Mendapati wajah Kyuhyun yang memasang ekspresi datar membuatnya geli.

"Lain kali saat kau sudah selesai di cafe lekaslah pulang, jangan pergi kemana-mana kecuali jika bersamaku."

"Aku tahu. Aku kan hanya sedang merasa kesal tadi, karena itu aku pergi ke tempat lain dulu."

Wanita itu membuka kancing paling atas kemeja Kyuhyun agar pria itu merasa nyaman.

"Tapi usahakan untuk jangan pergi terlalu lama. Lebih baik jika kau menghabiskan waktumu di rumah."

"Aku mengerti, tuan Cho."

"Aku mengerti kau ingin selalu mengurungku di rumah."

"Bukan begitu, sayang."

Dia bangkit, mengubah posisi duduknya dan memaksa sang istri mundur dan menyandarkan tubuh ke sofa.

"Aku ingin kau selalu aman dan terlindungi, aku tidak ingin terjadi sesuatu yang dapat membahayakanmu."

"Kau belum terlalu mengenal kota ini, akan lebih baik jika kau berdiam di rumah."

Dengan menumpu tangan di samping paha Hye Soo, Kyuhyun mendekatkan wajahnya ke wanita itu.

"Lalu aku harus selalu menghabiskan waktu sendiri di rumah dan di cafe, begitu?"

"Ya. Lagipula kau milikku, aku tidak ingin orang lain menikmati wajah cantik istriku sesuka hati mereka."

"Kau menyebalkan."

Dia mendorong tubuh sang suami agar menjauh darinya.

"Aku tahu dan aku tidak peduli."

Kyuhyun kembali merebahkan tubuh dan membiarkan Hye Soo kembali mengusap rambutnya.

"Kyu."

"Hm."

"Aku ingin makan sesuatu."

"Apa?"

"Pizza?"

"Pizza? Baiklah."

Pria itu mengeluarkan ponsel dari saku celana dan berniat memesan pizza delivery sebelum benda itu berdering karena panggilan yang masuk.

"Ya, hyung?"

"Informasi apa?"

"Eoh, benarkah?"

Dia nampak terkejut dan menatap sang istri yang tengah memperhatikannya.

"Hal pekerjaan."

Ucapnya pelan; isyarat meminta izin untuk pergi ke ruang kerjanya.

Dan bergegas menghilang setelah mendapat anggukan dari Hye Soo.

"Katakan Lee Donghae."

Duduk di meja kerjanya setelah menutup pintu ruangan dengan rapat.

"Cih, kau tahu? Aku menyiakan waktu berhargaku untuk menuruti keinginan konyolmu ini."

"Haish, kau sudah sering mengatakan itu. Aku bosan mendengarnya."

"Lebih bosan mana, saat ada orang yang memintamu memata-matai serta mencari informasi tentang orang lain yang bahkan tidak memiliki pengaruh ataupun serta bukan orang yang penting."

"Informasinya penting untukku."

"Memangnya siapa dia? Dia bukan CEO dari perusahaan besar dan juga bukan klien perusahaan kita. Hal apa yang penting, Cho Kyuhyun?"

"Ya !! Pelankan suaramu ! Istriku bisa mendengarnya."

"Kau bahkan menyembunyikannya dari istrimu. Lagipula kita berbicara melalui telepon, Hye Soo tidak akan mendengarnya."

"Aku mengaktifkan mode loud speaker, bodoh."

"Jika kau ingin menyembunyikan informasi ini lalu kenapa kau aktifkan loud speaker di ponselmu, bodoh?"

Kalian bahkan tidak lebih pintar satu sama lain.

"Baiklah, hyung."

Suara Kyuhyun mulai memelan.

"Tolong katakan informasi apa yang ingin kau sampaikan padaku."

"Kau akan mulai berbicara dengan nada seperti itu ketika menginginkan sesuatu."

"Lee Donghae, cepatlah. Hye Soo akan curiga jika aku terlalu lama sibuk dengan panggilan ini."

"Haish, baiklah. Dengarkan baik-baik dan perhatikan berkas yang aku kirim ke E-mail milikmu."

"Hm. Aku mendengarkan."

Dia membuka E-mail yang muncul di layar laptopnya.

"Perusahaannya baru saja memenangkan tender pembangunan resort disini."

"Di pulau?"

"Hm. Tepatnya pulau dimana istrimu berasal."

"Apakah itu berarti dia akan datang kemari?"

"Tentu saja."

"Bagus sekali. Aku akan semakin memperketat penjagaanku pada Hye Soo."

"Sebenarnya siapa dia? Dia memiliki urusan dengan Hye Soo kan? Bukan denganmu."

"Tidak."

"Jika tidak lalu kenapa kau memintaku untuk terus memantaunya bahkan hampir setahun ini?"

"Bukan apa-apa."

"Kau tahu? Aku merasa kita seperti orang-orang yang tengah berusaha merancang rencana untuk menjatuhkan seorang lawan."

"Aku tidak memiliki niat jahat, hyung. Bukankah aku hanya memintamu untuk mencari informasi apa saja kegiatannya, dan yang terpenting aku harus tahu jika dia akan kemari seperti tendernya kali ini."

"Apakah dia bisa mencelakai Hye Soo hingga kau berusaha melindungi istrimu dari orang ini?"

"Tidak."

"Lalu? Aku bahkan jadi ikut-ikutan menyembunyikan hal ini dari Min Ae."

"Maaf, tapi-"

Kalimatnya terhenti saat sang istri membuka pintu perlahan dan memunculkan kepalanya.

"Masih lama? Aku akan memesan sendiri pizzanya jika kau masih sibuk."

Ucapnya pelan; berusaha tidak mengganggu orang yang sedang berbincang dengan suaminya.

"Aku sudah selesai. Aku saja yang memesannya."

"Baiklah."

"Sudah semua kan? Kita bicarakan lagi di kantor besok."

Tanpa mengucapkan terima kasih, Kyuhyun memutuskan panggilan Donghae begitu saja.

Lalu segera menyusul sang istri yang kembali ke ruang tengah serta segera memesan pizza yang diminta wanita itu.

~TBC~
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar