Senin, 15 Agustus 2016

Time Machine #7

Author : Park Hye Ri a.k.a Reni Retnowati
Cast : Cho Kyuhyun, Park Hye Soo, Kim Jongwoon, etc.
Genre : Romance, Married Life.
Length : Chapter (14 chapters)

Happy reading `

*


Sebelumnya acara makan malam bersama yang sering diadakan keluarga Cho adalah salah satu moment favorit Hye Soo. Dia dapat mengenal lebih dekat keluarga dari suaminya itu.

Tapi tidak untuk makan malam yang diadakan minggu lalu.

Tidak ada masalah yang terjadi, hanya hal kecil yang menjadi besar karena terus ia pikirkan.

"Berhenti melamun. Pergi temui suamimu dulu."

Ahra menepuk pundaknya, menyadarkan dari semua hal yang ia pikirkan tadi.

"Tidak perlu, eonni. Dia pasti sedang sibuk sekarang."

"Aku bukan memintamu untuk pergi ke kantornya, tapi temui dia di sini."

Wanita itu merapikan beberapa berkas keuangan yang tengah diperiksa sang adik ipar. Atau mungkin lebih tepatnya tengah menemani wanita itu melamun.

"Eoh, benarkah?"

"Jangan terlalu banyak melamun, kau jadi kehilangan konsentrasimu."

Hye Soo hanya menampilkan senyum canggung.

Kakak iparnya itu sudah beberapa kali memergokinya tengah melamun saat berada di cafe.

"Cepat. Jangan membuatnya menunggu."

"Ne, eonni."

Bergegas keluar dari ruangan khusus staff yang berada di samping tempat kasir.

Hye Soo mengedarkan pandangan, mencari di mana sang suami berada.

Keadaan cafe tengah ramai hari ini jadi keberadaan pria itu sedikit tersembunyi, terlebih lagi karena posisinya yang duduk di sudut ruangan.

"Kenapa duduk di sini? Aku sulit menemukanmu."

"Aku ingin bermesraan dengan istriku, tidak mungkin aku memilih meja di tengah-tengah ruangan kan?"

"Heish, kata-katamu."

"Wae? Ada yang salah?"

Pria itu terkekeh saat mendapati wajah kesal istrinya.

"Apa aku mengganggu? Sepertinya sedang ada banyak pengunjung hari ini."

"Tidak. Aku hanya sedang memeriksa beberapa berkas tadi."

Hye Soo meraih jas Kyuhyun yang berada di atas meja dan meletakkan benda itu ke pangkuannya.

"Kau senang dengan cafe ini?"

"Hm. Selama tiga bulan ini semuanya berjalan lancar dan semakin banyak orang yang datang kemari."

"Baguslah. Setidaknya kau tidak merasa bosan lagi karena terus diam di rumah kan?"

"Benar."

"Kau tidak ingin makan sesuatu, Kyu?"

Ahra datang dan menyapa sang adik.

"Tidak, noona. Aku tidak lapar."

"Aku akan membuat minuman dulu untuknya, eonni."

Ahra mengangguk dan memperhatikan Hye Soo yang berjalan menjauh.

"Apa yang kau lakukan pada istrimu?"

"Apa?"

Ahra menarik kursi dan duduk di sampingnya.

"Kau tahu? Belakangan ini aku sering melihatnya duduk diam dengan tatapan kosong, seperti melamunkan sesuatu. Pasti sedang ada hal penting yang ia pikirkan."

"Aku tahu itu. Dia juga sering melakukannya saat di rumah."

"Kau membuat masalah?"

"Hey, kenapa selalu aku tebakan pertamanya? Memangnya semua masalah pasti berasal dariku?"

"Haish, aku kan hanya bertanya. Kau suaminya, jika dia seperti itu pasti ada kaitannya denganmu."

"Aku tidak tahu. Dia tidak ingin memberitahuku."

"Kalau begitu kau yang harus mencari cara agar dia mau bercerita padamu."

"Tapi noona-"

"Aku akan mengurus pengunjung yang lain. Kau di sini saja, temani suamimu."

Mengubah pembicaraan saat orang yang mereka bicarakan datang.

"Ne, eonni."

Hye Soo meletakan secangkir coklat hangat di hadapan sang suami.

"Ada apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Kau sedang sakit?"

"Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"

"Karena wajahmu tampak pucat."

Hye Soo menyentuh tangan kanan Kyuhyun yang menangkup wajahnya.

"Kau melewatkan makan siangmu? Lagi?"

"Tidak."

"Jangan membohongiku. Aku tahu kau tidak makan apapun sejak tadi malam."

"Tapi aku tidak lapar."

"Aku tahu. Tapi kau tetap harus menjaga kesehatanmu."

Pria itu menggenggam tangan Hye Soo dan menciumnya.

"Kau akan marah saat aku melewatkan makan, sekarang saat kau yang melewatkannya aku juga berhak marah kan?"

"Hm."

"Kalau begitu turuti perkataanku. Kau tidak ingin mendengarku mengoceh dan memarahimu, kan?"

"Tidak."

"Sekarang kau ingin apa? Aku akan membelikannya."

"Tidak perlu, aku akan makan nanti. Di sini saja, temani aku."

"Kau berjanji? Aku akan meminta Ahra mengawasimu."

"Aku berjanji. Tidak perlu berlebihan."

Hye Soo menyodorkan coklat yang sedari tadi belum disentuh oleh sang suami.

"Kau tidak ingin menceritakannya padaku?"

"Menceritakan apa?"

"Hal yang selalu kau pikirkan belakangan ini. Sesuatu yang membuatmu selalu melewatkan makan. Sesuatu yang membuatmu menjadi sering termenung, baik di rumah ataupun di sini."

"Aku tidak memikirkan apa-apa."

"Lalu kau ingin mengatakan jika nafsu makanmu yang hilang serta kebiasaanmu yang sering melamun itu hobi barumu?"

Pria itu tersenyum tipis saat mendapati sang istri menghindari tatapannya.

"Kau membuat Ahra berpikir aku melakukan sesuatu yang menyakitimu."

"Kau tidak melakukan apa-apa."

"Aku tahu. Tapi sikapmu membuatnya berpikir seperti itu."

"Dia hanya salah mengerti."

"Begitupun denganku. Aku berpikir aku memang melakukan sesuatu yang tanpa ku sadari menyakitimu. Apa benar aku melakukan kesalahan?"

Wanita itu menggeleng.

"Lalu apa yang kau pikirkan? Kau harus menceritakannya agar aku bisa membantumu."

"Baiklah. Aku akan menceritakannya, nanti."

"Aku menunggu. Aku akan mengganggumu jika kau tidak segera mengatakannya."

"Kau memang selalu menggangguku."

"Hey, bukan mengganggu seperti itu yang ku maksud."

"Tetap saja. Apapun namanya kau tetap menggangguku."

"Arra. Kalau begitu aku akan menggantinya. Aku akan semakin sering mengganggumu."

Dia kembali tersenyum saat berhasil membuat sang istri tertawa.

"Aku harus kembali sekarang. Aku akan menjemputmu nanti."

Kyuhyun sekali lagi meneguk coklatnya.

Lalu meraih jas yang disodorkan Hye Soo serta tidak lupa mengecup pipi wanita itu.

~

Cangkir berisi latte yang masih dalam keadaan penuh itu terus menerus berputar dan menjadi objek yang selalu ditatap Hye Soo sejak dua puluh menit yang lalu.

Kembali melakukan aktivitas kesukaannya; melamun.

Bahkan sang kakak ipar hanya bisa terus menatapnya yang duduk di sudut cafe.

Sengaja duduk di sana agar dapat melihat pemandangan luar yang terlihat melalui dinding kaca; niat pada awalnya.

Walaupun di akhir ternyata dia hanya asik melamun dan sibuk menatap cangkir latte tanpa berniat untuk menikmatinya.

"Berhentilah melamun. Kau terlihat semakin mengkhawatirkan di mataku."

Ahra menepuk pundaknya pelan dan menatapnya.

"Aku akan keluar sebentar. Jika Kyuhyun datang tunggu sampai aku kembali, eoh?"

"Ne, eonni."

Hanya menatap kakak iparnya sekilas sampai wanita itu menghilang di balik pintu lalu kembali menatap kosong latte miliknya.

"Apa yang harus aku lakukan?"

"Dia bahkan tidak menyadari apa-apa. Apa pria itu sama sekali tidak peka?"

"Heish, menyebalkan !!"

Mengacak rambutnya sedikit kesal lalu menempelkan kepala ke dinding kaca di sampingnya.

"Aku tahu aku tampak seperti orang yang kehilangan kewarasannya sekarang."

Benar. Kau bahkan terus berbicara sendiri, Park Hye Soo.

~Tok tok tok~

Hye Soo segera mengangkat kepala saat suara ketukkan mengejutkannya. Menoleh kesamping dan menemukan orang yang ia pikirkan tadi tengah tersenyum menatapnya dari balik kaca setelah mengetukkan jarinya kesana.

Seseorang yang kemudian berjalan masuk dan sudah berdiri di hadapannya.

"Kau menungguku?"

"Tidak. Percaya diri sekali kau."

"Kau tahu seberapa besar kepercayaan diri suamimu ini, nyonya Cho."

"Hm, aku tahu. Sangat tahu bahkan."

Memberi penekanan pada akhir kalimatnya.

"Aku tahu jika kepercayaan diri suamiku ini sudah sangat melebihi batas."

"Haish, duduklah di sana."

Wanita itu merasa kesal karena Kyuhyun mendesak tubuhnya agar bergeser ke samping.

"Aku ingin duduk di sampingmu."

"Duduk di depanku saja."

"Wae? Kau bahkan belum memberiku ciuman sejak tadi."

"Aku sedang tidak ingin memberimu apapun. Aku bahkan sedang tidak ingin berdekatan denganmu, tuan Cho."

"Hey, kenapa tiba-tiba seperti ini?"

Kyuhyun bergerak semakin mendekat dan membuat sang istri terpojok.

"Cho, menjauhlah."

Suara wanita itu bahkan sudah terdengar seperti rengekkan sekarang.

'Haish, baiklah baiklah. Aku menjauh."

Dengan sedikit  terpaksa dia menggeser tubuhnya dan memberi jarak untuk sang istri.

"Ada apa? Apa aku melakukan kesalahan? Bukankah kita masih baik-baik saja tadi siang?"

"Aku hanya sedang tidak dalam mood yang baik sekarang. Menjauhlah saja."

"Kau tahu jika aku justru akan semakin mengganggumu, bukan?"

"Cho Kyuhyun."

"Arraseo ! Aku juga tidak ingin kita bertengkar di sini."

Pria itu melepas dasinya dengan kasar.

Lelah yang ia rasakan bukannya memudar justru semakin bertambah karena tingkah sang istri sekarang.

"Pulang sekarang?"

"Nanti. Ahra eonni sedang berada di luar."

Dia mengangguk dan menatap kosong apa yang ada di hadapannya.

Sementara Hye Soo, memilih memandang jalanan.

Saling diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Maaf."

Setelah puas dengan suasana hening itu, Hye Soo mulai kembali mengeluarkan suara.

"Aku seharusnya melayanimu dengan baik."

"Aku akan membuatkan sesuatu."

Dia berdiri, berniat melewati sang suami agar dapat pergi ke pantry.

"Tidak perlu."

Kyuhyun justru meraih tangannya dan menariknya agar duduk.

"Aku tidak ingin apa-apa."

Dia menyandarkan tubuh Hye Soo ke dadanya.

"Aku tidak peduli jika kau memarahi ku atau apapun itu, kau bisa melakukannya sesuka hati. Tapi jangan memasang wajah sedih atau murung dan berhenti melamun, itu membuatku ikut sedih."

Pria itu menatap dan mengecup keningnya.

"Kau mengerti?"

"Aku mengerti. Maaf."

"Kau tidak salah. Aku seharusnya lebih memperhatikanmu."

Kyuhyun mengusap kepala sang istri dan mempererat pelukannya.

"Aku tidak seharusnya merahasiakan sesuatu darimu."

"Jika kau tidak ingin menceritakannya sekarang tidak apa."

"Aku hanya berpikir kau akan mengetahuinya sendiri tanpa aku beri tahu."

"Apa itu berarti aku tahu tentang itu tapi tidak menyadarinya?"

"Hm. Sepertinya."

Hye Soo mencoba mencari posisi nyaman dalam pelukkan Kyuhyun.

"Apa aku sebegitu tidak pekanya dengan masalah yang kau pikirkan ini?"

"Mungkin."

"Kalau begitu kau harus segera mengatakannya. Aku rasa ini masalah penting dan aku tidak mungkin menganggapnya sepele."

"Tapi kau tidak akan marah, kan?"

"Maksudmu?"

Perkataan wanita itu mulai ambigu, membuat Kyuhyun merasa aneh dan melepas pelukannya.

"Anni. Aku takut kau berpikir aku berlebihan karena memikirkan tentang hal ini."

"Jadi sebenarnya ini masalah yang penting atau tidak? Kau tidak memikirkan hal yang sepele, bukan?"

"Itu-"

"Kau sudah datang, Kyu?"

Ahra muncul dan menatap heran pemandangan di hadapannya.

"Wae? Ada apa?"

Merasa ada atmosfer yang sedikit aneh.

"Tidak ada apa-apa."

Pria itu bangkit dan mendekati sang kakak.

"Kami akan pulang sekarang."

Memeluknya singkat lalu segera keluar dari cafe.

"Kalian bertengkar?"

Ahra menatap Hye Soo yang berlalu di hadapannya dan pergi mengambil tas yang ia letakkan di meja kasir.

"Tidak, eonni."

"Dia hanya sedang lelah. Aku pulang dulu, eonni. Annyeong."

"Hm."

~

"Berhentilah menangis. Jangan membuatku kesal."

Kyuhyun menarik tangan Hye Soo yang sedari tadi ia genggam.

Wanita itu menangis dalam diam. Bahkan genggamannya sama sekali tidak berpengaruh.

"Kau menangis karena merasa bersalah atau karena sikapku?"

"Diamlah saja."

Suaranya bahkan terputus-putus.

"Perhatikan jalanan."

"Bagaimana bisa aku fokus saat istriku menangis di sampingku?"

Pria itu menginjak rem secara mendadak dan meminggirkan mobil.

Menatap kesal sang istri yang menunduk dan berusaha meredam suara sesegukannya.

"Baiklah. Aku tidak akan memberi toleransi lagi. Kau harus menceritakan semuanya."

"Sekarang !"

Nadanya terdengar seperti memerintah.

Memaksa sang istri menghentikan tangisan dan menatapnya.

"Kau tahu, ada pertanyaan yang selalu keluargamu ajukan saat ada makan malam bersama yang diadakan."

"Apa maksudmu?"

"Mereka bertanya apa aku sudah mengandung atau belum."

"Astaga. Kau memikirkan tentang itu?"

Kyuhyun mengacak rambutnya kesal lalu turun dari mobil. Berjalan memutar dan membuka pintu di samping sang istri.

Meraih tangan wanita yang masih setia menunduk itu.

"Haruskah hal kecil seperti itu membuatmu jadi seperti ini, eoh?"

"Kau bahkan membuatku terlihat seperti seorang suami yang tidak peduli pada istrinya sendiri."

"Anni..."

"Lalu apa?"

"Kyu."

Hye Soo mengangkat wajah dan menatap sang suami dengan air mata yang terus mengalir.

"Aku-"

"Aku bahkan tidak pernah mempertanyakannya kan? Pernikahan kita belum genap 1 tahun, untuk apa kau sibuk memikirkan tentang hal itu?"

"Park Hye Soo! Jangan membuatku jadi terlihat lebih buruk lagi."

Pria itu menghentakkan tangan sang istri yang terus terdiam.

"Jangan diam saja."

"Apakah itu bukan hal yang serius menurutmu? Aku bahkan tidak bisa tidur karenanya."

"Lalu kau merasa kesal padaku sekarang?"

Wanita itu menggeleng.

"Hanya menganggapmu tidak peka."

"Cih. Itu sama."

Kyuhyun dengan pelan menarik kedua tangan sang istri agar turun dari mobil.

Memeluk dan mengusap rambutnya perlahan.

"Tidak semudah itu kau bisa mengandung, sayang. Kita baru menikah beberapa bulan, seharusnya kau menunggu lebih lama lagi."

"Tapi bukankah hal yang wajar jika seharusnya aku sudah hamil sekarang? Kita juga bukannya menikah bulan lalu."

"Benar. Tapi bahkan ada banyak orang yang menunggu hingga 3 tahun atau lebih, dan itu juga hal yang wajar."

Kyuhyun menangkup wajah sang istri dan mengusap air matanya.

"Aku hanya tidak nyaman dengan keluargamu. Aku terlihat seperti istri yang tidak sempurna."

"Apa peduliku dengan hal itu? Aku suamimu, aku yang hidup denganmu, aku yang seharusnya menilai apa kau istri yang sempurna atau tidak."

"Tapi Kyu-"

"Lagipula aku masih ingin berdua saja denganmu. Anggap saja kita masih sepasang kekasih, bukan suami istri yang harus segera memiliki anak kecil di tengah-tengah kita."

"Tetap saja."

Wanita itu melingkarkan tangan dan memeluk erat sang suami.

"Sudahlah. Jangan memikirkan hal ini lagi. Kau membuatku jadi khawatir."

"Maaf."

"Berhenti meminta maaf."

"Aku hanya ingin menjadi seorang istri yang sempurna di matamu."

"Kau sudah sempurna. Dari awal pernikahan kau memang sempurna di mataku."

"Aku takut kau kecewa."

"Sudah ku katakan, aku yang berhak menilai apakah kau istri yang sempurna atau tidak. Jadi berhenti berpikir yang macam-macam. Kau justru menyakiti dirimu sendiri dan juga aku."

"Baiklah, maaf."

"Heish, kau ingin menguji kesabaranku?"

"Tidak. Maaf."

Wanita itu mulai terkekeh dengan tingkahnya sendiri.

"Park Hye Soo."

"Arraseo. Maaf."

Sungguh. Kata 'maaf' memang terus terucap tanpa dia sadari.

"Baiklah, aku tidak akan mengatakannya lagi."

"Kau berjanji tidak akan murung lagi karena masalah ini? Jangan jadi melupakan kesehatanmu, sayang."

"Aku tahu. Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi."

Hye Soo melepas pelukannya dan menarik-narik tangan sang suami yang tengah memandanginya saat ini.

"Ayo kita pulang."

"Kau tidak ingin pergi ke tempat lain?"

Pria itu mengusap titik-titik air yang tersisa di wajahnya.

"Tidak. Kita pulang saja."

"Kau bisa menjamin tidak akan menangis lagi saat kita tiba di rumah?"

"Tidak."

"Benar-benar bisa menjaminnya?"

"Aish, Kyu !!"

"Kau memang hebat, Hye. Baru beberapa menit yang lalu kau menangis tersedu-sedu, sekarang kau sudah bersikap manja padaku."

"Kau tidak suka? Baiklah, aku akan pulang sendiri."

Dia melepas tangannya dan berjalan melewati mobil seraya meraih tas tangan yang ada di jok tempatnya duduk tadi.

"Hey, kenapa jadi kembali marah? Aku hanya bercanda."

"Aku ingin pulang."

Wanita itu menghentakkan kaki dan memukul lengan sang suami yang sudah berdiri di sampingnya.

Yang justru tengah menahan tawa saat ini.

"Baiklah baiklah. Istriku sedang dalam mode manjanya saat ini."

Pria itu segera memeluknya begitu menyelesaikan kalimatnya tadi; menghindari kemungkinan sang istri kembali marah dan lari menjauh darinya.

"Jangan tertawa!"

"Aku tidak tertawa. Jangan memfitnahku."

"Cho Kyuhyun!"

"Baik, kita pulang."







~TBC~
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar