Senin, 15 Agustus 2016

Time Machine #5

Author : Park Hye Ri a.k.a Reni Retnowati
Cast : Cho Kyuhyun, Park Hye Soo, Kim Jongwoon, etc.
Genre : Romance, Married Life.
Length : Chapter (14 chapters)

Happy reading `

*

Hye Soo berdiri seraya membawa gelas minumannya yang sudah kosong.

Memilih pergi ke dapur dan menutupi ekspresinya yang tampak sedikit kesal.

"Aku hanya bertanya dan dia hanya harus menjawab. Apa yang susahnya dari hal itu?"

Wanita itu menggerutu seraya membasuh gelas minumannya.

Sengaja berkali-kali membilas gelas yang sebenarnya sudah bersih dari sisa sabun; melampiaskan kekesalan saat mengingat percakapannya dengan sang suami tadi.

"Setiap orang memiliki orang spesial dihidup mereka."

"Dan aku ingin tahu apa dia masih menjadi orang yang spesial bagimu saat ini atau tidak."

"Apa kau ingin mengatakan jika kau cemburu?"

"Apa terlihat seperti itu?"

"Menurutku begitu."

"Berarti memang seperti itulah keadaannya."

"Kau cemburu pada seseorang yang tidak kau kenal."

"Karena itu aku bertanya. Agar aku tahu apakah aku memang seharusnya cemburu atau tidak."

Tidak bisakah dia langsung saja menjawab siapa wanita di foto itu?

Kenapa harus memutarnya kesana kemari dan memulai perdebatan, seakan hendak berusaha mengalihkan pembicaraan.

Sikapnya itu justru semakin memperkuat dugaan jika wanita bernama Cha Yuram itu memang memiliki hubungan dengannya.

"Kau marah?"

Kyuhyun menyusul dan langsung memeluknya dari belakang.

"Marah kenapa?"

"Entah. Aku hanya merasa jika kau tengah marah."

"Itu memang hanya perasaanmu saja."

Dia melepas tangan sang suami dan menjauhkan dari tubuhnya.

"Apa coklatmu habis? Aku akan membuatkannya lagi. Kau kembalilah ke ruang tengah, aku akan menyusul nanti."

Berbicara tanpa berniat menatap wajah pria itu.

"Tentang pertanyaan tadi?"

"Lupakan saja. Kita lanjutkan permainannya. Bukankah giliranmu untuk memutar botolnya?"

Hye Soo membuka lemari kecil diatas pantry dan mengeluarkan cangkir kecil; berniat membuatkan lagi minuman hangat untuk sang suami.

"Aku akan menjawabnya."

Sementara Kyuhyun memilih untuk menarik kursi di samping meja makan dan duduk disana.

"Tidak perlu. Anggap saja aku tidak pernah menanyakan hal itu."

"Aku serius. Aku tadi hanya berniat mengerjaimu."

"Aku tahu. Tapi aku benar-benar tidak keberatan jika kau tidak menjawabnya."

Wanita itu meletakkan coklat yang selesai ia buat ke hadapan Kyuhyun.

"Kita bermain sekali lagi saja dengan satu pertanyaan lalu setelah itu kita tidur, eoh?."

Dia menangkup wajah Kyuhyun dan membuat pria itu mendongak karena posisinya yang berdiri.

"Kau terlihat lelah jadi kita tidur lebih awal saja."

"Ini semakin menunjukkan jika kau marah."

"Aku memberi perhatian tapi kau justru mengatakan aku tengah marah?"

"Ayolah, Hye. Aku mengenalmu dengan baik, tidak perlu berusaha membohongiku. Wajah dengan ekspresi tersenyum seakan tidak ada apa-apa milikmu itu justru membuat hatiku sakit."

Kyuhyun melingkarkan tangan dipinggang Hye Soo. Menempelkan wajah ke perut wanita itu.

"Kenapa berkata seperti itu? Aku benar-benar tidak marah atau merasa kesal padamu."

Dia mengusap kepala Kyuhyun.

Ekspresinya yang sekarang tidak akan bisa ditangkap oleh pria itu.

Jadi tidak masalah jika dia menampilkan ekspresi yang sesuai dengan perasaannya yang sebenarnya; datar tanpa senyuman.

"Aku akan menjawabnya."

Kyuhyun menarik wajah tanpa melepaskan lingkaran tangannya. Menatap sang istri yang tersenyum.

"Dia kekasih sekaligus cinta pertamaku."

Sudah bisa ditebak.

"Memang orang spesial untukmu, kan?"

"Dulu. Sebelum aku menikah denganmu."

"Aku rasa keberadaanku disampingmu selama beberapa bulan ini belum cukup kuat untuk menggeser posisi wanita itu dihatimu."

Hye Soo mengusap wajah sang suami dengan lembut.

"Maksudmu apa? Kau hanya melihat sebuah foto, kau bahkan belum pernah bertemu dengannya. Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu?"

"Tidak. Anggap saja itu hanya pendapatku."

Dia kemudian melepaskan tangan Kyuhyun yang masih berada dipinggangnya.

"Bisa kita tidak melanjutkan permainannya? Aku ingin tidur saja."

Membuat pria itu semakin merasa bingung.

Dia menyadari jika Hye Soo tengah merasa kesal, cemburu atau mungkin sedih sekarang tapi wanita itu tetap saja menampilkan ekspresi wajah 'tidak apa-apa' miliknya.

"Kau marah? Kau merasa cemburu sekarang?"

"Tidak. Hanya merasa lelah dan ingin tidur."

Hye Soo tersenyum dan bergerak berniat meninggalkan tempatnya berdiri. Sebelum ditahan oleh suaminya.

"Katakan saja jika kau marah. Katakan jika kau cemburu atau apapun itu perasaanmu. Kau bersikap seakan tidak terjadi apa-apa tapi kemudian diam-diam mulai mengacuhkanku dan menunjukkan seakan aku tidak menyadari kesalahan yang sudah ku buat."

"Kau tidak melakukan kesalahan apa-apa."

"Aku melakukannya. Kau bertanya sesuatu dan aku tidak menjawabnya, itu kesalahan."

Kyuhyun berdiri dan membuat posisinya berada sangat dekat dengan wanita yang tengah melihat ke arah lain itu.

Suaranya juga semakin lama semakin meninggi serta penuh penekanan. Menunjukan sedikit emosi yang mulai menguasainya.

"Sekarang biarkan aku menjawabnya. Aku akan mengatakan siapa Cha Yuram dan apa hubungannya denganku."

"Tidak perlu. Dia kekasih sekaligus cinta pertamamu, itu sudah cukup membuat perasaanku menjadi buruk. Aku tidak ingin merasa lebih buruk lagi dengan mendengarmu mengatakan hal lain tentang dia."

"Seharusnya kau bisa menebak apa yang akan keluar dari mulutku jika kau menanyakan tentang itu."

"Aku memang sudah bisa menebak, karena itu aku tidak terkejut. Aku hanya tidak mengira jika perasaanku akan seburuk ini."

"Kalau begitu itu bukan kesalahanku, kan?"

"Memang bukan."

Hye Soo menatapnya.

Menatapnya dalam.

"Aku yang salah karena mempertanyakan seorang wanita yang sudah menjadi bagian dari hidupmu dan seakan membandingkannya dengan wanita asing sepertiku. Aku seharusnya sadar diri."

Tangannya terulur dan kemudian dengan canggung merapikan kerah kaos yang dipakai sang suami.

Dia tentu menyadari jika pria itu fokus pada bulir-bulir air yang jatuh dari matanya.

"Karena itu aku minta maaf. Maaf karena ikut campur dan ingin tahu tentang kehidupanmu. Aku akan melupakan tentang wanita itu dan perbincangan kita malam ini jika kau menginginkannya."

Hye Soo lalu menyentuh cangkir coklat yang ia buat tadi. Merasakan temperaturnya yang mulai merendah.

"Maaf karena mengobrol denganku kau jadi tidak bisa menikmati coklat hangat ini. Tapi aku akan membuatkannya lagi untukmu besok."

Lalu kembali menatap Kyuhyun yang sama sekali tidak berniat mengalihkan pandangan darinya.

"Sekarang aku sangat lelah jadi aku ingin tidur. Cepatlah menyusul dan jangan tidur terlalu larut."

"Selamat malam."

Dia mencium pipi kiri Kyuhyun.

Menghiraukan pria yang mematung itu.

Mematung karena mendapati sang istri yang dengan jujur mengatakan jika dirinya merasa sedih dan cemburu tapi tetap bersikap seakan semuanya baik-baik saja lalu dengan canggung berusaha mengacuhkan dirinya yang mungkin tanpa wanita itu sadari tengah merasakan seakan ada beban berat baru saja jatuh menimpa kepalanya.

Kau tidak menyadari suamimu merasa hatinya seperti disayat belati karena perkataanmu itu, Park Hye Soo?

Kau tidak tahu jika dia tidak bermaksud menyinggungmu dengan perkataannya tadi?

Kau tidak tahu dia merasa seperti orang bodoh yang menyesali setiap kata yang telah ia ucapkan padamu?

Dia bahkan hanya menatap tanpa bisa melakukan apa-apa saat kau berlalu dan menghilang dari hadapannya.

Satu hal yang ia mengerti; malam yang seharusnya kalian habiskan bersama justru menjadi malam buruk yang tidak pernah terbayangkan akan terjadi sebelumnya, baik olehmu ataupun olehnya.

~

~I love you
Eotteon mallo da pyohyeon mothae
I love you
Ijen naegen neoman isseumyeon dwae
Say I do saranghae Only You~


Deringan ponsel yang cukup nyaring itu berhasil mengalihkan Hye Soo dari kegiatannya; memandangi jalanan dari kaca mobil.

"Ya, Young?"

Young Me menelepon disaat yang tepat.

Sejak meninggalkan rumah rahasia Kyuhyun tadi pagi tidak ada satu kata pun yang terlontar dari mulut Hye Soo dan sang suami.

Mereka saling diam tanpa bertegur sapa, bahkan tanpa melempar pandangan satu sama lain.

Dingin, canggung serta sedikit emosi memenuhi atmoser diantara mereka.

"Aku baru saja kembali dari suatu tempat. Waeyo?"

"Ah, benarkah? Dalam rangka apa?"

"Pasti akan menyenangkan. Aku dengar disana banyak tempat yang bersejarah dengan konsep kuno. Bukankah itu sesuai dengan dirimu?"

"Hahaha, aku tidak berkata seperti itu. Kau sendiri yang menyimpulkannya."

Setidaknya mengobrol bersama Young Me bisa sedikit mengurangi kebosanan yang ia rasakan.

Tidak peduli dengan pria yang membatu disampingnya itu.

"Kesukaanku? Bukankah kau tahu semuanya tentangku?"

"Benarkah? Baiklah. Karena kau yang menawarkan aku akan menerimanya dengan senang hati."

Hye Soo mulai larut dalam obrolannya.

Terkadang tersenyum atau tertawa karena topik pembicaraannya.

Tanpa menyadari sang suami yang sesekali mencuri pandang ke arahnya.

"Beritahu aku jika kau kemari. Kita bisa pergi ke pulau bersama-sama."

"Karena itu. Aku juga merindukan anak-anak dan yang lainnya."

"Arra. Kita akan mengobrol lagi nanti, eoh? Annyeong."

Setelah menutup panggilan dari Young Me dan meletakkan ponselnya kembali ke dalam tas, Hye Soo kembali ke kegiatannya memandangi jalanan.

"Ingin makan sesuatu dulu?"

Kalimat pertama yang Kyuhyun ucapkan hari ini.

"Kau tidak kembali ke kantor?"

Balik bertanya tanpa memandang sang suami.

"Tidak."

"Baiklah."

Kyuhyun menghentikan mobil beberapa saat setelah Hye Soo menyetujui tawarannya.

Ada restoran yang biasa ia lewati ketika pergi ke rumah rahasianya. Karena itulah dia mendapat ide untuk menawari sang istri makan.

Sebuah restoran sederhana yang tidak terlalu ramai. Cocok untuk orang yang sedang ingin berada dalam suasana tenang atau orang yang memang tidak suka berada dalam keramaian.

"Kyuhyun-ah?"

"Selamat pagi, ajhuma."

Bahkan pemilik restoran itupun mengenalnya.

"Kau sudah lama tidak kemari."

"Maaf, ajhuma. Aku sibuk."

"Tidak apa, aku senang jika kau datang kemari. Terlebih jika tidak dalam keadaan mabuk."

Kyuhyun terkadang mendatangi restoran ini sebelum atau sesudah pergi ke rumah rahasianya. Karenanya kadang sang pemilik tempat itu mendapati dirinya tengah setengah mabuk atau sengaja minum saat berada disana.

"Dia.."

Ajhuma itu menyadari kehadiran Hye Soo yang hanya berdiri dibelakang Kyuhun seraya menggenggam tangan pria itu.

"Ah, aku lupa memperkenalkannya."

Kyuhyun memposisikan sang istri agar berdiri disampingnya.

"Dia istriku, Park Hye Soo. Dan ini Kim ajhuma, pemilik restoran ini."

Dia saling mengenalkan kedua orang itu satu sama lain.

"Kau lama tidak kemari lalu tiba-tiba datang dengan istrimu?"

Kim ajhuma maju dan memeluk Hye Soo, sama seperti saat dia biasanya memeluk Kyuhyun.

"Senang bertemu denganmu."

"Ne, ajhuma."

"Kalian duduklah dulu. Aku akan menyiapkan hidangan untuk kalian."

Dia menunjukkan meja dipojok ruangan kepada mereka berdua yang dibalas dengan anggukkan.

~

"Kenapa hanya menatapku?"

Hye Soo menyendokkan sup dihadapannya ke piring Kyuhyun.

Sejak makanan dihidangkan hingga sekarang, pria itu sama sekali tidak menyentuhnya. Hanya diam dan fokus menatap wajah sang istri.

"Aku tidak lapar."

"Lalu kenapa tadi mengajakku kemari?"

"Agar kau bisa makan sesuatu."

"Lalu kau?"

"Jangan pedulikan aku."

"Selalu saja begitu."

Wanita itu menyuapkan potongan daging dipiringnya ke pria yang langsung membuka mulutnya itu.

"Kau masih memikirkan tentang apa yang terjadi tadi malam?"

"Tidak. Aku bahkan sudah melupakannya."

Hye Soo menuang air ke gelas minumnya yang kosong.

"Sudah melupakannya atau tengah berusaha melupakannya?"

"Oppa... Jangan memancingku."

"Aku hanya bertanya."

Kyuhyun dengan cepat meraih gelas sang istri yang baru saja terisi air, mendahului wanita itu yang juga hendak meraihnya.

"Kau tahu apa jawabannya."

"Aku hanya tidak suka jika kau mengacuhkanku."

"Aku tidak mengacuhkanmu."

"Benarkah begitu? Aku merasakan yang sebaliknya. Seperti yang ku katakan tadi malam, kau mengatakan kau baik-baik saja tapi sikapmu akan menunjukkan jika kau tidak baik-baik saja."

Hye Soo meletakkan sumpitnya dan menatap Kyuhyun sekilas.

"Aku ingin ke belakang."

"Jangan berani beranjak sedikitpun dari kursimu, Park Hye Soo."

Kalimat yang penuh penekanan itu bahkan muncul sebelum ia sempat berdiri.

Tidak perlu bukti lain untuk memastikan jika suaminya itu tengah emosi.

"Aku ingin kita menyelesaikan semuanya sekarang."

"Maksudmu?"

"Kau tahu apa maksudku."

"Pertanyaanku atau jawabanmu?"

"Jawabanku."

"Jika itu maumu."

Wanita itu memilih kembali melanjutkan makannya, setidaknya memiliki aktivitas yang membuatnya tidak harus menatap sang suami.

"Seperti yang sudah ku katakan; dia kekasih sekaligus cinta pertamaku. Dia adalah putri dari teman eomma dan kami pertama kali bertemu saat aku bersama Ahra pergi bersama eomma menghadiri pesta ulang tahunnya yang ke -17, saat itu usiaku 15 tahun."

Kyuhyun menatap Hye Soo yang sengaja terus menunduk dan memperhatikan makanannya.

"Kami dekat karena sekolah ditempat yang sama. Dia memberikan perhatian seperti seorang noona padaku, karena itu aku merasa nyaman dengannya. Entah mungkin karena aku merasa terlalu nyaman atau memang dia yang memberikan harapan itu aku merasa seakan kami memiliki hubungan, terlebih kami selalu dekat hingga sekolah menengah. Aku pernah mengatakan jika aku menyukainya, dia tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum yang bagiku itu seperti sebuah pertanda jika dia juga menyukaiku."

Kyuhyun terus bercerita seraya memperhatikan gerak-gerik sang istri. Yang terlihat beberapa kali meremas coat dipangkuannya.

Dia menyadari jika Hye Soo pasti merasa risih sekarang. Tapi lebih baik seperti ini dibanding membiarkannya berlarut-larut.

"Dia tidak pernah bersama pria lain karena itu walaupun dia tidak pernah menyebutku sebagai kekasihnya dihadapan orang lain tapi dia memperlakukan ku memang seperti kekasihnya."

"Tapi kemudian secara tiba-tiba saat malam perpisahan sekolah dia datang bersama salah satu senior ku yang memang berada di kelas yang sama dengannya. Mengatakan jika mereka berdua sudah menjalin hubungan lebih dari dua tahun dan berniat akan pergi bersama ke Inggris untuk kuliah. Tentu saja aku merasa sedih dan saat aku bertanya tentang hubungan ku dengannya, dia mengatakan jika dia selama ini hanya menganggapku sebagai adik karena itu dia sangat perhatian padaku. Tapi bukan karena dia menyukaiku."

Dia menatapnya ! Mulai tertarik dengan ceritanya kah? Atau mulai merasa kasihan?

"Aku saat itu benar-benar terpukul, bahkan aku yang sebelumnya tidak pernah meminum minuman keras menjadi bersahabat dengan alkohol dan tidak bisa lepas, berniat melampiaskan semua rasa kesalku. Jika perasaanku tidak besar untuknya mungkin aku tidak akan terlalu terpuruk seperti itu."

"Dan aku rasa Tuhan mengirimmu untuk membantuku. Membuatku bangkit dan melupakan semua hal buruk di masa lalu itu."

Kyuhyun memberanikan diri menyentuh tangan sang istri yang berada diatas meja.

"Sekarang kau yang menjadi istriku. Tidak ada wanita lain yang lebih ku cintai selain kau, sayang."

Hye Soo secara perlahan menarik tangannya yang disentuh Kyuhyun.

"Saat kau memintaku menikah denganmu, siapa yang ada di pikiranmu saat itu?"

Dia menatap mata Kyuhyun, berharap pria itu mau menjawab pertanyaannya.

Dengan jujur.

"Kau."

"Kau melakukannya karena kau mencintaiku atau hanya ingin menjadikanku sebagai pelarian?"

Hye Soo tersenyum miris saat mendapati Kyuhyun menunduk secara perlahan.

Sudah bisa menebak jawabannya.

"Aku ingin pulang."


~TBC~
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar