Rabu, 17 Agustus 2016

Time Machine #12

Author : Park Hye Ri a.k.a Reni Retnowati
Cast : Cho Kyuhyun, Park Hye Soo, Kim Jongwoon, etc.
Genre : Romance, Married Life.
Length : Chapter (14 chapters)

Happy reading `

*

"I-ini tidak seperti yang kau pikirkan, Hye Soo-ssi."

Mendadak suara wanita itu berubah panik saat menyadari apa yang tengah Hye Soo pikirkan.

"Hmm.."

Bersusah payah mengeluarkan suara saat tenggorokannya sakit karena menahan tangis.

"Jangan pedulikan aku... Maaf."

"Maaf aku mengganggu kalian."

Dia sekali lagi menatap Yuram yang tampak mendekat.

"A-aku hanya ingin memberikan... berkas ini."

Tas berisi berkas Kyuhyun yang memang sudah ia keluarkan dari koper yang lalu ia letakkan di sofa terdekat.

"Aku permisi."

Hye Soo berbalik dan segera keluar dari sana tanpa memperdulikan Yuram yang memanggil-manggil namanya dan ikut keluar.

Lift yang berada di ujung lorong membuatnya sedikit kesal, ditambah saat ia mendengar suara yang terdengar seperti suara Kyuhyun.

Dia semakin mempercepat langkah, dan sialnya saat dia sampai di depan lift ada yang tengah menggunakannya untuk turun ke lantai dasar.

Suara pria yang semakin mendekat membuatnya menoleh ke samping dan mendapati Kyuhyun yang tergopoh berusaha meraihnya.

Tidak ingin berhadapan dengan Kyuhyun, Hye Soo memilih membuka pintu menuju tangga yang berada tepat di bagian depan lift.

"Yaa !! Park Hye Soo !!"

Walau dengan koper di tangan, langkah wanita itu tidak terhambat. Dia tetap bisa menuruni tangga dengan cepat; menjauhi sang suami.

"Sayang, berhenti. Kau akan jatuh jika terus berlari."

Mulai merasa kesal Kyuhyun mempercepat langkah dan berhasil meraih lengan Hye Soo dan menahannya.

"Kau tidak mendengarku? Aku memanggilmu sedari tadi."

Nafasnya terputus-putus, sedikit membuat dadanya sesak.

Sayangnya wanita yang tengah menangis di depannya itu tidak peduli dengan keadaannya.

"Kenapa kau menghindar? Aku ingin menjelaskan sesuatu. Apa yang kau lihat tadi tidak seperti yang kau pikirkan."

"Memangnya kau tahu apa yang ku lihat?"

"Berhenti bersikap kekanakkan, Hye."

"Kekanakkan?"

Hye Soo mengangkat wajahnya yang merah dan menatap Kyuhyun.

"Aku kekanakkan? Lalu kenapa aku bisa memikirkan hal negatif saat melihat Yuram ada di apartemenmu dengan keadaan seperti tadi?"

"Itu karena kau terlalu cepat menarik kesimpulan. Kau tidak tahu yang sebenarnya."

"Dan aku tidak ingin tahu. Jadi tidak perlu bersusah payah untuk menjelaskannya."

"Yaa !! Tidak bisakah kau menuruti perkataan suamimu? Aku tidak mungkin membiarkanmu salah paham."

Tangannya merebut koper yang hendak Hye Soo raih setelah wanita itu meletakkannya di lantai tadi.

"Aku tidak peduli jika aku salah paham atau apa, aku hanya harus belajar untuk menyadari dimana posisiku."

"Kau membahas hal itu lagi?"

Dia bahkan tanpa sadar terus membentak Hye Soo yang menangis tanpa henti.

"Aku tahu diri. Yuram lebih baik, mungkin dia bisa memberimu keturunan. Hal yang tidak bisa aku lakukan."

"Maksudmu?"

Kyuhyun mendekat dan memegang erat -atau lebih tepatnya mencengkram- kedua pundak Hye Soo.

"Kau pikir aku sebejat itu? Mencari wanita lain hanya karena kau belum mengandung hingga sekarang? Aku bahkan tidak pernah mengungkit hal itu, kau yang selalu melakukannya. Kau tampak sangat tidak mempercayaiku, Park Hye Soo."

Setiap katanya penuh dengan penekanan.

"Aku tahu kau kecewa, aku sadar itu."

Dan setiap kata dari Hye Soo sekarang  berhasil menaikkan taraf kekesalan Kyuhyun.

"Arra !! Jika itu katamu. Mungkin benar jika aku kecewa, mungkin kau benar jika Yuram bisa memberikan keturunan untukku. Lagipula aku lelah dengan semua sikapmu."

Pria itu melepaskan tangannya dan mundur seraya tetap memperhatikan sang istri yang masih menunduk dan menangis.

Bahkan sekarang tangisan wanita itu sama sekali tidak mempengaruhi emosinya yang sudah memuncak.

"Pergilah jika kau ingin pergi. Kau tidak ingin melihatku lagi, bukan?"

Tanpa menjawab Hye Soo meraih kopernya, berbalik dan menuruni tangga hingga lantai di bawah dan keluar dari sana.

Meninggalkan Kyuhyun yang tampak seperti orang bodoh. Serasa ingin melampiaskan kekesalannya.

"Sial!!!"

Dan hanya tinjuan yang ia layangkan pada pintu yang bisa ia lakukan.

~

Wanita itu terus terisak dengan tangan bersandar di kemudi mobil. Beruntung pria yang menjemputnya di bandara benar-benar meninggalkan mobil itu disana.

Entah apa yang harus di lakukan , atau harus kemana ia sekarang.

Kejadian tidak terduga yang baru saja ia alami membuatnya tidak dapat berpikir dengan jernih.

"Young."

Orang pertama yang muncul di benaknya.

~

Tidak seperti biasanya. Saat memasuki rumah, ia akan selalu merasa bahagia, aman dan nyaman. Sedangkan kali ini? Terasa kosong, hampa, berat, penuh dengan rasa sesak.

Entah apa penyebabnya.

Kyuhyun meletakkan sembarang sepatu, dasi serta kemeja miliknya. Kopernya pun ia biarkan tergeletak di lantai ruang tengah.

Kakinya terus melangkah mendekati kamar, merasa ingin masuk ke ruangan itu.

Dan perasaan yang sama ia dapati; kosong dan hampa.

Dia seakan terpikirkan sesuatu. Pria itu bergerak membuka lemari pakaian. Berniat memeriksa apakah pakaian sang istri ada disana atau tidak.

Hanya sebagian pakaian yang tampak tidak ada dan koper yang dibawa wanita itu pun tidak ada disana.

"Dia tidak kembali ke rumah setelah hari itu?"

Dia tidak sekalipun mencoba menghubungi Hye Soo setelah pertengkaran mereka, begitupun wanita itu.

Tidak tahu harus khawatir atau tidak Kyuhyun kembali ke ruang tengah dan meraih kunci mobilnya.

~

"Selamat datang."

Sapaan yang akan selalu muncul saat ada orang yang membuka pintu cafe.

"Eoh? Tuan muda Cho. Kau tampak lebih tua dari saat terakhir aku melihatmu."

"Diamlah, noona."

"Mana istrimu?"

Pertanyaan sederhana yang berhasil membungkam mulut Kyuhyun yang sebelumnya hendak bertanya apakah Ahra menghubungi atau dihubungi oleh Hye Soo atau tidak.

"Kau tahu. Aku kewalahan disini tanpa bantuannya. Aku yakin dia tetap di Jepang karena kau yang menahannya, kan?"

"Ah, i-itu... aku hanya ingin dia menemaniku."

"Caramu menjawab sangat mencurigakan, Kyu."

"Aku tidak mencurigakan. Aku pulang, aku hanya ingin menyapamu tadi."

Kyuhyun bangkit dari tempatnya duduk dan segera keluar dari cafe sebelum Ahra bertanya hal lain tentang Hye Soo.

Satu hal yang pasti; wanita itu memang tidak kembali ke rumah ataupun menemui Ahra.

Dia mungkin langsung pergi ke pulau begitu sampai di bandara atau dia tetap di Jepang dan belum kembali.

 "Arrrgh, semuanya jadi kacau."

~

"Lee Donghae."

"Apa? Kau ingin bertemu dan menghajarku sekarang?"

"Aku harap aku bisa sekaligus menghabisi nyawamu."

"Kau tahu itu bukan kesalahanku."

"Aku tahu. Aku hanya ingin bertanya apa kau memang benar-benar menyiapkan tiket pulang dari Jepang kemari untuk Hye Soo?"

"Tentu saja aku menyiapkannya. Kau pikir aku sebodoh itu? Walaupun mungkin dia akan terus disana dan pulang bersamamu tapi aku berjaga-jaga jika ia ingin pulang segera setelah memberikan berkasnya."

"Hm, baiklah."

"Memangnya ada ap-"

Seperti biasa. Memutus panggilan sepihak.

~

"Bisa kau batalkan semua jadwalku untuk beberapa hari ke depan? Atau minta Donghae mengurus beberapa jadwal yang bisa ia tangani."

Kyuhyun memasukkan beberapa lembar pakaian ke dalam tas ranselnya. Lalu mengenakan jaket hitam yang sudah ia siapkan.

Hari ini dia berniat pergi ke pulau. Ingin memastikan apakah Hye Soo ada disana atau tidak.

Walaupun dia sendiri tidak tahu apa yang akan ia lakukan jika menemukan wanita itu. Entah meminta maaf atau apa.

Dia bahkan tidak berani untuk datang ke rumah paman dan bibi istrinya dan memilih pergi ke panti. Memantau dari sana.

~

"Kau tidak tahu atau dia memang tidak ada disini?"

"Jika dia kemari bukankah dia akan muncul di panti? Bahkan saat Hani pergi membeli sesuatu dia pasti aku selalu melewati rumah paman Hye Soo, tidak ada dia disana."

"Argh, sial."

"Sebegitu hebatnya kah pertengkaran kalian hingga Hye Soo harus meninggalkan rumah?"

"Sangat besar, Hyung. Lebih tepatnya aku melakukan kesalahan yang sangat besar."

Kangin mengusap kasar wajahnya, mengikuti apa yang Kyuhyun lakukan.

"Kau tahu dia pernah sakit hati karena pria sebelumnya, itu bukan hal kecil. Sekarang kenapa kau harus melakukan hal yang sama."

"Aku hanya hilang kendali, aku tidak bisa mengontrol diriku saat itu."

"Lalu sekarang bagaimana?"

"Entah. Terlepas dia akan memaafkanku atau tidak aku tidak peduli, aku hanya ingin tahu dimana dia sekarang dan berharap dia baik-baik saja."

"Lalu kau pikir dia dimana?"

"Di tempat yang paling tidak aku harapkan."

~

"Kau pikir Jepang sekecil apa? Dan orang kita sebanyak apa?"

"Ayolah, setidaknya kita berusaha. Kau pikir aku akan tetap bisa tenang saat istriku ada di luaran sana sendirian?"

"Kau penyebabnya."

"Aku tahu, Lee Donghae. Tidak perlu mengulanginya !!"

"Cih, tidak perlu menaikkan intonasi suara. Jarak kita tidaknya sejauh ribuan kilo."

"Jika kau tidak ingin melakukannya, aku sendiri yang akan pergi dan mencarinya."

"Dan membiarkan pekerjaan perusahaan terbengkalai? Aku tidak cukup gila untuk mengijinkanmu."

"Posisiku bahkan lebih tinggi darimu, ada hak apa kau melarang?"

"Apa gunanya jika posisimu lebih tinggi tapi tingkahmu tidak lebih baik dariku?"

"Hyung..."

Kyuhyun menjatuhkan kepala dan membiarkan beberapa berkas jadi berantakkan karenanya.

Kehilangan Hye Soo membuatnya kehilangan hampir seluruh jiwanya.

Terlebih jika dia memikirkan bagaimana keadaan wanita itu.

"Jangan memanggilku seperti itu. Selalu ada kalimat yang merugikanku yang mengikutinya."

"Bagaimana jika !!"

Kyuhyun mengangkat kepalanya tiba-tiba.

"Dia bertemu dengannya?"

"Bertemu siapa?"

"Pria yang kau selidiki."

"Pria yang kau waspadai maksudmu?"

"Ya kau sebut apa saja lah orang itu."

"Sudah ku katakan Jongwoon yang selalu kita awasi ini tidak mungkin menyakiti Hye Soo. Kau juga sering mengatakan itu."

"Bukan itu yg aku khawatirkan. Dia tidak akan menyakitinya, tapi dia akan merebutnya."

"Itu resiko yang kau akan terima berarti."

"Aku tidak akan membiarkan itu."

Kyuhyun berdiri, meraih jas dan mengenakannya.

"Aku akan ke Jepang sekarang. Siapkan tiket untukku."

"Kau gila? Akan ada meeting besar besok. Kau ingin ayahmu dan Sungjo hyung membunuhmu?"

"Mereka juga akan membunuhku jika tahu Hye Soo menghilang!!"

Tanpa sadar Kyuhyun mendekat dan menarik kasar kerah kemeja Donghae.

"Terserahlah. Kau tahu apa yang harus kau prioritaskan sekarang."

Pria itu menepis tak kalah kasar tangan Kyuhyun dari tubuhnya.

"Aku pergi."

Dan keluar dari ruang kerja sang sahabat serta segera meninggalkan rumah itu.

~

Hampir dua minggu. Tidak ada lagi yang bisa Kyuhyun lakukan untuk menutupi masalahnya dari Ahra dan kedua orang tuanya.

Hanya satu cara agar mereka tidak merecokinya; menghindar sebisa mungkin seraya memastikan mereka tidak datang ke rumahnya.

"Betapa bodohnya aku saat itu. Bagaimana bisa aku mengatakan kata-kata kasar untuknya?."

"Aku tahu aku terkesan bodoh, tapi aku membutuhkan mesin waktu sekarang. Aku ingin menarik semua perkataanku yang menyakitinya."

"Yaa !! Ini peringatan terakhir. Jika kau tak datang ke kantor besok, aku menjamin ayahmu akan mengirim seseorang untuk mendobrak rumahmu."

Voice mail yang kesekian kalinya dari Donghae.

Pria itu bahkan tidak tahu jika Kyuhyun sudah berada di Jepang sekarang.

Tanpa peduli dengan ponsel itu akan jatuh atau tidak, Kyuhyun melempar bantal yang ia gunakan ke tempat benda itu berada.

Beberapa saat setelahnya terdengar ketukan pintu hotel yang memaksanya segera bangun.

"Selamat pagi tuan, ada yang mengirim berkas ini untuk anda."

Seorang pelayan yang memberikan berkas yang tampaknya memang sudah ia tunggu sedari tadi.

"Baik, terima kasih."

Tidak cukup waktu lama. Setelah dia menutup pintu, Kyuhyun segera membuka berkas itu dan membaca isinya.

Yang langsung membuatnya tersenyum dan segera mencari pakaian serta jasnya dengan rusuh serta berusaha menemukan kunci mobil yang entah ia letakkan dimana.

~

"Kau tidak ingin pulang? Aku bukannya mengusir tapi apa kau tidak takut dia khawatir padamu? Kau bahkan dalam keadaan yang tidak baik."

"Aku baik-baik saja. Aku justru merasa nyaman disini. Lagipula dia tidak akan mengkhawatirkanku."

"Kalian memang bertengkar, kan? Tidak ada alasan lain yang membuatmu nekat mencariku saat kau tidak tahu negara ini dan alamat tempat tinggalku."

"Young, aku tidak tahu kau memiliki tempat tinggal di pedesaan seperti ini. Hawanya sangat nyaman dan tenang. Serasa seperti di pulau."

Wanita itu merenggangkan kedua tangan dan menghirup udara sore yang menyapa.

"Jangan mencoba mengalihkan pembicaraan."

"Kau tidak ingin mengajakku pergi berkeliling lagi? Aku ingin melihat perkebunan yang kita lihat kemarin."

"Aku bilang jangan coba mengalihkan pembicaraan."

Menyadari pengalihannya tidak berhasil, Hye Soo hanya mampu menarik nafas perlahan lalu menyandarkan tubuh ke kursi.

"Tanpa perlu kau mengatakannya aku sudah tahu jika ada masalah cukup besar di antara kalian."

"Terlihat jelas?"

Hye Soo menatapnya. Memberi pandangan penuh kesedihan.

"Sangat."

"Aku tidak tahu harus mulai menceritakannya darimana, dan setelah selesai aku tidak yakin kau akan berkata apa. Aku tidak bisa menebak apakah kau akan berkata semuanya salahku atau salahnya."

"Sebegitu rumitnya kah?"

"Ya."

"Tapi jika kau tidak segera menyelesaikannya apa kau pikir itu tidak akan berpengaruh pada pernikahan kalian?"

"Aku bahkan berpikir mungkin dia tengah sibuk menyiapkan berkas-berkas untuk perpisahan kami."

"Hey, jangan berpikir buruk tentangnya. Aku tidak berpikir dia akan melakukan itu."

"Aku hanya berkata 'mungkin'."

"Lagipula, kau tidak takut Jongwoon oppa menemukanmu? Kau tahu jika dia tinggal di negara ini."

Young Me menggeser duduknya agar sedikit menghadap pada Hye Soo.

"Menemukanku? Memangnya dia tengah mencariku? Untuk apa? Keuntungan apa yang akan ia dapat?"

"Entahlah, aku kan hanya..."

Perkataan sang sahabat yang mendadak terhenti membuat Hye Soo mengalihkan perhatian dari ponsel yang tengah ia mainkan ke wajah wanita itu.

Dan mendapatinya tengah menatap lurus ke depan dengan ekspresi terkejut yang membuat Hye Soo tiba-tiba mendapat firasat buruk.

"Jangan katakan kau melihat Kyuhyun."

Ucapnya pelan seraya perlahan mengikuti arah pandangan Young Me.

Bukan Kyuhyun. Tapi orang lain yang dia juga harapkan tidak muncul.

Perasaannya bahkan semakin kacau saat langkah orang itu semakin mendekat.


~TBC~
 
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar