Senin, 15 Agustus 2016

Time Machine #6

Author : Park Hye Ri a.k.a Reni Retnowati
Cast : Cho Kyuhyun, Park Hye Soo, Kim Jongwoon, etc.
Genre : Romance, Married Life.
Length : Chapter (14 chapters)

Happy reading `

*

Sudah cukup pagi ini.

Semua hal yang dimulai tadi malam sudah sangat cukup.

Walau dia sendiri merasa bingung dengan perasaannya.

Saat terpikir untuk menanyakan tentang foto itu, dia bisa menebak apa yang sekiranya akan diucapkan sang suami. Apapun itu, yang pasti bukan sesuatu yang menyenangkan untuknya.

Dan ternyata, benar. Memang bukan sesuatu yang menyenangkan, tapi ternyata rasa 'tidak menyenangkan' itu melampaui perkiraannya.

Melampaui kemampuan 'menanggulangi' rasa sakit hati yang sudah ia persiapkan sebelum bertanya.

Mulai merasa kesal karena tingkah Kyuhyun yang terkesan berusaha untuk menghindar dari pertanyaan, namun pria itu kemudian bersikap seperti penenang yang pada akhirnya memilih untuk menceritakan semuanya dengan alasan 'menyelesaikan masalah'.

Toh pada akhirnya yang tersisa hanya rasa sakit hati, bukan?

Penasaran? Tidak. Semua sudah terjawab.

Cemburu? Entah. Mungkin tidak. Karena memang kenyataannya yang saat ini berada di samping Kyuhyun bukan gadis itu melainkan dirinya.

Hanya sakit hati.

Kyuhyun sudah cukup menunjukkan jika gadis itu memang berhasil mengambil hampir 90% hatinya. Dan fakta jika Kyuhyun berubah menjadi pecandu alkohol juga karena gadis itu, menjadi penguat.

Jadi walaupun tanpa bertanya, bukankah sudah sangat jelas jika pria itu melamarnya bukan karena memiliki rasa suka atau cinta? Melainkan memerlukannya untuk melupakan Cha Yuram.

"Pesanan anda, nona."

Seorang pelayan yang membawa segelas frappe dan cake coklat pesanan Hye Soo menyadarkannya dari lamunan singkat.

Tepat setelah tiba di rumah tadi dia langsung mengatakan pada sang suami jika dia ingin keluar sebentar.

Bahkan sebelum pria itu memberikan ijin dia sudah lebih dulu meninggalkan rumah. Ingin menjauh sejenak.

Menghela nafas berat lalu meneguk frappe favoritnya.

Serasa memerlukan seseorang untuk mendengar keluh kesahnya saat ini. Tapi siapa? Young Me tengah berlibur dan dia tidak ingin mengganggu sang sahabat.

Ahra? Akan kacau jika sang kakak ipar mengetahui tentang pertengkaran mereka.

Dan sudah pasti tidak orang lain yang ia kenal di kota itu selain keluarga Kyuhyun. Dia tidak bekerja atau memiliki aktivitas di luar rumah jadi wajar jika dia tidak mendapat kenalan di sana.

"Tapi aku tidak ingin pulang."

Hye Soo mengacak pelan rambutnya.

Sempat terpikir untuk pergi ke pulau, toh dia membawa mobil sendiri.

Tapi, sama saja membawa masalah jika dia muncul di hadapan paman dan bibinya hanya sendiri tanpa Kyuhyun.

Pergi ke rumah rahasia Kyuhyun? Dia bahkan tidak mengingat jalan menuju rumah itu.

"Pikirkan saja nanti."

Dia segera melahap cake coklatnya; sedikit membantu menenangkan pikiran.

~

 "Heish, aku bodoh sekali."

Hye Soo merutuki dirinya seraya beberapa kali memukul setir mobil.

Mobilnya saat ini berada di pinggir jalan yang lengang dan jauh dari keramaian.

Sebelumnya dia berencana pergi ke sebuah danau.

Kyuhyun pernah bercerita tentang danau yang sering ia kunjungi dan berencana membawa sang istri pergi kesana.

Dan bodohnya Hye Soo berpikir pergi kesana saat ini adalah ide yang bagus. Memang akan bagus jika ia mengetahui jalanan menuju tempat itu.

Jika tidak? Maka tersesatlah yang akhirnya akan ia alami.

"Bukankah dia mengatakan akan ada sebuah kedai kecil disini?"

Kyuhyun hanya pernah mengatakan jika mengikuti jalanan yang ia sebutkan maka akan ada sebuah kedai kecil dengan jalanan bertapak di sampingnya. Danau itu berlokasi tidak jauh dari sana.

Sekarang saja dia tidak bisa menemukan kedai yang Kyuhyun maksud, lalu bagaimana bisa dia menemukan danaunya?

Haruskah dia bertanya? Lagi? Tiga kali sudah dia menyapa orang asing yang ia temui lalu bertanya pada mereka.

Entah memang dirinya yang terlalu lama menyerap informasi atau informasi yang mereka berikan salah hingga dia tersesat seperti ini?

Hari sudah sore, hampir pukul 5. Jika dia tidak segera mencari jalan keluar -yang dalam kasus ini adalah jalan pulang- maka dia bisa tertahan di tempat itu hingga malam.

Tidak ada peta. Tidak ada ponsel -karena lowbatt-. Tidak ada orang yang lalu lalang. Tidak ada yang bisa menolongnya.

Dan lebih dari itu semua adalah bahan bakar mobilnya yang mulai menipis karena terlalu lama digunakan untuk berputar-putar sedari tadi.

Maka silahkan nikmati malammu disana, Park Hye Soo.

~

"Apakah dia berniat kembali memancing pertengkaran denganku? Haruskah di saat waktu hampir pukul 9 malam seperti ini dia masih berkeliaran di luar?"

Kyuhyun terus berjalan mengitari teras rumah seraya menggerutu ria (?). Sudah lebih dari 3 jam dia menunggu disana, menunggu sang istri.

Wanita yang pergi sejak siang hari dan belum kembali hingga sekarang. Wanita yang tidak dapat dihubungi sedari tadi karena ponselnya tidak aktif. Wanita yang ia tidak tahu keberadaannya dimana.

"Ayolah, Hye. Kau dimana?"

Terus berusaha menghubungi wanita itu bahkan hingga ponselnya lowbatt dan akhirnya mati.

"Lihat saja jika aku menemukanmu."

Dia berniat berlalu ke dalam untuk mengambil kunci mobil dan pergi mencari sang istri sebelum suara mobil terdengar memasuki pekarangan rumah megahnya; mobil milik orang yang ia tunggu sedari tadi.

Dia memilih diam berdiri di ambang pintu, menyilangkan kedua tangan.

Menunggu sang istri keluar dari mobil hitamnya, menunggu apakah wanita itu berani menampakkan diri atau tidak.

Setelah menunggu sekitar dua menit Hye Soo terlihat turun dan berjalan menghampirinya. Berjalan dengan langkah pelan dan ragu. Dia juga terlihat beberapa kali mencoba memandangnya.

"Aku pikir kau lupa jalan pulang."

Hye Soo berdiri dihadapannya, menunduk dan terdiam. Sadar dengan kesalahannya mungkin.

"Kemana saja kau? Aku tidak memberi ijin untukmu pergi bahkan hingga selarut ini dengan ponsel dalam keadaan mati, Park Hye Soo."

"Maaf. Ponselku lowbatt dan aku tersesat tadi, karena itu aku pulang terlambat."

"Karena itu aku tidak memberimu ijin untuk keluar, bukan? Kau masih belum mengenal kota ini, sangat besar kemungkinanmu untuk tersesat."

"Aku tahu, maaf."

"Berhenti berkata maaf dan angkat wajahmu, lihat aku saat aku tengah berbicara."

Wanita itu menggigit bibir dan mengangkat wajahnya perlahan, menatap sang suami yang tengah menahan untuk tidak membentaknya itu.

"Kau sengaja ingin membuatku marah? Kau ingin kita terus berselisih seperti ini?"

"Lalu bisakah kau menuruti setiap perkataanku?"

Lanjutnya saat istrinya itu merespon dengan gelengan.

"Aku hanya ingin pergi agar bisa menjauh sebentar darimu."

"Aku tidak peduli dengan keinginanmu untuk menghindariku. Tapi pergi saat hubungan kita sedang tidak baik seperti ini membuatku selalu berpikiran buruk."

"Memikirkan kemana kau pergi saat tidak ada orang yang bisa kau datangi disini selain keluargaku, memikirkan jika kau tersesat lalu bertemu orang yang hendak berniat jahat atau mengalami kejadian tidak mengenakkan lainnya. Kau tidak memikirkanku yang setengah mati berusaha untuk menghilangkan semua prasangka buruk itu?"

Kyuhyun berusaha mengendalikan nada bicaranya. Berusaha agar tidak semakin meninggi dan membuat wanita yang kembali menunduk dihadapannya itu takut.

"Kau sama sekali tidak memikirkan bagaimana keadaanku? Atau kau berpikir aku akan biasa saja, acuh dan tidak khawatir saat kau menghilang seperti ini?"

"Berhenti diam dan hanya menggeleng, Hye ! Katakan sesuatu !"

Tingkah wanita itu bukannya menenangkan justru semakin membuatnya emosi.

"Kau tahu aku bosan harus terus menerus berdebat denganmu selama beberapa hari ini. Tidak bisakah kita benar-benar berbaikkan dan berhenti berselisih?"

Kyuhyun menarik tangan Hye Soo, sedikit menyentak agar dia menatapnya.

"Kau bisa mendengarku? Kau mengerti apa yang ku katakan?"

Mengucapkan setiap kata dengan perlahan.

Sedang yang ditatap hanya terus diam, menunduk dan mulai terisak.

Membuat sang suami hanya dapat menghela nafas.

Dia lalu mengambil kunci mobil di tangan Hye Soo, mendekat lalu mencium kepala wanita itu.

"Aku akan keluar, aku tidak ingin hilang kendali dan semakin membentakmu. Masuklah cepat, bersihkan tubuhmu lalu makan malam."

Pria itu berjalan menjauh setelah mengusap pelan kepala istrinya yang masih mematung.

~

Sekarang giliran Hye Soo yang merasa tidak tenang karena Kyuhyun masih belum kembali sejak dua jam yang lalu.

Berniat membalasnya kah? Atau pria itu terlalu menikmati kegiataannya sekarang dan lupa dengannya?

"Atau dia pergi ke club?"

Jangan sampai. Jangan sampai pria itu kembali mengunjungi tempat-tempat seperti itu.

Hye Soo menarik selimut hingga menutupi kepalanya.

Merasa memang ada yang salah.

Beberapa hari ini mereka selalu berdebat, bukan perdebatan kecil yang memang selalu mereka lakukan melainkan perdebatan yang mengarah ke pertengkaran; membuat hubungan mereka menjadi tidak terlalu baik.

Jika dipikir lagi siapa yang mengawali semua masalah ini?

Kyuhyun? Tapi pria itu hanya akan merasa kesal saat sesuatu tidak berjalan dengan keinginannya, semisal saat ia mengetahui jika sang istri berbohong. Wajar bukan jika dia melampiaskan amarah?

Hye Soo kah? Mungkin. Dia yang dari awal bersedih karena mengingat masa lalunya karena Young Me, lalu berbohong mengatakan jika dirinya baik-baik saja sementara kenyataannya tidak.

Lalu masalah Cha Yuram? Tidak sepenuhnya salahnya, dia hanya bertanya dan berniat ingin tahu. Tapi sikap Kyuhyun yang seakan berniat menutupi membuatnya merasa kesal dan akhirnya memancing pertengkaran dengan pria itu.

Jika begini maka kesalahan berasal dari mereka berdua. Bukan hanya dari Kyuhyun atau darinya.

Terasa ada sedikit pergerakan dari ranjang yang Hye Soo tempati, seperti ada yang menaikinya.

Kyuhyun kah? Dia bahkan tidak mendengar suara mobil atau pintu yang terbuka tadi.

Hye Soo memilih tetap diam dan membiarkan tubuh serta kepalanya tertutupi selimut.

Hingga tangan pria yang memang Kyuhyun itu menyikap sedikit selimutnya, mengecup singkat kening wanita yang tengah berpura-pura memejamkan mata itu.

Namun karena suara yang terdengar seperti rintihan saat Kyuhyun mengecup keningnya, membuat Hye Soo reflex membuka mata.

Membuat sang suami sedikit terkejut namun tersenyum kemudian.

"Selamat malam. Maaf membangunkanmu."

Pria itu mengusap pelan pipinya.

Walaupun keadaan kamar cukup gelap tapi mata Hye Soo masih cukup tajam untuk menangkap sesuatu yang aneh di wajah Kyuhyun.

Tangan kanannya lalu bergerak menyalakan lampu di samping ranjang dan akhirnya dapat menangkap jelas wajah suaminya.

Memar?

"Wajahmu?"

Ada memar di sudut bibir, pelipis serta ujung matanya.

"Sayang."

Dia merintih saat Hye Soo menyentuh bibirnya.

"Ada apa? Kenapa wajahmu memar seperti ini?"

"Tidak apa. Kau tidurlah lagi."

Kyuhyun berniat meminta sang istri yang sudah duduk itu untuk kembali tidur.

"Kau berkelahi? Kau pergi ke club?"

"Tentu saja tidak. Aku sudah berjanji padamu untuk tidak pergi ke club lagi."

Berusaha menghentikan tangan Hye Soo yang terus bergerak hendak memeriksa wajahnya.

"Kau tidurlah lagi. Aku baik-baik saja."

"Aku akan ke dapur. Tunggu disini."

Tanpa menghiraukan permintaan pria itu, Hye Soo bergegas turun dari ranjang dan berlari keluar kamar. Membiarkan sang suami mendengus karenanya.

~

"Aku baik-baik saja. Bisakah kau berhenti menangis? Melihat air matamu justru membuatku merasa sakit."

Hye Soo tetap diam. Fokus mengobati luka di wajah sang suami, dia sadar jika sedari tadi air mata terus mengalir di pipinya.

Tidak peduli jika pria itu terus mengatakan ia baik-baik saja dan memintanya untuk berhenti menangis.

Biar saja. Anggaplah itu hukuman untukmu, Cho Kyuhyun. Setelah berhasil membuat istrimu khawatir kau justru pulang dengan keadaan wajah memar seperti itu. Tidak ada istri yang akan tersenyum baik-baik saja ketika melihat keadaan suaminya yang sepertimu.

"Park Hye Soo."

Kyuhyun menyentuh kedua tangan istrinya, berniat menghentikan kegiatan wanita itu yang masih berkutat di wajahnya.

"Jauhkan tanganmu. Jangan menyentuhku."

"Ayolah. Tidak perlu seperti ini. Aku baik-baik saja."

"Aku tidak berpikir wajah memarmu ini baik-baik saja."

"Baiklah. Aku tidak baik-baik saja. Tapi kau sudah mengobatiku kan? Jadi bisakah kau tenang dan menghentikan tangisanmu?"

Tangannya kembali terulur dan mengisap titik-titik air di pipi sang istri. Membuat wanita itu akhirnya berhenti.

"Apa yang terjadi? Apa yang kau lakukan di luar tadi?"

"Tidak ada. Hanya berkeliling sebentar."

"Dan ke club?"

"Sudah ku katakan aku tidak pergi kesana! Kenapa kau terus mengatakan itu?"

"Hanya di tempat itu kau bisa mendapat luka seperti ini."

"Kau ingin kembali mengajakku berdebat?"

"Aku tidak mengajakmu berdebat dan aku tidak pernah melakukannya. Aku hanya bertanya."

Kyuhyun mendengus, mendapati sang istri kembali tidak menuruti perkataannya.

Begitu pula Hye Soo. Mendengus saat menyadari sang suami yang kembali mengalihkan pembicaraan dari pertanyaannya ke masalah perdebatan.

Wanita itu memindahkan peralatan yang ia gunakan untuk mengobati wajah Kyuhyun dari atas ranjang ke meja di samping tempat itu.

"Hey."

Pria itu lalu menarik pelan tangannya. Meminta agar kembali duduk menghadapnya.

"Aku tadi berniat membeli kue dan es krim untukmu. Kau tahu kan kedai kecil di dekat taman yang sering kita lewati? Aku melihat ada gadis pelajar yang dihadang beberapa pria yang tengah mabuk disana. Karena merasa kasihan aku berniat menolong gadis itu dan inilah hasil yang aku dapatkan. Beruntung beberapa orang datang setelahnya jadi mereka tidak lagi mengganggu gadis tadi."

"Benarkah?"

"Sekarang kau percaya padaku? Aku bahkan tidak mabuk, jadi tidak mungkin aku pergi ke club dan mendapat luka ini disana."

Hye Soo mengangguk dan membiarkan sang suami menangkup wajahnya.

"Apa kita sudah berbaikkan?"

"Molla."

"Hey, kenapa jawabanmu seperti itu?"

"Molla."

"Park Hye Soo-."

Kyuhyun sedikit mengernyit ketika merasakan perih di sudut bibirnya. Membuat sang istri juga melakukan hal yang sama, seakan ikut merasakan sakitnya.

"Baiklah, kita berbaikkan. Berhenti bicara, biarkan lukamu mengering."

Pria itu kembali merintih karena tanpa sadar menarik sudut bibirnya untuk tersenyum saat mendengar perkataan sang istri.

"Apa aku harus terluka seperti ini dulu agar kita bisa berbaikkan?"

"Tidak. Bukan begitu."

"Justru aku berniat kembali marah saat melihat keadaanmu."

"Lalu kenapa kau bersedia berbaikkan dengan ku sekarang?"

"Aku menyadari kesalahanku dan aku seharusnya tidak mengabaikanmu seperti tadi."

"Mengabaikan dan membiarkanku tidak tenang dan panik sendirian disini."

"Maaf."

"Aku memaafkanmu. Sekarang berjanjilah untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, aku juga akan berjanji padamu."

"Baiklah."

Kyuhyun tersenyum, membuat sang istri melakukan hal yang sama.

Lalu mulai mendekat dan meraup bibir wanita itu. Tidak memperdulikan rasa nyeri yang kembali muncul karena bersentuhan dengan bibir istrinya.

"Sakit?"

Dia sedikit menarik wajah setelah melepaskan pagutannya.

"Tidak."

Menikmati usapan Hye Soo di kepala dan wajah.

"Kau sudah makan malam?"

"Sudah. Saat kau pergi tadi."

Kyuhyun membenarkan letak bantal yang dipakai sang istri.

Memposisikan diri di samping wanita itu dengan menopang kepala.

"Kalau begitu sekarang saatnya kita tidur."

"Tapi kau juga tidak melewatkan makan malam, kan?"

"Tidak."

"Tidak salah lagi."

"Aku tidak berselera untuk makan apapun saat kau tidak ada disampingku."

"Lalu ingin ku buatkan sesuatu sekarang?"

"Aku tidak lapar."

Kyuhyun menjatuhkan kepalanya ke ceruk leher sang istri. Mencari posisi nyaman untuk beristirahat.

"Aku hanya ingin tidur."

"Hm. Tidurlah."

Wanita itu mengusap punggungnya dengan pelan. Memahami kebiasaan baru Kyuhyun; tidur dalam pelukannya.

"Tidurlah yang nyenyak."

Mengucapkan kalimat yang seharusnya ia ucapkan untuk dirinya sendiri.

Saat hampir selalu terjaga selama beberapa hari ini tanpa bisa memejamkan mata sedikitpun.

Ada yang mengganggu pikirannya, yang membuatnya terkadang jadi lebih sensitif atau terlalu protektif pada sang suami.

"Berjanjilah untuk tetap di sampingku, Kyu."

Mengusap kepala Kyuhyun yang tengah sibuk dengan dengkuran halus dan nafas teraturnya.


~TBC~
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar