Senin, 15 Agustus 2016

Time Machine #1

Author : Park Hye Ri a.k.a Reni Retnowati
Cast : Cho Kyuhyun, Park Hye Soo, Kim Jongwoon, etc.
Genre : Romance, Married Life.
Length : Chapter (14 chapters)

Happy reading `

*

"Astaga! Apa yang kau lakukan?"

"Memelukmu."

"Aish. Lepaskan aku."

"Tidak akan."

"Ayolah. Kau membuatku risih."

"..."

"Kyu."

"Sialan. Berhenti bergerak, Hye!"

Umpatan singkat itu berhasil membekukan tubuhnya, menghentikan gerakan-gerakan tak berguna yang ia harap dapat melepaskannya dari kungkungan Kyuhyun.

"Kyu."

"..."

"Kyu!!"

"..."

Pria itu setia dengan posisinya selama kurang lebih 5 menit. Cukup membuat sang gadis bosan.

"Cho Kyuhyun!!"

"Hmm?"

"Kau tertidur, eoh? Lepaskan aku."

"Diamlah, sayang. Beri aku waktu sedikit lagi."

"Apa yang sebenarnya kau lakukan? Kita bahkan masih berdiri di ambang pintu."

"Aku tidak peduli."

"Dan, lebih baik tutup mulutmu sebelum aku yang membungkamnya."

"Cih."

"Jangan mulai mengumpat, Hye."

"Kau yang memulainya!"

Pria itu tidak lagi merespon, hanya semakin mempererat pelukan dan menenggelamkan wajah di ceruk leher istrinya.

Apa terjadi sesuatu pada kepala yang mempengaruhi otak jeniusnya itu? Tiba-tiba dia bersikap seperti ini.

"Kau tidak merasa lelah, Kyu? Ingin ku buatkan minuman hangat?"

Tidak akan berhasil menggunakan umpatan.

Dia mengusap lembut punggung sang suami. Menenangkannya -jika memang dia merasa perlu ditenangkan- (?)

"Hmm."

"Baiklah. Selagi aku membuatnya kau cepatlah mandi, eoh?"

"Hmm."

"Berikan aku jawaban berupa kata atau kalimat. Jangan menggumam seperti itu."

"Ya, tentu saja, nyonya Cho."

Dia menarik tubuhnya dan menatapnya datar.

"Puas?"

"Bagus."

Gadis itu mengusap singkat pipinya lalu beranjak pergi ke dapur, membiarkannya mendengus kesal seraya berjalan gontai menghampiri kamar mandi.

Bahkan tidak cukup semangat untuk membuka pintu menggunakan tangan melainkan hanya mendorongnya dengan bantuan dahi.
Kau terlalu malas, tuan Cho!

~

"Apa terjadi sesuatu disana?"

"Dimana?"

"Di Jepang tentu saja. Sikapmu menjadi aneh begitu kembali dari sana."

"Apanya yang aneh?"

"Kau jadi manja."

"Benarkah?"

"Lihat saja sendiri. Kau sedari tadi hanya uring-uringan dan tidak mengijinkanku berada jauh darimu."

"Aku manja pada istriku. Apa yang salah dari itu?"

"Berhenti bertele-tele, Kyu."

"Sudahlah, Hye. Ijinkan aku tidur."

"Kau tidak tidur! Kau hanya memindah-mindah posisi tubuhmu."

"Kalau begitu bantu aku agar tertidur."

"Caranya?"

"Kau bisa mengusap kepalaku, kan? Atau setidaknya jaga mulutmu agar tidak mengeluarkan suara yang dapat mengganggu."

"Aish, baiklah."

Pertengkaran bahkan tidak pernah absen dari keseharian mereka.

Gadis itu terus mengusap kepala suaminya pelan, seraya memperhatikan wajah pria yang akhir-akhir ini atau tepatnya selama empat bulan ini menghiasi hidupnya. Wajah yang selalu ia lihat pertama kali begitu bangun dari tidur.

Walaupun saat awal pernikahan hubungan mereka hanya sebatas pria dan wanita yang menikah lalu tinggal bersama tanpa adanya interaksi berarti yang menunjukkan jika mereka saling mencintai.

Tentu saja.

Bukankah mereka menikah memang bukan karena saling mencintai?

"Ada apa?"

Pria itu terlihat sudah tertidur namun tiba-tiba membuka mata. Seakan ada sesuatu yang memaksanya untuk bangun bahkan saat baru tertidur selama satu menit.

"Hanya memastikan kalau kau masih disini."

Suaranya terdengar serak.

"Jangan seperti itu. Aku tidak akan kemana-mana. Tidurlah yang nyenyak."

"Hm."

"Akan ku coba."

Kembali memejamkan mata tanpa lupa melingkarkan tangan ke tubuh gadis yang duduk di sampingnya itu.

"Jangan pergi saat aku tertidur, Park Hye Soo."

Berbicara bahkan saat kesadarannya hampir hilang.

"Diamlah, Kyu. Berhenti membuatku khawatir."

Dia memilih ikut merebahkan tubuh tanpa menyingkirkan tangan kanan Kyuhyun diatas tubuhnya.

Mungkin dengan cara seperti itu suaminya itu akan merasa lebih tenang.

~

Deringan ponsel membangunkan Hye Soo dari tidur singkatnya. Sedari tadi memperhatikan seraya menjaga Kyuhyun membuatnya mengantuk dan ikut tertidur.

"Ah, aku hampir lupa."

Layar ponselnya menunjukkan sebuah pengingat bertuliskan 'Pesta Ju Hyeon'.

Hari ini keponakkan kesayangan alias satu-satunya Kyuhyun berulang tahun dan keluarga besar Cho berencana membuat pesta kecil-kecilan yang hanya akan dihadiri oleh anggota keluarga saja.

Sepertinya Kyuhyun tidak tahu rencana ini karena dia berada di Jepang saat Ahra memberitahu Hye Soo dan pria itu baru kembali hari ini, tepatnya 3 jam yang lalu.

"Kyu?"

Berusaha mengganggu pria yang masih terlelap dengan posisinya yang tengkurap itu.

"Hey. Bisakah kau bangun sebentar?"

Anehnya suaranya mengecil, merasa ragu sekaligus takut untuk membangunkannya.

"Hm."

Dia terjaga.

"Maaf, bisa kau bangun sekarang? Kita harus ke rumahmu."

"Ada apa?"

Suaranya terdengar ketus walaupun teredam oleh bantal.

"Hari ini ada pesta ulang tahun untuk Hyeonnie. Kita harus kesana."

"Kenapa mendadak sekali? Aku lelah."

"Sebenarnya mereka sudah merencanakannya beberapa hari yang lalu tapi aku tidak bisa memberitahumu karena kau sibuk."

"Haish."

Kyuhyun membalik dan membenarkan posisi tubuhnya.

"Kita tidak mungkin tidak datang, kan?"

Hye Soo mengusap pipi dan matanya yang kembali terpejam.

Pria itu hanya mengerang dan menangkap tangan Hye Soo lalu menariknya, mengisyaratkan agar kembali tidur disampingnya.

"Kau marah karena aku tidak memberitahumu?"

"Tidak. Tapi biarkan aku memelukmu seperti ini."

Dia meletakkan dagunya di atas kepala sang istri dan memeluknya posesif.

"Baiklah. Tapi jangan kembali tidur, eoh?"

"Aku mengerti, Park Hye Soo."

Memberi sedikit penekanan di akhir kalimat.

Pria itu berusaha menenangkan pikiran agar dapat tidur kembali, sedikit melanggar janji tidak apa kan?
Tapi tidak bisa. Pikirannya kembali dipenuhi oleh banyak hal.

"Ada apa?"

Responnya saat sang suami menghembuskan nafas berat.

"Apa salah satu sifatku yang tidak kau sukai?"

"Hm? Kenapa tiba-tiba bertanya tentang itu?"

"Jawablah saja, Hye."

"Tapi hampir semua sikapmu menyebalkan untukku."

"Pilihlah satu."

Gadis itu menarik pelan kepalanya lalu mendongak menatap Kyuhyun.

"Kau tidak mau mengalah."

"Benarkah?"

"Kau bahkan tidak segan berebut makanan bersama Hyeonnie."

"Dia yang merebut makananku."

"Ey, lihatlah siapa yang bicara. Berapa usiamu jika dibandingkan dengannya?"

"Hanya berbeda beberapa tahun."

"Hanya berjarak 22 tahun, kan?"

"Tidak ada yang salah."

"Hm. Baiklah, apa katamu saja."

Pria itu menarik sudut bibirnya saat berhasil membuat sang istri kalah.

"Kita bersiap sekarang?"

"Nanti. Satu pertanyaan lagi."

"Baiklah. Tapi cepat saja sebelum eonni menghubungi kita."

"Kau tadi mengatakan salah satu sifat burukku adalah tidak mau mengalah. Sekarang, jika suatu hari ada seseorang yang berniat merebut sesuatu milikku, walaupun sesuatu itu memang sahnya adalah milikku tapi orang itu juga memiliki hak yang sama seperti ku. Apa yang harus aku lakukan?"

"..."

"Kau mengerti maksudku, kan?"

Dia menatap gadis yang juga menatapnya itu.

"Sebelum aku menjawabnya, boleh aku tahu kenapa orang itu berniat merebut sesuatu yang menjadi milikmu?"

"Karena dia lebih dulu memiliki hal itu sebelum diriku."

"Bukankah itu berarti kau yang lebih dulu merebutnya?"

Hye Soo bangun dan duduk seraya tetap memperhatikan suaminya secara seksama.

"Tidak. Dia meninggalkannya, dan secara kebetulan aku kehilangan sesuatu yang serupa."

"Lalu, kau mengambil sesuatu yang tak berpemilik itu sebagai pengganti?"

"Tidak bisa dibilang seperti itu juga. Karena 'sesuatu' itu juga tidak keberatan dan bahkan memilihku."

"Ah, benarkah?"

Dia meraih ponselnya yang mendapat pesan dari Ahra.

"Jadi bagaimana?"

"Aku tidak tahu. Aku tidak mungkin menyarankanmu untuk mengalah, dan aku juga tidak tahu apakah orang itu akan mengalah atau tidak."

"Aku rasa dia tidak akan mengalah."

"Benarkah? Kalau begitu aku rasa jawabannya hanya satu."

"Yaitu?"

Pria itu ikut bangkit dan menatapnya penasaran.

"Meminta sesuatu yang kalian rebutkan itu untuk memilih."

"Memilih?"

"Sesuatu yang kau maksud itu bukan benda mati bukan?"

"Entahlah."

"Ey, kau mengerjaiku, kan?"

"Tidak. Itu mungkin terdengar konyol bagimu, tapi itu sesuatu yang penting untukku."

"Benarkah? Lalu apa kau puas dengan jawabanku?"

"Aku setuju jika kau mengatakan satu-satunya cara adalah meminta hal yang diperebutkan itu untuk memilih. Aku hanya tidak suka dengan kenyataan bahwa kami berdua memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih."

"Itu karena jiwa bersaingmu yang tinggi."

"Tapi jika bersaing untuk sesuatu yang sangat berharga tentu saja aku tidak akan mengalah, Hye."

"Aku tahu. Sekarang waktunya kita bersiap. Aku akan menyiapkan pakaianmu."

"Baiklah."
~
"Hei, lebih baik menyingkir dari tempatmu sekarang."

"Apa masalahmu, noona?"

"Kau menghambat pekerjaanku."

"Ayolah. Aku bahkan tidak menyentuhmu sedari tadi."

"Tapi lihatlah dimana kau duduk. Jika tidak ingin membantuku lebih baik menyingkir saja."

"Bisakah kalian tidak bertengkar? Untuk kali ini saja."

Hana menghampiri Ahra yang tengah menjaga daging barbequenya dengan sang adik yang duduk disamping meja berisi daging yang akan dipanggang.

"Katakan itu padanya, eomma."

"Kau yang seharusnya mendengar itu. Aku lebih tua darimu."

"Hey, sudahlah."

Dia berdecak kesal melihat kedua anaknya yang selalu bertengkar itu.

"Kalian tetap tidak berubah, bahkan saat kalian sudah sebesar ini."

Dongmin, adik dari Hana yang kebetulan berada disitu ikut mengomentari kedua keponakannya yang selalu memiliki topik untuk didebatkan.

"Aku berubah, samchon. Noona saja yang selalu seperti itu."

"Tidakkah kau pikir kami akan meragukan perkataanmu itu? Kau lebih muda darinya, tentu saja orang akan berpikir kau yang selalu membuat masalah."

"Ah, aku semakin mencintaimu, samchon."

Ahra memotong daging yang sudah matang dihadapannya dan menyuapkannya ke sang paman yang berdiri tidak jauh darinya.

Tindakannya itu membuat Kyuhyun mendengus kesal dan memilih menjauh dari taman belakang yang menjadi tempat berkumpul sebagian anggota keluarga yang tengah mentertawakannya itu.

Dia berjalan mencari keberadaan sang istri yang ternyata berada diruang keluarga dan tengah 'berkencan' dengan Ju Hyeon seraya menikmati kue yang mereka potong setelah acara tiup lilin tadi.

"Hey, kalian berdua."

"Samchon."

Hye Soo menyapa Kyuhyun yang menghampiri dan berdiri di hadapannya.

"Samchon."

Ju Hyeon mengikuti apa yang noonanya ucapkan.

Dia terbiasa memanggil Hye Soo 'noona' sementara Kyuhyun tetap ia panggil 'samchon'.

"Hyeonnie, bolehkan samchon meminjam noonamu sebentar?"

"Tidak."

Anak itu menggeleng dan memeluk noonanya dari samping.

"Bukankah noona sudah bersamamu sedari tadi? Bagaimana dengan samchon?"

Kyuhyun berjongkok dihadapan mereka dan menggunakan paha Hye Soo sebagai penopang.

"Samchon bersama eomma."

Pria itu menatap sang istri yang terkekeh karena jawaban Ju Hyeon.

"Eomma Hyeonnie menyebalkan. Samchon ingin bersama noona saja."

"Tidak boleh."

Kyuhyun menatap Hye Soo yang hanya diam dan sibuk mengusap kepala Ju Hyeon.

"Katakan sesuatu. Bantu aku."

"Apa yang harus aku katakan? Dia tidak ingin melepas pelukannya."

Pria itu menatapnya datar dan kembali menatap keponakannya.

"Bukankah eomma memanggang sosis kesukaan Hyeonnie? Kau tidak takut Shinwa hyung menghabiskannya?"

Cara terakhir; mengusirnya dengan makanan dan menakutinya menggunakan nama Shinwa yang selalu menjadi teman untuk berebut makanan dengannya.

"Andwae!!!"

Berhasil. Dia segera turun dari sofa dan berlari menuju taman belakang meninggalkan dua orang yang tengah terkekeh karenanya.

"Kau jahil sekali."

"Aku hanya berusaha mendapatkan istriku."

"Kau mendapatkanku sekarang. Lalu apa yang kau inginkan?"

Gadis itu menyisir rambut sang suami menggunakan jari-jarinya.

"Ikutlah denganku."

"Ke?"

"Kamar."

Dia berdiri, meraih tangan sang istri dan menariknya.

"Bagaimana jika yang lain mencari kita?"

"Tidak akan."

"Memangnya apa yang ingin kau tunjukkan?"

Gadis itu mengamit lengan sang suami saat menaiki tangga.

"Tidak ada. Aku hanya ingin istirahat bersamamu."

"Eonni pasti akan mencari kita untuk makan malam nanti."

"Setidaknya kita masih punya waktu setengah jam sebelum makan malam tiba."

Pria itu membuka pintu kamar dan mempersilahkannya untuk masuk terlebih dahulu.

"Eomma mengosongkan kamarmu."

Ucapnya saat melihat koleksi-koleksi game atau benda favorite Kyuhyun tidak ada ditempatnya.

"Hm. Ahra berhasil mempengaruhi eomma untuk membuang semua benda-benda itu."

Sedang Kyuhyun, pria itu memilih untuk merebahkan tubuh ke ranjang setelah menutup pintu kamar dan menguncinya.

"Lebih baik seperti itu sebelum aku yang membuangnya."

"Ya. Aku tahu jika kalian para wanita selalu bersengkokol mengerjaiku."

"Aku hanya tidak suka kau menghabiskan waktumu melakukan sesuatu yang tidak berguna yang bahkan membuatmu lupa waktu."

Gadis itu naik ke ranjang dan ikut merebahkan tubuhnya disamping Kyuhyun.

"Aku memilikimu, bukan? Kau yang seharusnya mengurusku. Bukankah itu tugasmu sebagai seorang istri?"

"Itu memang tugasku. Karenanya aku mencari cara yang paling ampuh untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasaan jelekmu."

"Salah satunya dengan membuang koleksi game yang sudah ku kumpulkan sejak lama?"

"Ya. Begitulah."

"Jadi sebenarnya peran jahat disini diambil oleh siapa? Kau atau Ahra?"

"Lebih tepatnya aku yang membuat rencana dan dia yang melaksanakannya."

"Ck. Bagus sekali."

Mereka berdua terdiam beberapa saat seraya menatap langit-langit kamar itu. Mendadak sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Hye?"

"Ya?"

Pria itu menghadapkan tubuhnya ke Hye Soo dan menopang kepala menggunakan tangan kanan.

"Pernahkah terpikir olehmu penyesalan karena menikah denganku?"

"Penyesalan? Sepertinya aku belum merasakannya hingga sekarang."

"Benarkah?"

"Kau kembali menanyakan hal aneh."

"Hanya penasaran."

Kyuhyun kembali merebahkan tubuhnya.

"Kau menyembunyikan sesuatu, bukan?"

Sekarang giliran gadis itu yang melakukan pose seperti suaminya tadi dan menatapnya yang tengah menutup mata.

"Tidak."

"Kau bohong."

"Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?"

"Kau tidak menatap mataku."

Matanya terbuka tepat setelah gadis itu menyelesaikan kalimatnya.

"Tidak menatap matamu bukan berarti aku berbohong, nyonya Cho."

Dia kembali ke posisi yang membuat wajahnya berhadapan dengan Hye Soo.

"Itu memiliki arti berbeda menurutku."

"Terserah. Yang terpenting aku tidak menyembunyikan apa-apa."

Dia menggunakan kedua tangannya sebagai bantal dan kembali menatap langit-langit kamar.

Hye Soo yang mendekat dan tidur diatas dadanya membuat Kyuhyun menarik tangan dan memeluk gadis itu seraya mengusap punggungnya.

"Aku lelah, aku bahkan hanya bisa tidur sebentar tadi."

"Maaf, tapi bersabarlah. Kita akan segera pulang setelah makan malamnya selesai."

"Atau salah satu dari kita bisa berpura-pura sakit dan meminta ijin untuk pulang lebih dulu."

"Ide buruk."

"Benarkah?"

"Tentu saja. Eonni tidak akan mudah percaya."

"Ah, dia memang selalu menjadi pengganggu."

"Haish, jangan-"

Perkataan gadis itu terpotong saat ada yang mengetuk pintu kamar.

"Hye? Kau di dalam?"

Suara Ahra.

Mereka saling bertatapan lalu tertawa bersamaan.

"Benarkan?"

Ahra yang muncul tepat setelah Kyuhyun menyebutnya sebagai pengganggu menjadi alasan kenapa mereka tertawa.

"Hye?"

"Diamlah, noona! Jangan mengganggu kami!"

Kyuhyun sedikit berteriak; memastikan sang noona mendengarnya. Tangannya menahan agar gadis disampingnya tetap diam di tempat.

"Haish. Cepatlah keluar! Eomma memanggil istrimu."

"Ada apa? Jangan membuat alasan."

"Ya!! Cho Kyuhyun!! Buka pintunya sebelum aku menemukan kunci cadangan kamarmu ini."

Hye Soo segera bangkit dari ranjang dan membuat sang suami menggeram kesal.

Gadis itu lalu membuka pintu kamar yang terkunci itu.

"Ada apa eonni?"

Ahra menggerakkan kepala untuk melihat dimana adik nakalnya itu berada.

"Apa yang kalian lakukan?"

Tanyanya lalu menatap Hye Soo.

"Tidak ada. Dia hanya merasa lelah."

"Memangnya apa yang salah jika kami melakukan sesuatu? Kami bukan pasangan tanpa ikatan."

Suara Kyuhyun terdengar mengecil karena dia berjalan memasuki kamar mandi.

"Apa eomma memanggilku?"

Mencoba mengalihkan pembicaran dan mencoba membuat sang kakak ipar tidak berpikir macam-macam atas perkataan konyol Kyuhyun.

"Hm. Dia memerlukan bantuanmu."

"Ah, ne. Baiklah."

Gadis itu melewati Ahra dan segera turun; menemui ibu mertuanya.
Sedang Ahra, melangkah masuk dan duduk di ranjang.

Tiba-tiba dia berusaha mengingat kapan terakhir mereka berdua berada di kamar itu; bertengkar dan mengadu kepada ayah atau ibu mereka setelahnya.

Ah, tentu saja lebih dari 10 tahun yang lalu.

"Wae?"

"Apa?"

"Kenapa kau disini?"

"Kenapa?"

"Cho Ahra.."

"Aku hanya ingin duduk disini. Mengingat kapan terakhir kali kita bertengkar disini."

Ahra menatap Kyuhyun yang masih berdiri di depan kamar mandi dan akhirnya berjalan melewatinya.

"Ck. Bukankah kita selalu bertengkar? Sulit untuk mengingat dimana saja kita bertengkar."

"Ah, aku ingat!"

Kyuhyun duduk di sofa yang berada di pojok kamar lalu menatap noonanya. Apakah benar dia mengingatnya?

"Saat prom night kampus mu. Saat kau pulang dalam keadaan kacau dan basah kuyup."

"Kita bertengkar karena aku menegurmu yang melanggar aturan yang ku buat. Kau tidak pulang setelah kuliahmu selesai dan menghilang sampai akhirnya kau muncul malam itu."

Gadis itu terus mengoceh tanpa memperhatikan perubahan ekspresi adiknya.

Kyuhyun mengingat malam yang menjadi salah satu moment yang paling ingin dia lupakan.

"Padahal kau berjanji sebelum eomma dan appa berangkat ke Belanda kalau kau akan menuruti perkataanku selama mereka tidak ada dirumah."

"Benarkan?"

Akhirnya; dia menatap Kyuhyun dan menemukannya tengah menatap langit-langit seraya mengusap kasar wajahnya.

"Ah, apa aku mengingatkanmu?"

Dia menyadari kesalahannya.

"Aku pikir kau sudah melupakannya."

"Apa kau berpikir begitu, noona?"

Suaranya terdengar pelan.

"Kau terlihat bahagia sekarang. Membuatku yakin kalau kau sudah melupakannya."

"Sudah berapa lama itu?"

"Entahlah. Sekitar 5 tahun?"

Mereka terdiam.

Kyuhyun masih sibuk dengan kegiatannya menatap langit-langit kamar dan Ahra yang sibuk mengais memori tentang hal-hal yang terjadi selama 5 tahun ke belakang.

Malam itu adalah malam perayaan kelulusan mahasiswa angkatan Kyuhyun di kampus. Terjadi sesuatu malam itu, entah apa.

Selama satu tahun setelahnya dia hanya hidup bagai mayat hidup, berada di kamar sepanjang hari lalu menghabiskan malam di klub dan pulang dengan keadaan kacau (re : mabuk dan terkadang dengan lebam memenuhi wajah) saat matahari sudah muncul dan begitu seterusnya. Cukup membuat keluarganya frustrasi.

Setelah akhirnya sebuah keajaiban muncul; dia bersedia kembali menjadi manusia 'hidup', menjalani kehidupan normal dan bekerja di perusahaan keluarganya.

Walaupun 'normal' yang dimaksud hanya menggambarkan kegiatan pagi hingga sore hari, saat malam tetap saja dia berada di rumah keduanya (re : bar atau klub manapun).

Kyuhyun yang terkadang bertingkah kekanakkan dan manja pada orang tuanya atau Ahra, selalu mengganggu dan memancing pertengkaran dengan noonanya itu, selalu membantah perintah darinya walaupun pada akhirnya dia pasti akan menurut.

Semua sifat itu bak menguap dan lenyap sejak satu tahun kegiatan men'zoombienya dimulai.

Yang tersisa hanya si pria dingin, pemarah nan keras kepala Cho Kyuhyun.

Pria yang bahkan tidak bisa merasakan kehangatan atau kasih sayang ketiga orang yang selalu berusaha membuatnya kembali jadi Kyuhyun kecil mereka.

Pria yang hanya bertahan selama satu menit untuk mengucapkan, "Selamat atas pernikahanmu, noona." lalu kembali menghilang saat Ahra menikah tiga tahun yang lalu.

Reputasinya di kantor pun tak jauh berbeda dengan di rumah keluarga Cho.

Dia tipe pemimpin yang giat dan pekerja keras, hanya saja terkadang sifat dingin dan pemarahnya membuat beberapa pegawai memilih menjauh bahkan berhenti berkerja disana.

Hanya segelintir orang yang memang telah sangat mengenal atau orang yang memang dapat dengan mudah memahaminya yang tetap bertahan.

Seperti Lee Sung Jo -suami Ahra- dan beberapa pegawai yang memang telah bekerja di Cho Corp semenjak perusahaan itu dipegang oleh ayah Kyuhyun dan mengerti bahwa pria itu hanya buruk di sifat luarnya dan menutupi perangai baik yang merupakan hasil dari didikan kedua orang tuanya dan Ahra.

Hingga puncaknya sekitar satu tahun yang lalu. Pria itu menunjukkan gelagat akan mengulang kembali kehidupan zoombienya setelah berminggu-minggu mengurung diri di kamar dan hanya akan keluar saat malam sudah larut. Pasti terjadi sesuatu yang membuatnya kembali jadi pemurung; pikir Ahra.

Pria itu bahkan sempat menghilang selama dua minggu tanpa kabar yang membuat semua orang kewalahan mencarinya.

Saat kembali dia hanya mengatakan satu kalimat yang sama sekali tidak menenangkan atau menjawab pertanyaan tentang dimana keberadaannya selama menghilang dan justru membuat semua orang semakin kelimpungan.

"Aku akan menikah."

Satu kalimat. Satu kalimat yang membuat waktu seakan berhenti.

Beberapa saat setelah itu dia mengenalkan gadis yang akan menjadi istrinya yang tidak lain adalah Hye Soo.

Walaupun masih merasa terkejut dengan semua yang terjadi, Ahra dan kedua orang tuanya dapat dengan cepat menyesuaikan diri dan menerima gadis yang berperangai baik dan cantik itu.

Beberapa bulan pendekatan; hingga mereka mengenal gadis yang sudah kehilangan orang tuanya sejak 7 tahun yang lalu dan hanya tinggal sendiri karena tidak ingin menjadi beban untuk bibi dan paman yang menjaganya semenjak kedua orang tuanya meninggal.

Lalu satu bulan persiapan, akhirnya mereka menikah tepatnya empat bulan yang lalu. Pesta pernikahan yang hanya dihadiri oleh keluarga besar dari kedua mempelai.

Hye Soo bak malaikat yang dikirim Tuhan untuk Kyuhyun; pikir Ahra dan orang tuanya. Gadis itu; yang entah sudah berapa lama mengenal Kyuhyun berhasil mengubah sifat buruknya yang kemudian berangsur-angsur membaik.

Cho Kyuhyun sekarang kembali! Sikap jahil atau menyebalkan yang selalu memancing amarah Ahra kembali muncul.

Dia terlihat lebih ceria dan dapat bersosialisasi dengan lebih baik setelah menikah atau tepatnya setelah Hye Soo memasuki hidupnya.

Ahra tersadar setelah merasakan pergerakan disampingnya. Dia mendapati Kyuhyun tengah tidur diranjang dengan kepala yang ia letakkan di pahanya. Benarkan? Sifat manjanya kembali muncul.

"Apa menurutmu aku mencintai Hye Soo, noona?"

"Hm? Tentu saja. Kau menikahinya, bukankah itu berarti kau mencintainya?"

Ahra mengusap pelan kepala Kyuhyun; menikmati momen langka tersebut.

"Bagaimana jika ternyata aku menikahinya hanya untuk pelarian?"

"Apakah seperti itu?"

"Bagaimana jika?"

"Entahlah. Aku tidak bisa membayangkan, karena kalian terlihat saling mencintai di mataku."

"Karena itulah. Bagaimana jika ternyata kami sama-sama menggunakan satu sama lain sebagai pelarian?"

"Bukankah itu lebih tidak terduga?"

"Ya. Bagi kalian."

"Ada apa sebenarnya?"

Ahra mencoba membuat kontak dengan adiknya namun pria itu menutup mata sedari tadi.

"Apa kau tidak curiga setelah aku menghilang lalu muncul dan tiba-tiba mengatakan ingin menikah? Apa kau tidak berpikir aku mungkin melakukan kesalahan semisal melukai atau menidurinya dan akhirnya bertanggung jawab dengan cara menikah dengannya?"

Ahra terdiam; tidak mengira kata-kata itu akan keluar dari mulut Kyuhyun.

Dulu dia tentu saja sempat berpikir seperti itu, namun melihat Hye Soo dengan semua hal baik tentangnya dan perubahan positif yang terjadi pada sang adik membuatnya menepis semua prasangka buruk yang hinggap di pikirannya.

"Apa itu semua memang terjadi? Karena aku memang sempat curiga."

Kyuhyun membuka mata dan menatapnya.

"Benarkah?"

"Kau kembali bergelagat aneh dan membuatku khawatir kau akan kembali merusak dirimu seperti satu tahun setelah kelulusanmu. Namun melihat semua hal baik yang terus terjadi semenjak pernikahan kalian, aku mencoba menerima dan berbahagia karenanya. Berusaha tidak peduli dengan apa yang terjadi dibelakang itu semua atau apapun yang kalian berdua sembunyikan."

"Itu keputusan tepat."

"Benar. Untuk itu ceritakan semuanya padaku!"

"Ceritakan apa?"

"Semua. Semua yang tidak aku ketahui."

"Memangnya ada hal yang kau ketahui? Bukankah kau tidak tahu apa-apa?"

Kyuhyun bangkit dan turun dari ranjang.

"Ya! Cho Kyuhyun!"

Pria itu berjalan menghampiri pintu dan mengacuhkan sang noona yang masih setiap di tempatnya.

"Wae?"

"Kau berkata seperti itu dan membuatku memberitahu pendapatku tapi kau tidak menceritakan semuanya?"

"Untuk apa? Apakah itu penting?"

Ahra berdiri dan menghampirinya.

"Penting. Sebelum terlambat. Sebelum kau lenyap ditanganku."

"Ck. Kau tak akan tega menyakitiku."

Kyuhyun memajukan wajah dan mengecup pipi kiri Ahra lalu segera keluar dari kamar. Sedikit berlari hingga akhirnya berhenti setelah melihat sang istri yang menaiki tangga.

"Eoh? Aku berniat memanggil kalian."

"Benarkah? Apa makan malam sudah siap?"

"Ya. Mereka sudah menunggu."

"Kalau begitu tepat sekali. Aku sudah sangat lapar."

Dia menuruni tangga dan meraih tubuh istrinya.

"Ayo."

Makan malam di halaman belakang rumah keluarga Cho dimulai.

Suasana hangat tercipta saat semua orang menikmati hidangan seraya membicarakan banyak hal. Terkadang mereka tertawa karena cerita lucu Dongmin atau melihat tingkah menggemaskan dari Ju Hyeon dan Shinwa.

Sementara Ahra memilih untuk memperhatikan gerak-gerik sang adik lelaki dan adik ipar yang duduk dihadapannya.

Mereka sering melempar tatapan mesra atau sekedar memberi perhatian dengan menyuapi atau meletakan daging dan sayuran tambahan di piring satu sama lain.

Apa sebenarnya yang kedua manusia itu sembunyikan; pertanyaan yang memenuhi kepalanya saat ini.

Bisakah kalian membayangkan sesuatu yang buruk atau hal negatif lain saat melihat aura-aura kebahagiaan yang terpancar dari keduanya?


~TBC~
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar