Senin, 15 Agustus 2016

Time Machine #8

Author : Park Hye Ri a.k.a Reni Retnowati
Cast : Cho Kyuhyun, Park Hye Soo, Kim Jongwoon, etc.
Genre : Romance, Married Life.
Length : Chapter (14 chapters)

Happy reading `

*


"Apa ada yang terjadi?"

"Ne?"

"Aku bertanya apa ada yang terjadi?"

"Tidak ada. Kenapa bertanya seperti itu, eonni?"

"Apa kau sadar? Kau terus-menerus tersenyum sejak pagi tadi. Aku berpikir terjadi sesuatu padamu."

Hye Soo hanya tersenyum menanggapi perkataan sang kakak ipar.

Suasana hatinya memang tengah baik saat ini. Karenanya tanpa sadar dia jadi selalu tersenyum sejak mereka membuka cafe pagi ini.

"Lihatlah, kau tersenyum lagi."

"Aku baik-baik saja. Eonni pergi saja sekarang. Bukankah eonni harus menjemput Hyeonnie?"

Wanita itu mendorong pelan Ahra yang masih setia berdiri di samping meja kasir.

"Haish, kau mulai mengikuti sikap aneh suamimu."

"Haha, dia tidak aneh. Hanya sedikit unik."

"Itu sama saja."

"Aku akan kembali setelah makan siang. Tidak apa kan kau sendiri disini?"

"Tentu saja. Jangan memikirkan aku, nikmati saja makan siang eonni bersama oppa."

"Arra. Aku pergi."

"Ne."

Hye Soo meletakkan ponselnya ke meja kasir lalu mulai merapikan meja dan kursi di sana; kebiasaannya saat cafe sedang kosong.

Membersihkan lantai lalu mengubah sedikit dekorasi yang ia rasa kurang tepat atau sengaja ingin menciptakan suasana baru.

"Selamat datang."

Refleks mengucapkan sapaan saat mendengar lonceng yang terpasang di pintu depan berbunyi; pertanda ada pengunjung.

"Kau menyapa tanpa melihat pada orang yang datang?"

Dia tengah memindah pot kecil di pojok ruangan jadi terpaksa membelakangi pintu depan.

Dan setelah berbalik karena tanggapan sang tamu tadi, dia bisa melihat siapa yang datang.

"Maaf. Aku sedang melakukan sesuatu tadi."

Berjalan mendekat dan mengecup singkat pipi pria di hadapannya itu.

"Dimana Ahra?"

"Menjemput Hyeonnie dan pergi makan siang."

"Meninggalkanmu sendiri? Kejam sekali dia."

"Heish, aku tidak apa sendirian. Lagipula cafe sedang lengang jadi tidak ada yang perlu dilakukan."

"Beruntung aku kemari. Benar kan?"

"Hm. Beruntung suamiku ada disini."

Pria itu mendekat dan meraih pinggangnya.

"Aku lapar, sayang."

"Apa yang ingin kau makan?"

"Apa yang bisa kau siapkan?"

"Ramen? Atau aku bisa memesankan sesuatu dari restoran di seberang jalan sana."

"Ramen saja."

"Baik, tunggu disini."

"Siap, nyonya Cho."

Kyuhyun melepas jas setelah sang istri menghilang di balik pintu pantry.

Menarik kursi di salah satu meja lalu mulai sibuk dengan psp yang ia bawa di saku jasnya.

Asik bermain selama beberapa saat sebelum akhirnya beralih ke ponsel yang menyala.

Fokus berkirim pesan pada seseorang. Dia bahkan terkadang tersenyum saat menatap layar ponselnya itu.

"Apa yang membuatnya tersenyum, eoh?"

Bergegas meletakkan ponsel ke saku celana begitu Hye Soo muncul dengan hidangan ramen.

"Ey, kenapa tiba-tiba menyembunyikannya seperti itu?"

"Ha? Maksudmu? Aku tidak menyembunyikan apa-apa."

"Kau mencurigakan, Cho."

"Heish, berhenti curiga. Saatnya makan."

Menarik tangan sang istri agar duduk di sampingnya.

"Kau akan pulang cepat kan malam ini?"

Hye Soo melipat sedikit ujung kemeja pergelangan Kyuhyun; menjaga agar tidak terkena noda dari ramen yang tengah dinikmati pria itu.

"Aku bahkan akan pulang terlambat."

Ucapnya setelah sebelumnya menggeleng.

"Benarkah? Kau sudah pulang terlambat kemarin malam, kenapa malam ini harus terlambat juga?"

"Aku sibuk."

Wanita itu mengangguk lesu lalu menyodorkan air mineral.

"Kau tidak makan?"

"Tidak lapar."

"Aku akan membelikan makanan kesukaanmu nanti malam."

"Tidak perlu."

"Kau yakin?"

"Berhenti bicara. Habiskan saja makananmu."

Hye Soo berdiri dan berlalu ke pantry. Meletakkan sumpit dan mangkok miliknya yang masih bersih.

Kehilangan selera makannya secara mendadak.

"Pekerjaanmu memang lebih penting dari apapun."

Menggerutu singkat sebelum akhirnya kembali ke depan. Kembali sebelum sang suami mengoceh karena ditinggal sendiri.

Pria itu tidak suka jika harus makan sendiri. Walaupun Hye Soo tidak ikut makan, setidaknya wanita itu harus ada untuk menemaninya.

"Nanti malam jangan menungguku. Tidurlah lebih awal, aku akan pulang sangat larut."

"Aku tahu."

Hye Soo menopang dagu dan memperhatikan sang suami yang masih sibuk dengan makanannya.

"Aku selalu merasa sendirian di saat-saat seperti ini."

Tanpa sadar mengucap kalimat itu.

"Hm? Maksudmu?"

"Bukan apa-apa."

Hye Soo meraih tisu dan membersihkan sudut bibir Kyuhyun yang baru menghabiskan sebotol air mineral.

"Kau marah."

"Tidak."

"Aku bukan bertanya. Aku mengatakan kau tengah marah."

"Dan aku mengatakan kau salah. Aku tidak marah."

"Hm. Teruslah mengelak."

Dia berdiri dan mengenakan kembali jasnya.

"Hakmu untuk tidak percaya."

Hye Soo ikut berdiri lalu merapikan kerah dan dasi hitamnya.

"Aku tidak pernah salah. Jika menurutku kau tengah marah, maka itu benar adanya."

Segera mengecup bibir istrinya sebelum wanita itu sempat membalas perkataannya.

"Aku pergi dulu. Baik-baiklah di sini."

~

"Beberapa jam yang lalu wajahmu masih merona karena terus menerus tersenyum. Sekarang kenapa kau jadi menekuk wajah seperti itu?"

"Anniyo, eonni. Hanya saja perasaanku yang sedang sangat baik sejak tadi pagi berubah menjadi buruk siang ini."

"Kenapa? Terjadi sesuatu?"

"Seperti biasa."

"Kyuhyun kembali berulah?"

"Hm."

Hye Soo berlalu untuk meletakkan pesanan beberapa pengunjung.

"Apa lagi yang dia lakukan?"

"Dia melupakan sesuatu yang penting."

"Cih, pria di mana-mana sama saja. Hyeonni appa juga sering melupakan hal-hal yang sangat penting."

"Aku tidak berpikir dia benar-benar melupakannya, eonni. Aku bahkan terus memikirkan tentang hari ini sejak seminggu yang lalu."

"Memangnya apa yang terjadi hari ini?"

Hye Soo menarik kursi lalu duduk di samping Ahra yang sibuk memeriksa sebuah berkas.

"Hari ini pernikahan kami genap satu tahun."

"Eoh? Benarkah?"

Cukup berhasil mengalihkan perhatiaannya.

"Ah, matta. Aku ingat."

"Bagaimana dia bisa melupakan hari penting seperti ini?"

"Mungkin karena kesibukannya."

"Mungkin."

Hye Soo menempelkan kening
ke ujung meja.

Menarik nafas berat lalu menghembuskan perlahan. Menetralkan perasaannya.

"Kau tunggulah dulu. Mungkin dia akan menyiapkan sesuatu untukmu."

"Dia bahkan akan pulang terlambat. Hal apa yang bisa ia siapkan?"

"Astaga. Kasihan sekali kau."

"Katakan saja padanya nanti. Mungkin dia benar-benar tidak sengaja melupakannya."

Dia hanya mengangguk lalu berdiri. Kembali menyibukkan diri dengan para pengunjung yang datang.

~

"Pulanglah lebih awal jika perasaanmu sedang tidak baik."

"Tidak apa, eonni. Aku disini saja."

"Pulanglah saja. Kau bisa istirahat. Lagipula sudah mulai lengang sekarang."

Hye Soo kembali meletakkan kepalanya ke meja. Merasa malas untuk melakukan apapun.

"Eonni mengusirku."

Ucapnya saat sang kakak ipar meletakkan tas serta coat miliknya ke atas meja yang tengah ia gunakan sekarang.

"Aku tidak suka melihatmu seperti seseorang yang kehilangan semangat hidup. Lebih baik kau di rumah, atau pergilah ke tempat lain yang bisa mengubah suasana hatimu."

"Hm. Arraseo."

Dengan terpaksa menuruti perintah Ahra, kakak iparnya itu sudah berbaik hati memberinya izin untuk pulang lebih awal.

"Jangan terlalu lama diluar. Segera pulang setelah suasana hatimu membaik."

"Ne."

Memberi pelukan singkat sebelum meninggalkan tempat itu.

"Aku seharusnya tidak berharap banyak padamu, Cho."

Menggerutu seraya sibuk memasang seatbeltnya.

Menjalankan mobil dan sibuk memikirkan tempat yang akan ia kunjungi untuk memperbaiki suasana hatinya yang sedang buruk.

"Lagi pula tidak ada yang harus aku tunggu di rumah."

~

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 08 malam. Terhitung sudah hampir dua jam Hye Soo menghabiskan waktu di taman tempatnya berada sekarang.

Setidaknya pemandangan orang yang berlalu lalang dan langit malam membuatnya sedikit merasa nyaman.

Walau sedari tadi dia terus memutar-mutar cincin di jari manisnya. Membayangkan hal-hal yang seharusnya terjadi malam ini.

Makan malam, hadiah, saling mengucap harapan. Pergi ke suatu tempat yang indah mungkin? Atau apapun yang bisa dilakukan untuk merayakan satu tahun pernikahan mereka ini.

Makan malam? Lupakan. Pria itu akan langsung tidur begitu tiba di rumah.

Hadiah? Itu pun jika dia mengingat hari ini.

Berpergian? Dia bahkan harus bertahan hingga larut karena pekerjaan di kantor. Tidak mungkin pria itu punya waktu untuk pergi bersamanya.

"Sudahlah. Aku membuang-buang waktu memikirkannya."

Dia beranjak dari tempatnya duduk lalu berjalan gontai mendekati mobil.

Rasa kesal membuatnya lelah.

Dia bukannya berlebihan dengan mengharap Kyuhyun akan membuat sesuatu untuk merayakan hari ini.

Setidaknya pria itu bisa mengucapkan selamat, kan? Menunjukkan jika dia tidak lupa.

Dia bahkan menghilang sangat awal pagi ini. Melewatkan sarapan dan hanya muncul saat makan siang tadi. Itupun tidak lebih dari 30 menit.

Lalu sekarang? Kembali pulang larut seperti malam sebelumnya, begitu?

Sekalian saja kau tidur di kantor, Cho.

"Aku tahu jika kau workaholic. Tapi apa sebegitu tidak pentingnya hari ini hingga kau melupakannya?"

"Kau bahkan juga tidak mengirim pesan apapun."

Hye Soo beberapa kali membunyikan klakson untuk mobil yang melaju pelan di hadapannya.

Moodnya sedang tidak baik. Maka jangan berani menghalangi jalan mobilnya.

Hingga mobil memasuki pekarangan rumah, perasaannya belum membaik.

Bahkan sedikit bertambah buruk karena melihat keadaan rumah yang gelap.

Seharusnya lampu di teras menyala dan menerangi area depan rumah.

"Aish, tolong jangan ada masalah lain."

Dia menutup pintu mobil dengan sedikit bantingan; melampiaskan kekesalan.

Wanita itu lalu berjalan pelan, berusaha memperhatikan langkah terutama saat menaiki tangga ke teras.

Merogoh saku coatnya untuk mencari kunci rumah.

Walaupun sedikit kesulitan saat membuka pintu karena keadaan yang gelap dan akhirnya berhasil dengan bantuan cahaya ponsel.

Saat baru melangkah masuk ke dalam, dia dikejutkan oleh sepasang tangan yang membekap mulut dan melingkari pinggangnya.

Menariknya menjauh dari pintu.

Tidakkah ini lucu? Harinya sudah cukup buruk lalu sekarang ada orang asing di rumahnya?

Dia bahkan tidak memberikan perlawanan berarti, padahal tangan yang membekap mulut serta menahan pinggangnya itu sedikit longgar dan akan sangat mudah dilepaskan.

Rasa sedih membawa perasaan lelah dan membuatnya hanya diam tanpa banyak memberontak saat orang itu terus menariknya masuk.

Entah membawanya ke ruangan mana dari rumah; keadaan gelap menghambat penglihatannya.

Di dalam hati hanya nama Kyuhyun yang ia sebut.

Pria yang mungkin tengah berkencan dengan berkas-berkas di mejanya, pria yang tidak menyadari keadaan bahaya yang mengincar sang istri saat ini.

Terlalu banyak hal yang berputar di kepala, membuat air mata yang berusaha ia tahan jatuh membasahi pipi dan tangan sang 'pelaku' yang masih membekap mulutnya.

Di saat yang bersamaan semua lampu menyala. Semua kembali terang dan terlihat jika mereka tengah berada di ruang tengah tepatnya berdiri di depan kamar.

Entah karena matanya yang belum terbiasa dengan cahaya lalu membuat pandangannya berkunang-kunang atau memang kepalanya yang mulai pusing.

Memaksanya berpegangan pada kedua tangan orang yang memutar tubuhnya saat ini. Membuatnya dapat melihat wajah orang itu.




~TBC~
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar