Senin, 15 Agustus 2016

Time Machine #4

Author : Park Hye Ri a.k.a Reni Retnowati
Cast : Cho Kyuhyun, Park Hye Soo, Kim Jongwoon, etc.
Genre : Romance, Married Life.
Length : Chapter (14 chapters)

Happy reading `

*

"Aku akan pergi membeli bahan-bahan untuk memasak."

Hye Soo dan Hani tengah memeriksa bahan apa saja yang habis di dapur agar dapat di beli sekarang.

"Kau akan pergi sendiri, Hye? Bukankah kau akan membeli banyak bahan?"

"Ya, oppa. Hani harus mengantar Daehyun dan Minre pergi ke klinik, bukan? Hari ini jadwal pemeriksaan rutin mereka."

Hye Soo menatap Kangin yang sibuk memperbaiki mainan anak-anak yang sedikit rusak.

"Jika tidak keberatan aku bisa membantunya."

Kyuhyun yang kebetulan berada disana memberanikan diri menawarkan bantuan.

"Eoh, itu akan sangat membantu. Benarkan, oppa?"

Hani mendadak memberikan tatapan aneh pada Kangin yang dibalas dengan tatapan tak kalah aneh dari pria itu.

Sangat mencurigakan bagi Hye Soo.

"Benar. Kami akan sangat senang jika kau bersedia menemaninya, Kyuhyun-ah."

Hye Soo hanya menatap Kangin sekilas lalu berdiri dan membawa keranjang untuknya berbelanja.

"Aku pergi dulu."

"Jangan terlalu terburu-buru, Hye Kyuhyun-ah."

"Baiklah, hyung."

~

"Kau tidak keberatan jika menungguku disini? Ada yang ingin aku ambil di dalam."

Mereka berada di depan restoran milik paman dan bibi Hye Soo. Tepat setelah selesai dengan urusan beli-membeli, Hye Soo mengajaknya kemari. Seperti yang ia katakan-  sesuatu yang hendak ia ambil.

Kyuhyun mengangguk dan memperhatikan Hye Soo yang memasuki restoran. Dia lalu duduk di sebuah kursi panjang nan lebar yang berada di depan restoran, sedikit merehatkan tubuhnya.

"Eoh, selamat datang, tuan. Silahkan masuk ke dalam."

Seorang pria paruh baya yang terlihat hendak masuk ke restoran berhenti dan menyapanya. Sepertinya dia pemilik restoran sekaligus paman dari Hye Soo.

"Ah tidak, terima kasih, ajushi. Aku sedang menunggu Hye Soo."

Ucapnya ramah.

"Hye Soo? Apa kau pengurus panti?"

"Tidak, aku dari kota dan kebetulan berkunjung kemari. Dan sekarang aku tengah membantu Hye Soo membeli bahan-bahan untuk di panti."

"Ah, benarkah? Kalau begitu masuklah sebentar, kami akan menyediakan makanan untukmu. Tamu panti juga menjadi tamu kami."

Kyuhyun tersenyum. Pria itu sangat ramah padanya, membuatnya segan untuk menolak. Beruntung disaat yang bersamaan Hye Soo akhirnya muncul dari dalam restoran.

"Samchon."

"Kau kenapa membiarkan tuan muda ini menunggu diluar? Seharusnya kau mengajaknya masuk dan menyediakan makanan."

"Ah, maaf, samchon."

Gadia itu tersenyum canggung dan menatap Kyuhyun yang juga menatapnya.

"Tidak perlu bersusah payah, ajushi. Aku akan berkunjung kemari lain kali. Aku tidak ingin menyusahkan kalian."

"Kami sama sekali tidak merasa keberatan, tuan. Kami justru senang karena ada tamu di pulau ini. Silahkan masuk."

Paman Hye Soo yang tersenyum lalu membukakan pintu membuat Kyuhyun tidak berani menolak dan akhirnya menurut untuk ikut masuk ke dalam.

~

"Maaf membuatmu jadi harus bertahan di restoran tadi."

"Tidak. Aku justru merasa senang karena sambutan ramah dari pamanmu."

Kyuhyun menyeimbangkan langkahnya dan Hye Soo saat menyusuri pinggir perairan setelah selesai dengan jamuan kecil dari paman dan bibi gadis itu yang sangat antusias dengan kehadirannya.

"Warga disini memang sangat terbuka pada tamu yang datang. Mereka tidak akan segan untuk mengundangmu bermalam dan beristirahat dirumah mereka saat kau melintas."

"Benarkah? Sepertinya aku akan sering melintas dirumah warga lain kali."

"Hm, ide bagus."

Kyuhyun mencuri pandang pada Hye Soo yang terkekeh dengan kalimatnya.

Dilihat dari jarak dekat seperti ini membuat gadis itu tampak lebih cantik. Bahkan tidak terlihat sedikitpun raut kesedihan diwajahnya seperti yang dikatakan Kangin.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu, tapi aku rasa kau tengah memiliki masalah yang membuat perasaanmu menjadi buruk. Sama sepertinya. Dulu Hye Soo akan selalu datang bersama sahabatnya Young Me atau Jongwoon-kekasihnya. Dia biasanya akan datang dua atau tiga hari sekali, tapi beberapa bulan ini dia selalu datang hampir tiap hari bahkan bermalam. Aku tahu jika dia tengah berusaha menghilangkan kesedihannya karena kekasihnya pergi menghilang tanpa memberi kabar apapun."

"Benar-benar menghilang?"

"Yang aku dengar pria itu mengirim sebuah undangan pernikahan padanya. Padahal sebelum ia pergi ia sempat melamar Hye Soo dihadapan paman dan bibinya. Tapi tiba-tiba saja pria itu meninggalkan dan mengkhianatinya."

"Lalu, hyung?"

Dia mengikuti Kangin yang menatap Hye Soo yang sesekali tertawa di dalam sana.

"Kami tahu dia pasti sempat terpuruk beberapa saat. Karena itu saat ia datang kemari kami akan berusaha menghibur dan membuat perasannya membaik, walaupun dia terkadang hanya tersenyum atau tertawa agar membuat orang-orang disampingnya merasa tenang dan menutupi kesedihannya. Aku merasa kasihan pada gadis itu. Gadis baik, ramah dan berhati lembut sepertinya harus mengalami hal seperti ini."

"Kyuhyun-ssi? Kyuhyun-ssi."

Sentuhan di lengan membuat Kyuhun tersadar dari kegiaatan mengingat perkataan Kangin tempo hari. Dan dia mendapati Hye Soo tengah menatapnya aneh saat ini.

"Ah, maaf. Aku melamun."

"Benarkah? Tapi kau baik-baik saja, bukan?"

"Ya, Hye Soo-ssi. Aku baik-baik saja."

"Baiklah. Ayo kita masuk."

Kyuhyun baru menyadari jika mereka sudah berada di depan panti saat ini.

"Baiklah. Ayo."

~

Sudah lebih dari seminggu Kyuhyun tinggal di panti. Keadaannya semakin membaik dan dirinya semakin dekat dengan semua penghuni disana. Dan juga dekat dengan Hye Soo tentunya. Dia bahkan terkadang tidak ragu untuk menanyakan keberadaan gadis itu pada Kangin.

Kyuhyun juga beberapa kali mengunjungi restoran paman dan bibi Hye Soo dan seakan menjemput gadis itu saat hendak mengunjungi panti.

Dia merasa sangat bahagia dan terkadang merasa gugup jika berdekatan dengan Hye Soo. Tapi ada perasaan gelisah jika gadis itu tidak terlihat di matanya. Apa dia menyukainya?

Heol, mana mungkin. Tidak mungkin seorang Cho Kyuhyun jatuh cinta pada gadis yang baru ia kenal beberapa hari saja.

Lagipula masih ada gadis lain yang berkeliaran dipikirannya. Gadis lain yang selama beberapa tahun ini membuatnya berubah bak orang yang kehilangan kewarasan. Gadis yang membuatnya patah hati atau mungkin lebih tepatnya mengkhianatinya beberapa tahun yang lalu, gadis yang memberikan kenangan berupa prom night yang sangat buruk baginya.

Terkadang saat teringat atau memikirkan gadis itu membuat Kyuhyun berusaha mencari cara agar gadis itu menghilang dari pikirannya dengan cara mendekati Hye Soo dan berbincang dengannya.

Terdengar seperti sebuah pelarian bukan?

Dan apakah karena memang dia benar-benar menyukai Hye Soo atau justru gadis masa lalunya yang semakin sering muncul dan menghantui pikiran yang membuatnya dengan nekat meminta Hye Soo menikah dengannya saat mereka berdua tengah menyusuri pinggiran pulau?

Sebuah tindakan gila.

Yang semakin bertambah tingkat kegilaannya karena Hye Soo memberikan jawaban berupa "aku bersedia menikah denganmu" padanya.

Apakah ini karena rasa kasihan? Atau justru hanya sama-sama sebuah pelarian?

~FLASHBACK END~

"Kau menerimanya begitu saja? Kau bahkan baru mengenalnya seminggu. Apa paman dan bibi memberikan persetujuan? Kau tidak berpikiran negatif pada pria asing yang tiba-tiba saja muncul di pulau itu dan bahkan dalam keadaan mabuk? Bagaimana jika dia bukan pria baik-baik?"

"Young-ah."

Hye Soo menyentuh tangan Young Me disampingnya.

"Setidaknya selama lima bulan ini dia memperlakukanku dengan baik. Bahkan semakin lama semakin membaik dan aku semakin merasa nyaman dengannya."

Dia menatap dan berusaha memberikan ekspresi bahwa "aku baik-baik saja dan bahagia" pada sang sahabat.

"Tapi apa kau ingat apa perasaan atau alasanmu saat menerima lamarannya?"

"Entahlah. Aku hanya merasa nyaman berada didekatnya dan aku rasa dia dapat membantuku melupakan Jongwoon oppa."

"Lalu apa sekarang berhasil? Kau berhasil melupakan Jongwoon oppa?"

"Belum sepenuhnya. Tapi aku yakin akan berhasil, dia dan keluarganya menerima dan memperlakukanku dengan sangat baik."

"Benarkah?"

Dia menatapnya dalam.

"Kau tidak akan menyesali apapun bukan? Aku akan benar-benar mendukung apapun keputusanmu."

"Tidak akan. Percayalah padaku. Aku yakin akan bahagia bersamanya."

"Baiklah, aku percaya padamu."

Young Me sekali lagi memeluk Hye Soo. Tidak menyadari jika semua hal serumit itu terjadi di kehidupan sang sahabat.

"Kita akan selalu berkomunikasi dan aku harap aku akan sering kemari dan menemuimu. Katakan semua masalahmu jika kau memilikinya. Aku tetap sahabat terbaikmu, bukan?"

"Tentu saja, Young. Tentu saja. Terima kasih, eoh?"

"Hm."

~

"Kenapa lama sekali? Kau mengatakan hanya tiga jam, bukan?"

Kyuhyun menghadang di depan pintu ketika sang istri kembali ke rumah. Ini bahkan hampir sore dan dia baru saja pulang?

"Kau melanggar janjimu, eoh?"

"Maaf, aku benar-benar rindu pada Young Me dan tidak menyadari jika kami terlalu lama mengobrol."

"Kau tahu kau harus menebus kesalahanmu, bukan?"

Kyuhyun memajukan wajah dan menatap tajam sang istri. Sebelum tatapannya berubah ketika tanpa sengaja mengawati wajah Hye Soo.

"Matamu terlihat sedikit membengkak dan hidungmu memerah."

Perkataan yang berhasil membuatnya menahan nafas. Untuk kedua kalinya pria itu mencurigainya karena wajahnya yang sedikit aneh dan terlihat seakan baru saja menangis (memang nyatanya dia baru saja menangis, bukan?).

"Kau baru saja menangis, kan?"

"N-ne?? Apa maksudmu? Kenapa tiba-tiba aku menangis?"

"Hey, jangan berusaha membodohiku. Kau pikir aku tidak curiga setelah tadi malam aku mendapati wajah yang sama seperti ini? Kau menangis lagi setelah tadi malam, bukan?"

"Anni. Berhentilah menggangguku, aku lelah."

Berusaha menipu dengan nada ketusnya dan sedikit berusaha menggeser tubuh pria yang menghalanginya itu.

"Aku serius, Park Hye Soo."

Dengan sedikit kekuatan Kyuhyun menahan dan menarik lengan sang istri. Sedikit membuatnya merasa kesakitan.

"Jangan berbohong. Kau tahu aku tidak suka jika kau menyembunyikan sesuatu dariku."

Kalimatnya penuh penekanan. Apa dia mulai merasa kesal?

"Tapi aku tidak berbohong."

Suara Hye Soo justru melirih ditambah dengan wajahnya yang menunduk.

"Aku tidak akan terpengaruh, nyonya Cho. Aku tidak akan melepaskanmu sebelum kau mengatakan kenapa kau menangis."

"Aku tidak menangis !"

"Dan aku tidak percaya itu !"

Sama-sama bersikeras. Mereka bahkan saling terdiam dan melempar tatapan sekarang.

"Kau masih tidak bisa terbuka padaku? Bahkan setelah beberapa bulan kita menikah? Aku tahu aku memang pria asing yang tiba-tiba saja mengajakmu menikah. Tapi kau juga menerimanya, itu berarti kau mengijinkan ku untuk masuk dalam kehidupanmu."

Dia bukannya semakin marah tapi justru menampilkan ekspresi sedihnya sekarang?

"Bukan seperti itu. Hanya saja-"

"Hanya saja kau tidak percaya padaku dan masih menganggapku sebagai orang asing?"

Dia terus mengatakan kalimatnya dengan penuh penekanan.

Baiklah, Cho Kyuhyun benar-benar kesal saat ini.

"Setidaknya aku ingin kau menghargai keberadaanku dan menganggapku berarti. Dengan jujur mengatakan jika kau menangis tanpa harus mengatakan alasannya sudah cukup membuatku tenang. Tidak bisakah kau seperti itu?"

"Dan tidak bisakah kau percaya padaku? Aku sudah mengatakan aku tidak menangis. Tidak ada sesuatu atau alasan yang dapat membuatku menangis akhir-akhir ini. Lalu apakah aku tetap menangis bahkan tanpa alasan?"

Dia tidak bisa dianggap remeh. Semakin hari kemampuannya melawan kata-kata Kyuhyun semakin membaik.

Cukup membuat pria itu terdiam.

"Baiklah. Jika itu katamu."

Dia hanya menatap matanya dan kemudian pergi menjauh.

Meninggalkan sang istri yang hanya bisa tertunduk lesu.

Kenapa harus ada pertengkaran saat perasaannya sedang buruk seperti ini?

~

Kyuhyun bahkan tidak keluar dari perpustakaan setelah perdebatan kecilnya dengan sang istri tadi.

Dia juga sama sekali tidak menanggapi saat Hye Soo memanggilnya untuk makan malam.

Bukankah disini tidak ada yang bersalah? Hanya sifat mereka yang sama-sama keras kepala yang menjadi masalah.

Tidak ada pilihan lain. Hye Soo yang harus mendatangi dan menyapa pria itu lebih dulu. Dia harus memahami sifat kekanakan sang suami yang tidak mau mengalah.

Suara pintu yang terbuka sedikit mengalihkan Kyuhyun dari buku tebal ditangannya hingga dia kembali serius karena sudah dapat menebak siapa yang memasuki perpustakaan kecil dirumahnya itu.

"Oppa."

Benar. Siapa lagi jika bukan sang istri yang saat ini sudah berada disampingnya.

"Kau masih marah padaku?"

Sama sekali tidak berpaling dari bukunya. Tidak tertarik untuk merespon.

"Oppa."

Dia memberanikan diri menyentuh lengan Kyuhyun dan berhasil membuatnya menoleh walau tetap dengan ekspresi datar nan tajam.

"Kau... masih marah padaku?"

Suaranya terdengar lirih dan ragu.

"Apa kau berpikir aku sedang marah?"

"Kau memang tengah marah, bukan?"

"Kau merasa takut atau khawatir saat aku marah?"

"Tentu saja."

Matanya bahkan mulai terlihat sayu sekarang.

"Lalu kenapa kau masih melakukan sesuatu yang dapat membuatku marah?"

Satu kalimat yang berhasil membuat wanita itu terdiam.

"Maaf."

"Apa kau merasa bersalah?"

Dia mengangguk dengan wajah sendu.

"Itu berarti kau tahu apa kesalahanmu?"

"Aku berbohong padamu.

"Jadi kau mengakui jika kau berbohong?"

Dia lagi-lagi mengangguk dan membuat sang suami mendengus kesal.

"Maaf."

"Sudahlah, berhenti mengatakan itu. Aku tidak suka mendengarnya."

Tetap dengan nada ketus Kyuhyun mengalihkan pandangan dan kembali fokus ke bukunya.

"Tapi berhenti mengacuhkanku."

"Lalu apa yang kau inginkan sekarang?"

"Hanya berhenti diam dan mengacuhkanku. Aku tidak suka."

Nada bicara Hye Soo semakin lama semakin melirih, menunjukkan jika dirinya bisa menangis kapan saja.

"Heish."

Dengan sedikit malas Kyuhyun menutup buku dan meletakkan benda itu ke meja, lebih tepatnya sedikit membanting.

Lalu merubah posisi duduknya agar menghadap sang istri.

"Kau tahu aku juga tidak bisa diam dan mengacuhkanmu. Aku hanya merasa kesal karena kau berbohong."

"Aku tahu. Karena itu aku meminta maaf."

"Aku hanya ingin kau lebih terbuka dan jujur. Apa kau tahu perasaanku saat mengetahui ada hal yang kau sembunyikan? Kau menunjukkan jika kau tidak percaya padaku."

"Bukan. Aku percaya padamu."

"Lalu?"

"Hanya..."

Dia perlahan menghindari tatapan pria itu.

"Kau bahkan tidak bisa menjawabnya. Lalu apa salah jika aku kesal dan marah seperti ini?"

"Tidak."

"Jadi aku bukannya marah tanpa alasan."

Kyuhyun mengulurkan tangan dan menyampirkan anak rambut Hye Soo ke belakang telinga.

"Aku tahu."

"Sekarang apa yang harus kau lakukan?"

"Meminta maaf?"

"Kau sudah melakukannya."

"Berjanji untuk tidak menyembunyikan apa-apa lagi?"

"Baiklah. Lalu?"

"Lalu?"

Dia menatapnya heran.

"Kau tidak ingin memberitahu apa yang kau sembunyikan?"

"Ah, i-itu? Hmm, haruskah?"

Tingkahmu bahkan sudah cukup mencurigakan, Park Hye Soo.

"Entah. Itu terserah padamu. Saranku akan lebih baik jika kau mengatakannya, jika tidak aku tidak menjamin aku akan memaafkanmu."

Kyuhyun berbalik dan menatap kumpulan buku yang berada disampingnya. Menyentuh seakan memilih-milih buku mana yang hendak ia baca.

Terus memilih tanpa memperdulikan sang istri yang tengah menarik-narik kaos bajunya.

"Apa lagi?"

Dia berhenti dan kembali berbalik menghadap wanita itu.

"Jika tidak ada yang ingin kau katakan lagi lebih baik pergilah tidur. Aku ingin sendiri disini."

Hye Soo tidak bergeming. Dengan wajah menunduk dan tangan yang masih memegang ujung kaos Kyuhyun.

"Apa? Jangan diam saja."

"Berhenti marah."

"Tingkahmu yang seperti ini justru semakin membuatku kesal."

Perkataanmu tak cukup kuat untuk membuatnya jera dan menjauh, tuan Cho.

"Arraseo. Aku tidak marah lagi. Sekarang pergilah tidur."

"Tidak sebelum kau makan sesuatu."

Dia menatapnya dengan mata berbinar.

"Aku tidak lapar."

"Kalau begitu aku tidak akan tidur."

"Baiklah. Terserah."

Apa ini?

Usia mereka bahkan melebihi kepala dua tapi tingkah mereka tak lebih dewasa dari anak yang berusia setengah dari usia sepasang suami istri ini.

~

Sama-sama bertahan dengan sifat keras kepala mereka, Kyuhyun tetap fokus pada bukunya.

Sementara sang istri, dengan kepala yang beberapa kali hampir terantuk meja masih setia menunggunya disana.

Tidak peduli jika rasa mengantuk yang sangat sudah mendera sedari tadi, hanya ingin memastikan pria menyebalkan dihadapannya itu memakan sesuatu karena semenjak kembali tadi dia tidak mendapati sang suami mengisi perutnya dengan makanan apapun.

Beberapa nama makanan yang ditawarkannya sedari tadi pun tidak mendapat respon apa-apa dari Kyuhyun. Pria itu hanya terus menatap dan memandangi kertas berisi tulisan-tulisan dihadapannya.

"Makanlah sesuatu."

"Sedikit saja."

Kalimat itu sepertinya sudah lebih dari sepuluh kali terdengar di telinga Kyuhyun. Suaranya bukan semakin nyaring melainkan semakin lirih dan mengecil.

"Sudah ku katakan aku tidak lapar, Hye !"

Mulai merasa bosan dan kembali kesal, dia menoleh kesamping; berniat menatap sang istri yang ternyata sudah menyandarkan kepala ke meja. Tertidurkah dia?

"Kau tidur? Haish."

Dia meletakan buku dan mengalihkan rambut yang menutupi wajah Hye Soo.

"Kau memang bodoh, eoh? Kau tahu semua bujukanmu itu akan sia-sia padaku."

Kyuhyun sedikit merubah posisi tubuh sang istri; berniat membawanya ke kamar.

"Jangan bergerak, aku akan membawamu ke kamar."

"Ahh, shireo."

Wanita itu bahkan masih bisa menggerakkan tubuhnya; menolak apa yang hendak dilakukan sang suami.

"Kau sebenarnya tidur atau tidak? Aku ingin membawamu ke kamar agar kau bisa tidur disana."

"Tidak sebelum kau makan sesuatu atau pergi tidur bersamaku."

Wanita itu menggunakan tangan kanan sebagai pengganjal kepala dan menghadapakan wajah ke arah kiri; berlawanan dari posisi Kyuhyun.

Dia mengigau atau memang benar-benar masih tersadar?

"Baiklah. Aku juga akan tidur sekarang. Kau puas?"

"Hm. Pergilah ke kamar. Aku akan membawakan segelas air."

Dengan tiba-tiba dia bangun dan berjalan gontai mendekati pintu lalu keluar dari sana.

Meninggalkan suaminya yang melongo heran. Wanita itu baru saja menipunya dengan berpura-pura tertidur disana? Pintar sekali.

Dia tahu jika dirinya tidak akan tega melihatnya tersiksa dengan tidur dalam posisi duduk seperti tadi.

"Aku benar-benar akan membalasmu, nyonya Cho."

~

Suara gaduh yang sepertinya berasal dari dapur sedikit mengganggu tidur nyenyak Kyuhyun. Membuatnya dengan berat hati membuka sedikit kedua mata yang langsung disambut oleh sinar matahari dari celah-celah jendela.

Tangan kirinya reflek bergerak untuk melindungi kedua mata dari sinar yang menyilaukan itu.

Sementara tangan kanannya bergerak resah menepuk-nepuk sisi kanan ranjang yang ditempati sang istri. Namun karena tidak menemukan apa-apa dia langsung duduk dan menoleh ke samping setelah sempat mengucek singkat matanya.

"Selalu menghilang saat suaminya bahkan belum bangun."

Masih sempat menggerutu bahkan saat nyawanya masih belum terkumpul sepenuhnya.

Kyuhyun meraih ponsel disamping ranjang; membawanya seraya berjalan keluar kamar.

Berjalan gontai berusaha menemukan sang istri. Yang kemudian terlihat tengah sibuk membersihkan pantry dan tidak menyadari kehadirannya.

"Itukah yang membuatmu berisik sedari tadi?"

Kalimatnya berhasil mengejutkan Hye Soo yang langsung membalik tubuh dan menatapnya.

Ekspresinya seakan berkata "Kau sudah bangun? Maaf jika aku mengganggu tidurmu."

"Kau sudah bangun?"

"Apa yang kau lakukan?"

Suara serak khas seseorang yang baru saja bangun dari tidur tidak menutupi kesan ketus yang masih dapat ditangkap oleh pendengaran Hye Soo.

"Emm, hanya membersihkan pantry. Apa aku membuatmu terbangun?"

Nadanya benar-benar terdengar seperti seseorang yang baru saja melakukan kesalahan.

Sedikit tidak berani memandang pria yang bersandar di ambang pintu dapur seraya menatapnya tajam itu.

"Kau sadar itu."

Dengan wajah yang masih setia datar dia berjalan mendekati lemari pendingin dan mengambil botol mineral dari dalamnya.

Hawa dingin terasa. Dingin dari sedikit udara yang keluar dari lemari pendingin. Dan dingin karena ekspresi datar dan ketus yang ditunjukkan oleh Kyuhyun.

Apa dia masih marah? Pertanyaan yang hinggap di pikiran Hye Soo.

"Ingin ku buatkan sesuatu untuk sarapan pagimu?"

Gadis itu mendekat perlahan. Berdiri beberapa langkah di belakang suaminya yang hanya membalas dengan gelengan tanpa sedikitpun menoleh dan hanya fokus menghabiskan air mineralnya.

"Kau masih marah padaku?"

"Karena?"

"Karena kejadian kemarin."

"Menurutmu?"

Kyuhyun meletakkan botol kosong ke atas lemari pendingin dan kembali mengambil minuman lain dari sana. Tenggorokannya benar-benar kering sejak dia bangun tadi.

"Dilihat dari sikapmu yang mengacuhkanku sepertinya kau memang masih marah."

"..."

"Benarkan?"

"..."

Tidak berniat merespon sama sekali.

"Cho Kyuhyun."

"Ck. Bisakah kau tidak membuatku kesal di pagi hari seperti ini?"

Dengan cepat dia berbalik lalu meraih pinggang sang istri dan menariknya. Membuat tubuh mereka saling menempel.

"Suaramu terdengar seperti alarm yang terus berbunyi dengan nyaring walau aku sudah mematikannya berkali-kali."

"M-maaf."

Hye Soo hanya mampu diam, menahan nafas seraya menatap takut sang suami yang memberikan ekspresi tajam.

"Apa yang ku katakan tentang kata itu?"

"Emm? Berhenti mengucapkannya?"

"Lalu kenapa kau masih berkata 'maaf'?"

Kyuhyun mempererat tangannya. Membuat wajah sang istri hanya bercarak satu centi darinya.

Semakin membuat wanita itu takut dan sesak.

"Ma- em, maksudku aku lupa."

"Kau semakin mengesalkan, Hye. Kau tahu itu?"

"Tidak. Aku tidak tahu itu. Yang ku tahu hanya kau semakin sering marah dan mengacuhkanku."

Mengalihkan semua rasa takutnya, Hye Soo menarik tangan yang sedari tadi bertumpu di dada Kyuhyun dan melingkarkannya ke pinggang pria itu. Menyandarkan kepala ke dada bidang suaminya.

"Sudah ku katakan aku bukannya marah tanpa alasan. Kau berpikir aku hanya dengan seenaknya memarahimu tanpa ada kesalahan yang kau buat?"

Kyuhyun mengusap rambut sang istri.

"Ya, aku tahu. Tapi berhenti mengacuhkanku, kau tahu aku tidak suka jika kau mendiamkanku terus menerus."

"Baiklah. Aku yang akan meminta maaf sekarang."

Dia menangkup wajah sang istri dan mengangkatnya agar dapat menatap matanya.

"Maaf. Maaf jika aku membuatmu sedih, eoh? Aku bukan berniat mengacuhkanmu."

Lalu memberikan kecupan singkat di bibir Hye Soo.

"Kau memaafkanku?"

"Tentu saja. Kau juga memaafkanku, bukan?"

"Hmmm, tentang itu..."

"Eyy, oppa. Jangan bertindak curang."

"Baiklah baiklah. Aku akan memaafkanmu dengan satu syarat."

"Apa?"

"Malam ini ikut pergi bersamaku."

"Ke?"

"Suatu tempat yang rahasia."

"Heish. Baiklah. Tapi kau berjanji akan memaafkanku?"

"Aku berjanji."

Kyuhyun sekali lagi mengecup bibir sang istri, membuat wanita itu mengalungkan tangan ke lehernya.

Menikmati momen berharga selagi tidak ada jarak yang memisahkan. Siapa yang tahu jika tiba-tiba terjadi sesuatu yang membuat satu sama lain saling menjauh?

~

"Aku mengganggumu?"

Hye Soo membantu meletakkan coat yang di kenakan kakak iparnya ke lemari di samping pintu depan.

"Tidak, eonni. Aku juga tidak sedang sibuk."

"Kyuhyun sudah pergi?"

"Hm. Sekitar satu jam yang lalu. Kau ingin minum apa, eonni?"

"Apa saja."

"Baiklah."

Hye Soo berlalu ke dapur; berkutat sebentar dan kembali membawa dua cangkir teh hangat lalu meletakkannya ke meja di ruang tengah. Tidak lupa mempersilahkan Ahra untuk meminumnya.

"Kau kemari dari rumah, eonni?"

"Anni. Setelah mengantar Ju Hyeon tadi aku pergi menemui temanku sebentar. Lalu karena merasa bosan jika harus kembali ke rumah aku berpikir untuk singgah kemari."

"Tentu saja bosan jika hanya berdiam diri dirumah kan? Aku juga merasakannya."

Hye Soo meraih remote di atas meja dan menyalakan televisi.

"Karena itu aku berpikir akan lebih baik jika aku mencari sesuatu untuk dikerjakan."

"Misalnya?"

"Entahlah. Aku tidak mungkin bekerja di kantor karena pasti akan sangat menyita waktuku."

"Aku juga ingin bekerja di kantor tapi Kyuhyun melarangnya."

"Bagaimana jika kita berdua menjalankan usaha bersama?"

"Usaha apa, eonni?"

"Yang sederhana saja. Cafe mungkin, atau bakery? Atau cafe sekaligus bakery?"

"Ne? Tapi aku tidak terlalu ahli membuat kue, tidak sepertimu, eonni."

"Tenang saja, aku akan mengajarimu. Kita juga bisa belajar dari eomma."

"Hm, baiklah. Ide bagus."

"Kalau begitu katakan pada suamimu nanti. Kita harus mendapatkan ijin bukan?"

"Baiklah, eonni."

~

"Kyu."

"Hm."

"Tadi pagi Ahra eonni berkunjung."

"Benarkah? Ada keperluan apa?"

Kyuhyun mengulurkan tangan dan memasang seatbelt untuk istrinya.

"Tidak ada. Hanya singgah setelah mengantar Ju Hyeon ke sekolah."

"Dan?"

"Dan?"

Dia menoleh dan mendapati Kyuhyun tengah melihatnya.

"Pasti ada hal lain yang ia katakan atau ceritakan padamu."

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Kau tidak akan bercerita padaku jika benar Ahra datang hanya untuk berkunjung."

Kyuhyun tersenyum tipis saat menangkap ekspresi lucu sang istri yang seakan membenarkan perkataannya. Lalu mulai fokus ke jalanan setelah melajukan mobil.

"Dia ingin mengajakku membuka sebuah cafe."

"Oh? Tiba-tiba?"

"Dia merasa bosan karena tidak ada yang bisa ia kerjakan dan hanya berdiam diri di rumah. Aku mengatakan aku juga merasa bosan karena kau tidak mengijinkan ku melakukan suatu pekerjaan."

"Kau membuka keburukanku dihadapannya?"

"Ey, aku tidak bermaksud begitu."

Hye Soo memukul pelan pundak sang suami yang tersenyum menggoda.

Dia tengah berusaha serius sekarang dan bisa-bisanya pria itu masih berniat menjahilinya.

"Jadi kau tengah meminta ijinku saat ini?"

"Ya."

"Sepertinya walaupun aku tidak memperbolehkan, Ahra akan tetap membuka cafe bersamamu."

"Benarkah? Berarti sia-sia saja aku mengatakannya padamu? Padahal eonni mengatakan aku harus mendapat ijin darimu dulu."

Gadis itu menatapnya dan memasang ekspresi heran kemudian.

"Jangan bertingkah seakan kau tak tahu sikapnya, nyonya Cho."

"Haha, aku serius. Walaupun eonni memintanya tapi tidak ada ijin darimu, aku tidak akan menerima ajakannya."

Kyuhyun menghentikan mobil ketika lampu lalu lintas berwarna merah lalu menatap sang istri. Mendekatkan wajah dan mengecup lembut bibir gadis itu.

"Aku akan memberikan ijin jika kau memang menyukai rencana itu. Selama kau berjanji tidak akan kelelahan dan tidak melupakan kewajibanmu untuk mengurusku."

"Tentu saja. Kau akan tetap jadi prioritasku."

Hye Soo tersenyum dan balik mencium bibir serta pipi suaminya.

Membuat Kyuhyun hendak kembali meraih bibirnya sebelum suara klakson dari mobil di belakang menyadarkan pria itu jika lampu lalu lintas sudah berubah warna dan memaksanya untuk segera melajukan mobil.

"Kau jadi lupa diri."

Hye Soo hanya terkekeh mendapati ekspresi Kyuhyun yang tampak seperti orang bodoh.

"Kau selalu berhasil membuatku lupa diri."

"Aku tahu itu. Tapi kau ingin membawaku kemana?"

Mobil yang melaju melewati jalan yang mengarah ke pinggir kota membuatnya heran. Dia berpikir Kyuhyun hanya akan membawanya pergi makan malam atau berjalan-jalan di taman seperti yang biasa mereka lakukan.

"Diamlah saja. Aku tidak akan menculikmu."

"Aku tidak bodoh dengan berpikir kau ingin menculik istrimu sendiri, Kyu."

"Kalau begitu jangan banyak bertanya."

"Lihat, kau kembali bertingkah mengesalkan."

Hye Soo menunjuk wajah Kyuhyun lalu menariknya segera setelah pria itu berniat menggigit telunjuknya.

"Heish."

~

"Masuklah."

"Ini rumah milik siapa?"

Kyuhyun membawanya ke sebuah rumah yang berada di pinggiran kota. Hanya ada beberapa rumah lain di sekitarnya.

"Milik seseorang yang aku curi kunci rumahnya dan aku berniat merampok barang-barang yang ada di dalam."

"Ey, aku serius."

Tidakkah pria itu sadar wajahnya tampak aneh dengan ekspresi poker facenya itu?

"Masuklah saja dulu. Disini dingin."

Tidak ingin menunggu lama, dia langsung saja menarik tangan sang istri dan membawanya ke dalam.

Rumah berukuran minimalis dengan dekorasi interior yang sederhana itu tampak nyaman dan tentu saja menenangkan karena berada jauh dari keramaian kota.

"Ini rumah yang aku gunakan untuk menenangkan pikiran, karena hanya di tempat ini aku bisa sendiri tanpa bisa ditemukan oleh Ahra atau yang lainnya."

Kyuhyun memeluk dari belakang sang istri yang tengah membuka kain penutup kursi sofa.

"Lalu siapa saja yang pernah kau bawa kemari?"

"Tidak ada. Sudah ku katakan di tempat ini aku tidak bisa ditemukan oleh siapapun."

"Mungkin saja kau pernah membawa seorang wanita."

"Memang pernah. Wanita yang saat ini berada di pelukanku."

"Hanya aku?"

Hye Soo meletakkan tas kecil di tangannya ke sofa.

"Hm. Sebelum aku berkendara dan akhirnya sampai di pulau tempat tinggalmu, aku berada disini selama beberapa hari."

"Karenanya botol itu berserakkan disini?"

Tangannya menunjuk beberapa botol kosong minuman keras yang berada di sudut ruangan, berdekatan dengan perapian.

"Aku lupa membuangnya."

"Menghilangkan barang bukti."

"Hahaha..."

"Saat itu meminum minuman keras sudah menjadi kebiasaanku. Baru setelah menikah denganmu aku jadi terkesan melakukan kesalahan jika menyentuh botol-botol itu."

"Tentu saja. Kau akan menyesal jika berani kembali menyentuhnya."

"Baiklah. Aku juga tidak mungkin melanggar larangan dari istriku."

Kyuhyun melepas pelukannya dan melepas coat yang ia kenakan lalu meletakkannya di ujung sofa.

"Ayo kita makan malam."

"Hm? Dimana?"

"Tentu saja disini. Sudah ada hidangan di meja makan."

Dia menarik tangan sang istri dan membawanya ke dapur.

Seperti yang dikatakannya; terdapat beberapa hidangan di atas meja makan.

"Siapa yang menyiapkannya? Tidak mungkin kau kan?"

"Ada seorang ajhuma yang membantuku mengurus rumah ini dan aku memintanya menyiapkan makan malam untuk kita."

"Ah, benarkah? Aku pikir kau membelinya."

"Tidak ada restoran yang bisa aku kunjungi di sekitar sini."

Kyuhyun duduk di salah satu kursi saat sang istri mulai menyiapkan peralatan makan.

~

"Hawanya semakin dingin."

Hye Soo menyodorkan segelas coklat hangat yang baru saja ia buat.

Seusai menyelesaikan makan malam tadi ia sibuk membersihkan meja makan dan kemudian membuat minuman hangat setelah matanya menangkap kotak coklat yang terdapat di pantry.

"Karena itu aku menyalakan perapian."

Sedang Kyuhyun baru saja selesai menyibukan diri dengan penghangat ruangan serta menyalakan perapian.

Dia meraih selimut tebal yang baru saja ia ambil dari kamar.

"Kemarilah."

Meminta sang istri duduk dan masuk kepelukannya sebelum akhirnya membungkus (?) diri menggunakan selimut tebal tadi seraya berdiam di dekat perapian.

"Kau menyukai tempat ini?"

"Hm. Sangat tenang karena jauh dari kota."

"Benar. Dan jauh dari para pengganggu seperti Ahra."

"Hei, berhenti menjelekkannya."

"Kau tahu aku hanya bercanda."

Kyuhyun mengeratkan pelukannya.

"Bagaimana pekerjaannmu di kantor?"

"Berjalan lancar. Walau terkadang ada sedikit masalah."

"Karena itu kau membawaku kemari? Untuk menenangkan pikiranmu?"

"Tidak juga. Aku akan merasa nyaman dan tenang di manapun selama ada kau di tempat itu. Aku hanya berniat menunjukkan rumah ini padamu."

Kyuhyun meletakkan dagunya di pundak sang istri.

Gadis itu meraih ponsel dan menyalakan kamera.

"Aku ingin berfoto bersama."

Ucapnya lalu sedikit menegakkan tubuhnya yang bersandar di tubuh Kyuhyun.

Mengambil beberapa foto bersama pria yang sama sekali tidak berniat melonggarkan pelukannya itu.

"Wajahmu terlihat membengkak, sayang."

Kyuhyun berujar saat sang istri menunjukkan foto-foto hasil jepretannya tadi.

"Kau ingin mengatakan jika aku gemuk?"

"Tidak. Tapi jika kau menangkap arti perkataanku seperti itu, ya itu hakmu."

"Heish."

"Hei, segemuk apapun istriku, aku akan tetap mencintainya."

Kyuhyun meraih wajah Hye Soo agar menatapnya. Menyandarkan kepala gadis itu ke lengan yang bertumpu di lututnya.

Dan kemudian mendaratkan ciuman lembut disertai sedikit lumatan. Mengecap manis bagian favoritnya.

"Kau ingin tidur?"

Mengusap bibir Hye Soo yang basah karena ulahnya seraya menatap intens mata gadis itu.

"Aku tidak mengantuk. Kau?"

"Aku juga tidak. Kalau begitu ingin bermain sesuatu?"

"Bermain apa?"

Tanpa menjawab Kyuhyun melepas pelukan dan selimut yang mereka kenakan. Lalu meminta Hye Soo duduk berhadapan dengannya.

"Jika merasa dingin kenakan ini."

Tangan kirinya meletakkan selimut tadi di pangkuan sang istri yang sibuk menyingkirkan gelas minuman agar tidak berada di tengah-tengah mereka.

Kyuhyun lalu meraih satu botol minuman keras yang kosong dari sudut ruangan.

"Kita akan bergantian memutar botol ini."

Dia menempatkan botol itu di tengah-tengah mereka.

"Jika mulut botol ini berhenti menghadapmu maka aku berhak memberi pertanyaan yang harus kau jawab dengan jujur. Begitupun sebaliknya. Kau mengerti?"

"Hm. Aku mengerti."

Hye Soo tersenyum dan mulai mempersiapkan diri. Merubah posisi duduk atau meraih satu bantal sofa untuk dipeluk, apapun yang dapat membuatnya nyaman.

"Siapa yang memulai lebih dulu?"

"Ladies first."

"Baiklah. Aku akan memutarnya."

Hye Soo memutar botol di hadapannya dengan tempo sedang.

Menatap perputaran botol itu yang semakin lama semakin lambat dan akhirnya berhenti berputar dengan mulut botol mengarah padanya.

"Botol ini berpihak padamu."

"Ini baru percobaan pertama, sayang."

Pria itu terkekeh lalu terdiam kemudian. Memikirkan pertanyaan apa yang harus ia utarakan.

"Sebutkan tiga hal yang selalu kau lakukan pertama kali ketika bangun tidur."

"Ketika bangun tidur? Meminum segelas air, memeriksa ponselku dan memberikan morning kiss untukmu."

"Benarkah? Aku berpikir kau tidak pernah memberi morning kiss padaku jika bukan aku yang memintanya setiap sarapan."

"Itu karena kau masih tertidur saat aku memberikannya."

"Pantas saja aku tidak merasakannya."

"Hahaha, itu salahmu sendiri."

"Baiklah, sekarang giliranku."

Kyuhyun mengambil gilirannya untuk memutar botol yang untuk kedua kalinya berhenti mengarah pada sang istri.

"Giliranku lagi untuk bertanya, sayang."

"Hm, aku tahu."

"Kenapa kau selalu menolak jika aku memintamu membuatkan teh hangat di pagi hari? Kau tahu jika meminum teh saat pagi adalah kebiasaanku."

"Kau bertanya tentang itu?"

"Ya. Aku ingin tahu alasanmu."

Matanya menatap sang istri yang mengangguk lalu meneguk coklat hangatnya.

"Aku pernah membaca sebuah artikel yang mengatakan teh tidak baik jika diminum saat pagi hari, itu akan mempengaruhi lambungmu. Terlebih jika kau minum teh saat perutmu kosong. Ahra eonni mengatakan jika kau tidak suka mengonsumsi sesuatu saat pagi terkecuali teh, bukan? Itu yang tidak baik untuk tubuhmu."

"Kau seperti dokter pribadiku."

"Memang begitu, bukan? Karena kau suamiku maka aku harus mengatur pola hidupmu yang sangat tidak sehat itu."

"Hm. Kau memang berhasil mengaturnya. Terus menyumpaliku dengan bahan-bahan makanan yang tidak ku sukai."

"Kau terlalu pemilih. Ju Hyeon dan Shinwa saja lebih baik saat makan daripada kau, oppa."

"Kau tidak bisa membandingkanku dengan mereka."

"Tentu saja bisa. Suamiku dan kedua anak kecil itu kan memiliki sifat yang sama jadi tidak salah jika aku membandingkan mereka bertiga."

"Tetap saja."

"Baiklah, cukup."

Hye Soo menggunakan tangan sebagai isyarat agar Kyuhyun menghentikan bantahannya.

"Aku akan memutarnya."

Dia kembali memutar botol di hadapannya. Dan akhirnya, botol itu berhenti mengarah pada sang suami.

"Kesempatanku."

"Aku menunggu."

Kyuhyun mengambil ponsel yang ia letakkan di atas sofa karena sepertinya ada pesan yang masuk.

"Aku boleh menanyakan apa saja, bukan?"

"Hm. Apa saja."

Dia mengalihkan perhatiannya dari ponsel ke Hye Soo.

"Kau bahkan boleh menanyakan kenapa aku sangat menyukai dan addicted pada bibirmu."

"Kau memang mesum, Kyu."

Hye Soo dengan cepat melempar bantal sofa di pangkuannya yang sayangnya berhasil ditangkap oleh Kyuhyun. Padahal dia ingin benda itu melayang mengenai kepala suaminya yang tengah terkekeh saat ini.

Mungkin dapat sedikit mengurangi taraf kemesumannya.

"Saat kau berada di Jepang aku berkunjung ke rumah karena eonni memintaku membantunya membuat sesuatu."

Pria itu mengangguk-anggukkan kepala seraya kembali fokus ke ponsel.

"Aku menggunakan kamarmu untuk tidur siang hari itu. Karena penasaran aku sedikit mengutak-atik barang-barang yang ada disana."

"Hm. Lalu?"

"Aku menemukan buku kenangan kampusmu di laci lemari."

Kyuhyun meletakkan ponsel dan menatap sang istri.

Seakan merasa ada hal penting yang hendak gadis itu sampaikan.

"Saat aku membuka lembar pertama, ada sebuah foto yang tidak terpasang dengan baik. Seperti sengaja hanya diselipkan disana."

Hye Soo menyadari perubahan ekspresi sang suami, tubuh pria itu juga terlihat menegang.

Hanya ada satu foto yang ia temukan terselip di buku kenangan itu, karenanya akan sedikit mustahil jika Kyuhyun tidak mengingat foto apa yang ia maksud saat ini.

"Kau tahu kan foto apa yang ku maksud? Foto seorang wanita yang tengah memainkan psp mu dengan nama 'Cha Yuram' tertulis di belakangnya."

Hye Soo memainkan ujung selimutnya. Sedikit ragu untuk melanjutkan.

"Boleh aku tahu dia siapa?"

Kyuhyun terlihat menarik nafas dan menghembuskannya dengan pelan lalu mulai kembali menatap Hye Soo.

"Sayang."

"Ya?"

Ekspresi istrinya itu sedikit sulit ditebak. Dia hanya tersenyum tipis disertai raut penuh tanya di wajahnya.

"Apa yang kau rasakan saat kau menanyakan itu?"

"Penasaran?"

"Kau penasaran?"

"Hm. Maksudku, foto itu terpisah dengan foto teman-temanmu yang lain jadi aku rasa dia spesial untukmu. Karena itu aku ingin tahu."

Dia memang benar-benar hanya bertanya karena penasaran sehingga ekspresinya seperti itu atau dia sengaja menutupinya?

Bisa saja saat ini dia berpendapat bahwa wanita itu memang memiliki hubungan spesial dengan sang suami dan sengaja memasang wajah polos untuk menutupi perasaannya yang mungkin tengah cemburu.

"Kau tidak akan menyesal menanyakannya?"

"Apa itu berarti dia memang orang yang spesial untukmu?"

Menunggu dengan sabar respon dari sang suami.

Walaupun ada sedikit perasaan takut jika pria itu akan membenarkan perkataannya.

"Jadi?"

"Kau benar. Dia... orang yang spesial untukku."


~TBC~
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar