Rabu, 17 Agustus 2016

Time Machine #14 (END)

"Dia mungkin akan segera sadar jadi jangan khawatir."

Beruntung Tuan Cho mengenal seorang dokter yang bisa ia minta datang.

"Eomma akan membuat bubur untuknya."

Ibu Kyuhyun keluar mengikuti sang suami yang mengantar dokter keluar.

Kyuhyun bahkan menolak ketika dokter dan sang ibu berniat mengobati luka lebam di wajahnya. Dia hanya ingin menjaga dan menunggu sang istri sadar.

Wanita itu pasti merasa sangat ketakutan tadi.

"Oh hai, sayang."

Benar, wanita itu segera sadar tidak lama setelah diperiksa. Membuat Kyuhyun menggenggam erat dan menciumi tangannya.

"Kyu. Kau baik-baik saja?"

Tangan Hye Soo yang bebas mulai bergerilya menjelajahi wajah lebam pria itu.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Aku yang dipukuli lalu kenapa kau yang pingsan?"

"Aku tidak tahu. Jawab saja pertanyaanku."

"Baiklah baiklah, jangan mulai merengek. Aku baik-baik saja, aku lebih merasa sakit saat melihatmu seperti ini."

Kyuhyun menarik kursinya, membuat wajahnya semakin dekat pada Hye Soo.

"Maaf. Aku akan mengobati lukamu, eoh?"

Hye Soo melepas tangan Kyuhyun dan berniat bangun sebelum pria itu menghentikan gerakkannya dan memaksanya untuk kembali merebahkan diri.

"Istirahatlah dulu. Jika pingsan lagi kau akan menyakiti seseorang."

"Kau?"

"Bukan. Dia yang baru saja tumbuh di rahimmu."

Satu kalimat yang berhasil membekukan setiap sel hidup di tubuh wanita itu.

"M-maksudmu?"

Yang ditanya hanya tersenyum lalu bergerak mengecup keningnya.

"Kau hamil, Hye."

Ucapnya kemudian.

"Kau.. kau serius, Kyu?"

"Tentu saja. Aku tidak mungkin berbohong tentang hal yang sangat-sangat kau tunggu ini."

"Apa dia baik-baik saja? Saat aku pingsan tidak terjadi apa-apa kan?"

Wanita itu lalu sibuk menyentuh perutnya; memeriksa.

"Hey."

Kyuhyun meraih kedua tangan sang istri, menarik dan menahannya.

"Dia baik-baik saja. Tapi kau yang kelelahan."

"Apalagi kau tadi sedikit panik dan ketakutan, karena itu kau pingsan."

"Astaga, cerobohnya aku."

"Maaf."

"Kau tidak tahu. Itu wajar. Asal setelah ini lebih perhatikan kesehatanmu. Jika sekali lagi aku melihatmu kelelahan, aku tidak akan memberi toleransi."

Kyuhyun menangkup wajah Hye Soo dan membuat wanita itu terkekeh.

"Baik, aku akan lebih berhati-hati."

"Kau sudah sadar, Hye."

Wanita itu refleks bangkit saat melihat ibu Kyuhyun masuk.

"Ne, eomma."

"Ini. Eomma membuatkan bubur untukmu. Makanlah."

"Ne, eomma. Maaf merepotkan."

"Kau temuilah ayahmu. Minta maaf padanya."

Perintahnya pada Kyuhyun yang tanpa menunggu lama langsung dituruti oleh pria itu.

"Maaf, Hye. Kau pasti ketakutan tadi."

"Tidak, eomma. Jangan meminta maaf, disini aku yang menjadi sumber masalahnya dan seharusnya aku yang meminta maaf pada eomma dan abeoji."

Ibu Kyuhyun yang duduk di tepi ranjang mengusap pelan kepala Hye Soo.

"Tidak perlu. Ayah Kyuhyun hanya merasa kecewa karena Kyuhyun tidak ingin membagi masalahnya, tapi di lain sisi dia sadar jika Kyuhyun kami sekarang sudah dewasa. Dia sudah memahami tanggung jawabnya. Dia memilih menyelesaikan sendiri masalah yang ia miliki."

"Ne, eomma. Aku juga menyadari itu."

"Kalau begitu makan buburnya dan cepat istirahat, sepertinya kami harus segera kembali."

Ibu Kyuhyun memeluk erat tubuh menantunya dan mengusap pucuk kepalanya singkat.

~

"Tidak ingin aku suapi?"

Kegiatan makan Hye Soo terhenti saat Kyuhyun masuk. Tanpa sadar wanita itu menilisik wajah sang suami.

"Tidak ada luka tambahan jika itu yang kau cari."

Kyuhyun mencubit singkat pipi istrinya.

"Bisa kau letakkan ini di meja?"

Hye Soo menyodorkan mangkuk kosongnya.

"Bisa kau ambilkkan kotak obat, oppa?"

Dia lalu menatap sang suami yang sibuk memainkan rambutnya.

"Tidak."

"Ey."

Hye Soo menangkup wajah Kyuhyun agar berhenti dan menatapnya.

"Aku ingin membersihkan lukamu."

"Dan aku ingin tidur."

Dia lalu langsung menarik tubuh Hye Soo agar merebahkan tubuhnya.

"Selamat tidur, sayang."

"Tapi lukamu bisa infeksi."

"Diamlah, Hye. Aku akan mengobatinya sendiri nanti. Aku hanya ingin tidur bersama istri dan anak ku saja sekarang."

"Cih, berlebihan."

"Diam sebelum aku membungkam mulutmu."

Ucapnya lagi dan menarik erat tubuh Hye Soo, tidak memberi kesempatan wanita itu untuk bicara.

~

Several months later

Tepat setelah suara pintu terbuka Ahra langsung berdiri dari kursi kasirnya dan berniat hendak menyapa.

"Ahra."

Sebelum didahului oleh sang tamu.

"Kyu."

Pria itu melepas jas dan menyampirkannya ke pundak.

"Dimana istriku?"

"Di ruang manager. Jangan ganggu dia, dia sedang tidur."

"Hm."

Pria itu langsung mengambil langkah ke tempat yang dimaksud dan menemukan sang istri tertidur di meja manager.

Dia lalu duduk di kursi di samping tubuh Hye Soo.

"Nyonya Cho?"

Panggilnya perlahan dan berhasil membangunkan wanita itu.

"Oppa."

Suaranya terdengar sedikit serak.

"Bukankah aku memintamu untuk tetap di rumah dan tidak pergi kesini?"

"Aku hanya ingin membantu Ahra eonni."

"Dan berakhir dengan tidur disini? Bagaimana dengan perutmu, sayang?"

Kyuhyun tetap setia mengusap wajah Hye Soo yang membengkak.

"Aku baik-baik saja."

"Itu artinya tidak. Ayo kita pulang."

"Pekerjaanmu?"

"Sudah selesai."

Pria itu bangkit dan memasangkan jasnya ke tubuh sang istri dan membantunya berdiri.

~

Tempat tidur yang beberapa saat lalu masih dalam keadaan tenang mulai bergerak, seperti ada yang gelisah di atasnya.

Membuat Kyuhyun dengan malas membalik tubuh ke belakang dan mendapati sang istri tersenyum menatapnya.

"Ada apa lagi?"

Tanyanya yang sadar wanita itu pasti menginginkan sesuatu.

"Masih lapar, eoh?"

Dia mengusap rambut sang istri lalu wajahnya.

Dan kemudian mengusap wajahnya sendiri yang terasa sangat lelah karena baru memejamkan mata 10 menit yang lalu.

"Aku ingin vanilla cake buatan Ahra eonni."

"Bukankah kau sudah makan banyak kue tadi di cafe? Kita bahkan membawa beberapa potong."

"Tapi itu kue coklat."

"Itu yang kau suka. Lagipula kenapa tiba-tiba kau ingin vanilla cake sekarang?"

"Baiklah, lupakan saja."

Wanita itu secara perlahan kembali membalik tubuh dan membelakanginya.

Dengan kandungan hampir 9 bulan membuat setiap pergerakkannya sangat pelan dan menghasilkan gerakan yang bisa dirasakan orang lain.

"Ey, baiklah. Aku ke rumah Ahra sekarang."

Kyuhyun dengan cepat mengecup kening sang istri dan berlalu pergi.

~

Kyuhyun tergesa-gesa menutup pintu mobil dan berlari memasuki rumah. Sudah lebih dari 1 jam ia keluar dan sudah bisa dibayangkan ekspresi kesal dari Hye Soo.

Dengan perlahan pria itu membuka pintu kamar dan mendapati wanita yang terus dipikirkannya tengah duduk manis di atas ranjang seraya menikmati sepotong kue coklat.

"Terlalu lama menungguku atau tiba-tiba hanya ingin kue coklat dibanding kue vanilla yang ku bawa?"

Ucapnya saat berdiri di pinggir ranjang dan membuat sang istri mendongak.

"Maaf."

"Lalu kue yang ku bawa ini?"

"Letakkan saja di dapur."

Ucapnya santai.

"Berat badanmu akan semakin naik bukan karena kandunganmu, tapi karena kue-kue itu."

Ucapnya sebelum berlalu pergi ke dapur.

~

"Kyu, bangun."

"Lima menit lagi, Hye."

"Ey, ayolah. Kau berjanji akan mengantarku hari ini."

"Aku tidak lupa."

Kyuhyun menarik kembali selimut yang sebelumnya ditarik sang istri.

"Kalau begitu cepat bangun. Atau kau akan membiarkanku pergi sendiri?"

Kurang dari dua detik setelah ia selesai bicara, Kyuhyun bangun dan duduk dengan cepat.

"Apa maksudmu? Aku tidak mungkin membiarkanmu pergi sendiri."

Ucapnya seraya mengusap wajah karena masih merasa lelah.

"Kalau begitu cepat mandi dan kita pergi. Kau bisa kembali tidur setelah kita pulang nanti."

"Ayolah cepat. Aku akan menyiapkan pakaianmu."

"Tidak perlu, aku akan menyiapkannya sendiri."

Kyuhyun mengusap wajah Hye Soo dan kemudian mengecup perut wanita itu.

Hari ini adalah jadwal pemeriksaan kehamilan terakhir Hye Soo karena kandungannya yang sudah mencapai 9 bulan.

"Kau tunggulah di ruang tengah, jangan banyak bergerak."

"Aish, aku bukannya tengah sakit, aku sedang hamil, untuk apa kau memintaku jangan banyak bergerak."

"Maksudku jangan melakukan hal yang bisa membuatmu lelah. Sebentar lagi waktu bersalinmu tiba, jadi jaga kandunganmu."

"Kau sudah mengatakannya ribuan kali, aku tidak akan lupa."

"Aku hanya mengingatkan, sayang."

Pria itu berdiri dan berlalu ke kamar mandi setelah mencium singkat kening Hye Soo.

~

"Aku baru saja memeriksa berkas yang Shin Company kirimkan, dan sepertinya tidak ada masalah. Kita bisa bekerja sama dengan mereka."

Donghae meletakkan beberapa berkas ke atas meja kerja Kyuhyun.

Sementara sang pemilik meja hanya diam termenung dan mungkin tidak memperhatikan apa yang sang sahabat katakan.

"Yaa !! Tuan Cho ! Aku sedang bicara, setidaknya dengarkan aku."

"Aku mendengarnya, Lee Donghae."

"Kalau begitu beri respon, jangan hanya diam seperti itu."

Pria itu menarik nafas dan menatap Donghae.

"Respon seperti apa? Kau sudah mengatakan tidak ada masalah dan kita bisa bekerja sama dengan mereka. Tidak ada lagi yang perlu ku katakan karena aku akan setuju dengan apapun keputusanmu."

"Sebegitu percayanya kah kau padaku? Bagaimana jika aku ternyata membuat perusahaan ini gagal?"

"Kau tidak sepintar itu untuk dapat melakukannya."

"Sialan kau."

"Lagipula apa yang kau pikirkan sedari tadi?"

Donghae menyesap kopi yang dibawakan oleh sekretaris Kyuhyun beberapa saat yang lalu.

"Hye Soo. Sejak kemarin malam hingga pagi tadi dia mengeluhkan perutnya yang sakit. Aku pikir mungkin dia akan segera melahirkan dan berniat membawanya ke rumah sakit, tapi dia menolak karena alasan itu hanya sakit perut biasa dan ini belum saatnya persalinan."

"Mungkin dia benar, itu hanya sakit perut biasa. Dia lebih tahu tentang tubuhnya dibanding dirimu."

"Tetap saja aku tidak tenang, terlebih lagi dia hanya sendiri di rumah."

"Kau tidak membawanya ke rumah orang tuamu? Biar ajhuma yang menjaganya."

"Dia menolak, dia mengatakan tidak ingin menyusahkan eomma."

"Kalau begitu untuk hari ini minta saja ajhuma untuk datang ke rumahmu."

"Aku akan meminta bantuan Ahra saja."

Ucapnya yang kemudian mengambil ponsel di saku jas.

Belum sempat ia mendial nomor Ahra, wanita itu sudah lebih dulu menghubunginya.

"Ya, ada apa? Apa terjadi sesuatu pada Hye Soo?"

Ahra tidak mungkin menghubunginya jika bukan karena hal penting.

"Persalinan? Rumah sakit? Sekarang?"

Kata-katanya yang terpotong sudah cukup menjelaskan apa yang sedang terjadi; Hye Soo ada di rumah sakit sekarang karena waktu persalinannya sudah tiba.

Hal itu juga tidak sulit dipahami oleh Donghae, karena pria itu sudah menggunakan gerak tubuhnya meminta Kyuhyun segera pergi dengan menunjuk-nunjuk pintu ruangan.

"Oh baiklah, aku akan kesana sekarang."

Dan hanya dengan isyarat mata untuk Donghae, Kyuhyun menghilang dengan cepat dari hadapannya.

~

"Kyu, berhenti mondar-mandir di hadapanku. Kau membuatku pusing."

Kyuhyun yang berjalan kesana-kemari di hadapan orang tuanya dan Ahra berhenti sejenak saat sang kakak menegurnya. Sebelum kembali berjalan mondar-mandir dan membuat Ahra menghela nafas.

"Aku gugup, noona."

"Keterlaluan jika kau tidak gugup, tapi sekarang duduk dan tenangkan dulu dirimu."

Pria itu menatap ketiga orang yang sedang bersamanya menunggu di depan ruang persalinan itu.

"Benar apa kata Ahra. Kau tenanglah, Kyu."

"Ne, eomma."

Dia menurut dan mengambil tempat di samping sang ibu sebelum suara tangisan bayi terdengar di telinganya.

Yang sudah sangat jelas berasal dari ruang persalinan.

Raut bahagia tampak di wajah keluarga Cho, terlebih saat dokter yang menangani Hye Soo keluar dari ruang persalinan.

"Bagaimana keadaan istriku?"

"Dia baik-baik saja, begitu juga bayinya."

"Dan jenis kelaminnya?"

Tanya tuan Cho.

"Perempuan."

"Oh, benarkah? Boleh aku menemui istriku?"

"Boleh, setelah kita memindahkannya ke ruang pasien."

"Baiklah."

~

Hye Soo yang tengah mengistirahatkan dirinya membuka mata saat terdengar pintu ruangan yang terbuka.

"Hai, sayang."

Kyuhyun.

"Hai, oppa."

"Bagaimana keadaanmu?"

Dia menarik kursi lalu duduk di samping ranjang Hye Soo. Mengecup kening dan pipi wanita itu.

"Aku merasa baik."

"Kau ingin sesuatu?"

"Apa yang kau tawarkan? Aku baru saja melakukan persalinan, oppa."

"Bukan begitu. Mungkin saja kau haus."

Percakapan mereka terputus saat seorang suster datang dan membawa bayi perempuan dalam balutan kain putih lalu meletakkan bayi itu ke pelukkan Hye Soo.

"Selamat untuk kalian."

Ucap suster itu sebelum berlalu pergi, meninggalkan kedua orang yang tengah terkesima memandangi buah cinta mereka itu.

"Dia cantik, sepertimu."

Kyuhyun mengusap pelan wajah sang anak dengan jarinya.

"Dia memiliki mata sepertimu, oppa."

"Tentu saja, aku ayahnya."

Pria itu menghapus air mata yang jatuh di pipi Hye Soo.

"Terima kasih karena telah membuatku menjadi seorang ayah, sayang. Aku berjanji akan menjaga kalian berdua dengan baik."

Dia lalu kembali mengecup kening Hye Soo dan dengan perlahan mencium pipi anaknya.

"Ingin kau beri nama siapa dia?"

Ahra yang muncul bersama kedua orang tuanya berhasil menghancurkan momen romantis Kyuhyun dan Hye Soo; ini opini Kyuhyun.

"Entahlah. Apa saranmu, sayang?"

"Aku tidak terpikirkan nama apapun, kau saja yang memberikannya, oppa."

"Bagaimana dengan abeoji, kau ingin memberi cucu cantikmu ini nama?"

Dia beralih menatap sang ayah yang berdiri di sampingnya.

"Kau ayahnya, akan lebih baik jika kau yang menamainya."

"Baiklah. Bagaimana jika Cho Kyuii?"

"Kyuii? Nama yang unik, aku suka."

Hye Soo mencium pipi sang anak dan tersenyum.

"Sekarang namamu Kyuii, sayang. Cho Kyuii."

~

"Kyu, kemari."

Hye Soo melepas apron yang ia gunakan dan meletakkan benda itu ke atas pantry.

"Kyu, cepatlah."

Lalu menyiapkan makanan yang baru selesai ia masak ke atas meja makan.

Namun terhenti karena kesal karena yang ia panggil sedari tadi tidak kunjung muncul.

"Dia pasti tertidur. Kebiasaan buruk."

Dia memilih untuk menyelesaikan kegiatan menata meja makan lalu berjalan ke arah ruang tengah dan menemukan pria yang ia panggil-panggil tadi tengah tertidur lelap di sofa bersama Kyuii di pelukannya.

"Astaga. Ayah dan putri yang sangat kompak."

Ucapnya lalu mengambil boneka di pelukkan anak yang baru berusia 15 bulan itu.

"Oppa."

Dengan pelan membangunkan Kyuhyun yang tidak lama kemudian membuka matanya.

"Hm?"

"Tidurkan Kyuii di dalam."

"Hm."

Pria itu hanya mengangguk dan kemudian berdiri setelah membenarkan posisi Kyuii agar tidak terbangun.

Sementara Hye Soo memilih mengikuti sang suami yang berjalan ke kamar dan meletakkan Kyuii di tempatnya.

"Wajahnya saat tidur tampak sepertimu."

"Benarkah? Kau pasti sering memperhatikanku saat tengah tidur."

Kyuhyun melingkarkan tangan ke pinggang Hye Soo dan menariknya mendekat.

"Terlalu percaya diri, aku mengingat wajah tidurmu saat pagi hari sebelum aku bangunkan."

"Katakan saja jika kau senang mengagumi wajah tampanku ini."

"Aish, berhenti memuji diri sendiri."

Wanita itu berniat lepas dari kungkungan Kyuhyun yang semakin erat.

"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, lagipula kau mengakui itu."

"Benarkan?"

Kyuhyun mendekatkan wajah dan membuat Hye Soo menarik wajahnya.

"Tidak. Sekarang menjauhlah."

"Kenapa aku harus menjauh? Kau tahu? Aku sangat merindukanmu."

"Aku tidak."

"Park Hye Soo."

Kyuhyun menghela nafas dan mencubit pipi sang istri yang tampak berisi.

"Bisakah kau tidak merusak suasana romantis yang tengah aku buat?"

"Kau tidak tampak romantis, tapi terkesan konyol."

"Apa? Katakan sekali lagi !"

"Tuan muda Cho..."

Hye Soo berusaha melepas tangan Kyuhyun yang berada di pinggangnya.

"Sama sekali tidak romantis."

Lalu menggenggam tangan pria itu yang berhasil ia lepas.

"Tapi tampak sangat konyol."

Dan kemudian berlari keluar kamar tanpa lupa dengan suara seminimal mungkin.

"Kau, Cho Hye Soo !"

Dia terkesiap saat menyadari suaranya yang meninggi lalu kemudian memeriksa jika putri kecilnya terbangun.

Lalu segera meninggalkan kamar dan menutup pintunya.

Mencari keberadaan sang istri yang berada di dapur dan tengah tertawa saat dirinya muncul.

"Kau berani menyebutku konyol?"

"Kau memang tampak seperti itu."

Tawanya tidak kunjung reda dan terus bergerak memutari meja makan karena Kyuhyun yang berniat mendekatinya.

"Kemari kau, Hye. Aku harus memberimu pelajaran."

"Silahkan saja jika kau bisa meraihku."

Mereka saat ini sudah tampak seperti Kyuii dan Ju Hyeon yang senang bermain kejar-kejaran saat sedang bersama.

"Kau tidak bisa menghindar dariku, sayang."

Dengan tangan panjangnya, pria itu berhasil meraih tangan Hye Soo dan menariknya mendekat.

"Kau benar-benar mencari masalah denganku, eoh?"

Melingkarkan kedua tangan dan memastikan tubuh wanita yang masih terkekeh itu menempel di tubuhnya.

"Kau pria konyol dan menyebalkan."

"Mwo? Kau berani mengatakan itu lagi?"

Yang ditanya hanya tertawa dan berjinjit agar dapat meraih bibirnya.

"Kau konyol, menyebalkan dan kekanak-kanakkan."

Lalu beralih mencium pipi kirinya.

"Tapi aku menyukainya."

Dia mengalungkan kedua tangan ke leher Kyuhyun.

"Kau berani menggodaku, eoh?"

Pria itu balik membalas dengan mencubit kembali pipi kanan Hye Soo dan membuat wanita itu mengusap pipinya.

"Wajahmu tampak lucu saat sedang kesal."

"Dan kau menikmati itu?"

"Ya."

Kyuhyun tersenyum memandangi sang istri yang tertawa karenanya.

"Berhenti tertawa, perutmu akan sakit, sayang."

"Hahaha, baiklah."

Setelah berhasil menghentikan tawanya, Hye Soo menarik tangannya dan memeluk Kyuhyun.

"Terima kasih karena sudah menjagaku dan tidak pernah marah saat aku terus menjahilimu."

"Aku tidak akan pernah marah, aku bahkan menyukainya saat kau tertawa karena puas mengerjaiku."

"Haha, aku tidak sejahat itu."

Kyuhyun menarik tubuhnya dan menatap sang istri.

"Apapun itu aku tidak akan pernah marah padamu."

"Aku tahu itu."

Hye Soo tersenyum dan mencium bibir Kyuhyun. Saat hendak menjauh, pria itu menahan dan menariknya semakin dekat.

Wanita itu melingkarkan tangan ke leher sang suami dan membiarkan Kyuhyun puas melakukan kegiatannya.

Karena mungkin mulai terbawa suasana, Kyuhyun berniat melepas kancing pertama di pakaian sang istri sebelum sebuah suara menginterupsi kegiatannya.

Yang membuatnya menatap Hye Soo yang tampak menahan tawa sebelum tawa wanita itu pecah.

"Cho Kyuii !!!"




~END~
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar