Senin, 15 Agustus 2016

Time Machine #3

Author : Park Hye Ri a.k.a Reni Retnowati
Cast : Cho Kyuhyun, Park Hye Soo, Kim Jongwoon, etc.
Genre : Romance, Married Life.
Length : Chapter (14 chapters)

Happy reading `

*

"Kau baru saja menangis?"

Hye Soo dan Young Me sudah kembali ke dalam dan akhirnya berpisah karena harus menemani suami mereka masing-masing menemui orang-orang disana.

Dan sekarang sang pemilik acara tengah memberikan sambutan sehingga semua orang berkumpul di tengah dan menatap ke arah panggung.

Begitu juga Kyuhyun dan Hye Soo yang berdiri sedikit jauh dari kerumunan.

"Maksudmu?"

Hye Soo menatap Kyuhyun yang berdiri disamping seraya memeluk pinggangnya.

"Aku bertanya apa kau menangis tadi?"

"Tidak."

Apakah pria itu menyadari titik-titik air yang membekas di pipinya?

"Benarkah? Tapi aku merasa ada yang aneh dari wajahmu."

Dia mengulurkan tangan kanan dan menangkup wajah sang istri. Sedikit mengangkat agar mendekat ke wajahnya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Hanya ingin melihat wajahmu lebih jelas."

"Haish. Hentikan."

Hye Soo menyingkirkan tangan Kyuhyun dan membuat pria itu terkekeh.

"Jangan berisik. Kau akan menarik perhatian."

"Akan lebih menarik perhatian lagi jika aku berisik lalu saat mereka menatapku aku langsung menciummu."

"Dasar pria mesum."

"Mesum? Akan aku tunjukkan apa itu mesum."

"Mwo?"

"Aku akan menunjukannya. Tapi saat kita sudah pulang nanti."

Kyuhyun mengalihkan wajah dan memilih menatap ke arah depan.

"Kau selalu bertingkah aneh."

Kyuhyun kembali menoleh ke sang istri lalu merangkulnya; membuat gadis itu sedikit siaga.

"Pria aneh dan mesum ini pun tetap suamimu, sayang."

Dia dengan segera menghadapkan tubuh sang istri ke samping ketika ada orang yang mendekat ke arah mereka.

Pria dan wanita yang sepertinya pasangan kekasih atau mungkin suami istri. Pria itu hanya diam dan menatap Kyuhyun setelah berada di hadapannya dan Hye Soo.

Saling bertatapan sebelum akhirnya dia mengetuk singkat kepala Kyuhyun.

"Aku tidak tahu jika kau hadir disini."

"Aku tahu kau rindu padaku, hyung. Tapi tidak perlu kau merusak tatanan rambutku."

Kyuhyun mendengus dan membuat pria dihadapannya itu terkekeh.

Tangannya bergerak merapikan tatanan rambut yang bukannya membaik tapi justru semakin berantakkan.

Membuat sang istri harus turun tangan dan membantunya.

"Kau tidak ingin mengenalkan istrimu padaku?"

"Kau sudah mengetahui namanya, bukan?"

Kyuhyun meraih pinggang Hye Soo dan memperkenalkannya.

"Dia Lee Donghae dan istrinya Lee Min Ae."

Donghae tersenyum lalu menjabat tangan Hye Soo. Diikuti oleh sang istri.

"Senang berkenalan denganmu, Hye Soo-ssi."

"Senang juga berkenalan denganmu, eonni."

"Aku teman dekat suamimu, Hye Soo-ssi. Aku bekerja dengannya. Jadi jika kau memerlukan bantuanku untuk memantau apakah dia menggoda gadis lain atau tidak saat di kantor, aku akan dengan senang hati membantumu."

"Oh, ayolah. Noona bahkan tahu jika kau lebih genit dariku, hyung. Benarkan, noona?"

"Setidaknya dia lebih baik darimu, Kyu."

"Wah, noona ! Kau sekarang lebih membelanya dariku, eoh?"

Min Ae hanya terkekeh dan mengamit lengan suaminya.

"Dia istriku, Kyu. Tentu saja dia lebih memihakku daripada kau."

"Heol, arraseo. Sekarang sifat kalian berdua semakin mirip; menyebalkan."

"Kau sudah tahu jika suamimu ini kekanakkan kan, Hye Soo-ssi?"

"Hm. Aku sudah mengetahuinya."

"Heish, kau kenapa jadi memihak mereka?"

Kyuhyun berbisik dan memberikan tatapan kesalnya pada sang istri.

"Lihatlah ! Dia akan memiliki dua kepribadian di saat-saat tertentu. Siapa yang menyangka tuan muda Cho Kyuhyun yang terkenal dingin dan cuek ini memiliki sikap manja dan kekanakkan."

Donghae menampilkan ekspresi puas begitu mendapat death glare dari Kyuhyun.

"Setidaknya dia hanya menampilkan sisi kekanakkannya itu dihadapan istrinya, oppa."

"Baiklah, sudah cukup. Terima kasih atas pujian kalian hyung dan noona. Aku akan menjauh sebelum kalian memenuhi kepala istriku dengan hal-hal negatif tentangku."

"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya."

"Aku pergi dulu, noona. Sampai jumpa."

Kyuhyun menarik tangan Hye Soo setelah gadis itu mengucapkan salam pada Min Ae dan Donghae tanpa memperdulikan pria itu yang mendengus karena Kyuhyun memotong kalimatnya dan bahkan hanya berpamitan pada Min Ae dan melupakannya.

"Kau tidak sopan sekali."

Hye Soo masih sempat menggerutu ketika sang suami menggandengnya keluar gedung.

"Mereka sudah terbiasa dengan sikapku. Tenang saja."

Dia hanya mengangguk dan mengimbangi langkah pria itu.

Setidaknya dia semakin mengetahui sikap Kyuhyun lebih dalam, bukan?

~

Begitu tiba di rumah Hye Soo segera masuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya melintang di ranjang, mencoba merenggangkan otot-otot yang terasa kaku dan tidak lupa memejamkan mata.

Selang beberapa saat dia merasa ada sesuatu yang diletakkan di ranjang dan berhasil membuatnya membuka mata.

Menangkap sang suami yang tengah berdiri disamping ranjang. Pria yang tengah melepas kancing di pergelangannya itu menatapnya seduktif.

Sepertinya barang yang mengganggu Hye Soo tadi adalah jas hitam yang dilempar sang suami ke sampingnya.

Dia kembali melihat Kyuhyun, pria itu secara perlahan merangkak naik ke ranjang dan segera memposisikan tubuh diatasnya.

"Apa?"

"Apa?"

"Apa yang kau lakukan?"

"Menurutmu apa?"

"Jangan berbelit. Menjauh dari tubuhku."

"Apa menurutmu aku akan menurutinya?"

"Pergilah, Kyu. Aku ingin istirahat."

"Tidak sebelum kau memberikan keinginanku."

"Baiklah. Apa yang kau inginkan?"

"Kau."

"Jangan sekarang. Aku sangat lelah."

"Bukankah kau tahu aku tidak menerima penolakkan? Lagipula aku berjanji untuk menunjukkan apa itu mesum padamu, bukan?"

"Tapi-"

Kata itu jadi kata terakhirnya sebelum Kyuhyun menyerang dan membungkamnya dengan ciuman yang menuntut.

Pukulan yang menghujani dada pria itu pun tidak menghasilkan apa-apa. Alhasil, dia hanya bisa pasrah dan mengikuti apa kemauan dari suami mesumnya itu.

"Bagaimana?"

Tanyanya setelah berhasil membuat sang istri mengalami krisis oksigen karena ciuman yang sama sekali tidak memberinya celah.

Gadis itu hanya menatapnya tajam dan mengalihkan wajah.

"Aku anggap itu sebuah persetujuan."

Pria itu lalu kembali memberikan kecupan-kecupan ringan di wajah yang membuat gadis itu menggeliat karena geli.

Tangannya merayap ke belakang, mencari resleting dari gaun hitam Hye Soo. Setelah berhasil menemukan dan membukanya serta meloloskan gaun itu dari tubuh istrinya, dia segera menelusuri tubuh itu menggunakan bibir.

Dan ... *bayangkanlah sendiri apa yang terjadi selanjutnya*

~

"Selamat pagi."

"Hm. Kau bangun pagi, oppa."

Suaranya serak dan terdengar lirih.

"Tentu saja. Aku bangun beberapa jam lebih awal darimu."

"Beberapa jam? Bukankah kita baru tidur empat jam yang lalu?"

"Ya, begitulah."

"Katakan saja jika kau tidak tidur sedari tadi."

"Kau tahu."

Tangannya menarik pelan selimut yang tersingkap dan menampilkan tubuh istrinya.

"Kau lapar?"

"Tentu saja. Kau sudah menguras habis tenagaku."

"Haish. Berhenti memutar balikkan fakta."

"Aku hanya mengatakan apa yang ku rasakan."

"Baiklah, tuan Cho. Apa katamu saja."

Hye Soo menggerak-gerakkan tangan ke meja disamping ranjang; berniat menemukan ponselnya.

"Apa yang kau cari?"

"Ponselku."

Karena tidak berhasil menemukan benda itu, dia bangun dan menjelaskan indra penglihatannya guna mencari untuk kedua kalinya.

"Ponselmu disini."

Hye Soo menatap sang suami yang berada dibelakangnya. Benar saja. Ponselnya ada di genggaman pria itu.

"Tadi ada sebuah pesan dan aku berniat memeriksa siapa pengirimnya."

"Ah, benarkah? Lalu siapa pengirimnya?"

"Temanmu. Sepertinya yang bertemu kita tadi malam."

"Ah, Young Me? Aku memang memintanya untuk menghubungiku."

Hye Soo meraih kaos longgar diujung ranjang dan memakainya lalu mulai fokus pada ponselnya.

"Kau tidak pernah menceritakan temanmu itu padaku. Sepertinya masih banyak hal yang tidak aku ketahui tentangmu."

Kyuhyun bangkit dan mengikuti pose sang istri; menyandarkan tubuh ke kepala ranjang.

"Maksudmu?"

"Aku rasa kau perlu menceritakan banyak hal."

"Banyak hal tentang apa?"

Dia sama sekali tidak mengalihkan pandangan dari layar ponselnya.

"Tentangmu, tentang teman-temanmu, semua keluargamu, atau bahkan pria yang pernah dekat denganmu mungkin?"

Perkataannya berhasil mendapat perhatian dari sang istri.

Wanita itu menatapnya, menatapnya dengan ekspresi datar lalu ekspresi tersenyum kemudian.

"Jangan berlagak serius di pagi hari seperti ini, oppa."

Dia memajukan wajah dan mengecup pipi Kyuhyun sekilas lalu segera beranjak dari ranjang.

"Aku benar-benar serius, Hye."

"Arra. Bangunlah saja cepat lalu mandi, aku akan menyiapkan sarapan."

"Kau akan menyiapkan sarapan dengan tampilan seperti itu?"

Langkahnya terhenti dan tubuhnya berbalik guna menatap sang suami.

"Tampilan seperti apa maksudmu?"

"Seperti itu."

Telunjuk Kyuhyun mengarah padanya.

"Hanya kaos longgar tanpa apa-apa di dalamnya?"

Cih, pria ini. Kata-katanya terlalu ... terlalu ... ya terlalu begitu lah, pikir saja sendiri.

"Memang ada yang salah? Bukankah tidak ada siapa-siapa disini selain kita berdua?"

"Justru itu."

Kyuhyun turun dari ranjang dan menghampirinya.

Menatap sang istri yang memang hanya mengenakan kaos kebesaran untuk menutupi tubuhnya, beruntung kaos itu cukup panjang dan mampu menutupi tubuh hingga bagian paha.

"Justru karena tidak ada orang lain disini. Kau tidak takut aku tiba-tiba menyerangmu saat di dapur?"

"Tidak. Silahkan saja jika kau berani. Kau juga yang akan menyesal akhirnya."

"Kau pikir aku takut dengan ancamanmu?"

Dia maju dan meraih pinggang Hye Soo lalu menariknya.

Membuat wanita itu sedikit menahan nafas namun tetap berusaha mempertahankan ekspresi datar.

"Lalu kau pikir aku juga akan takut pada ancamanmu?"

"Seharusnya. Kau tahu bagaimana sifatku. Aku tidak akan mudah melepasmu begitu saja."

Pria itu menatapnya seduktif, menampakan sedikit senyum tipis di sudut bibirnya.

"Kau juga tahu bagaimana sikapku. Aku tidak akan menyerah dengan mudah padamu."

Giliran Hye Soo yang tersenyum puas. Merasa berhasil mengimbangi kekuatan kata sang suami.

"Sekarang menjauh saja dariku sebelum aku menghilangkan jatah sarapanmu, tuan muda Cho."

Kedua tangannya menepuk pelan dada Kyuhyun dan mendorongnya menjauh.

Sedikit berhasil melonggarkan kaitan tangan pria itu dipinggangnya.

Sebelum akhirnya satu detik kemudian tangan itu kembali menarik dan membuat tubuhnya kembali menempel pada tubuh pria yang terus tersenyum itu.

"Aku tidak memerlukan sarapan selama ada kau disampingku."

"Benarkah? Baiklah. Aku akan keluar seharian ini dan jangan harap kau bisa menemukan sesuatu yang bisa kau makan di dapur. Kau tidak perlu mengisi perutmu dengan apapun, bukan?"

"Keluar? Apa kau pikir aku akan memberimu ijin?"

"Aku tidak memerlukan ijin darimu. Aku bisa pergi kapanpun aku mau."

"Tidak. Hari ini satu-satunya hari libur yang aku miliki di minggu ini. Aku tidak akan membiarkanmu pergi kemanapun."

"Kalau begitu berhenti mencari masalah agar aku tidak menjaga jarak denganmu."

"Aku tidak mencari masalah."

"Yaa !!! Berhentilah berbelit-belit."

Merasa kesal karena pria itu terus menahan dan mengganggunya, Hye Soo menggunakan kedua tangan untuk mencubit pinggang dan menarik telinga kiri sang suami.

Membuatnya mengaduh kesakitan dan sedikit menjauh darinya.

"Cepat mandi sebelum aku memberi hukuman lain padamu."

"Hukuman lain? Jika hukuman di atas ranjang yang kau maksud, aku akan dengan senang hati menerimanya."

Pria itu mengambil langkah mundur secara perlahan seraya mengerling padanya.

"Kau ingin mati eoh, tuan Cho???"

Dengan langkah seribu Kyuhyun melesat memasuki kamar mandi begitu sang istri berniat lari mendekatinya dengan wajah kesal.

"Kau memang pria mesum, eoh?"

Umpatannya bahkan masih terdengar hingga ke dalam kamar mandi.

"Tapi kau juga menyukai kemesumanku, nyonya Cho. Akui saja."

"Yaa !!!"

Suara gedoran pintu terdengar sekilas yang kemudian terganti oleh suara shower menyala disertai ledakkan tawa dari pria di dalam kamar mandi itu.

Sungguh pagi yang sangat ramai di rumah keluarga kecil Cho Kyuhyun.

~

"Aku akan pergi sekarang. Baik-baiklah dirumah, eoh?"

Hye Soo mengusap pundak Kyuhyun yang tengah duduk di sofa seraya bermain game melalui layar besar di hadapannya.

Pria itu mendongak; menatapnya yang berdiri di belakang sofa.

"Kau benar-benar pergi?"

"Hanya sebentar. Mungkin 3 jam. Aku ingin bertemu Young Me."

"Tidak bisa besok saja? Kau tahu hanya hari ini aku bisa seharian berada dirumah."

"Dia harus kembali ke Jepang besok. Dan juga hanya hari ini kesempatanku untuk pergi dengannya."

Dia masih setia mendongak bahkan dengan tatapan sayu.

"Ayolah, oppa. Hanya sebentar, aku janji akan segera pulang, eoh?"

"Heish, baiklah."

Kyuhyun berhenti mendongak dan kembali menatap layar dihadapannya.

"Kau tidak marah kan?"

Wanita itu menghampiri dan duduk disampingnya.

"Tidak."

"Benarkah? Benar-benar tidak marah atau tidak salah lagi jika kau marah?"

"Ck. Berhenti menggodaku, Hye. Pergilah sebelum aku menarik ijinku."

"Aish, arraseo."

Hye Soo mengecup singkat pipi sang suami dan bergegas pergi dari sana.

~

"Silahkan menikmati."

Seorang pelayan meletakkan dua minuman coklat yang dipesan Young Me sebelum sang sahabat datang tadi.

"Aku merindukan tempat tinggal kita, kita selalu berkeliling bersama kan? Orang-orang bahkan bosan karena melihat kita selalu berkeliling setiap sorenya. Kau tidak merindukannya, Hye?"

"Tentu saja aku merindukan semuanya."

Hye Soo mengaduk-aduk minumannya.

"Tapi sekarang, setiap aku berusaha mengingat kenangan-kenangan disana selalu saja muncul satu kenangan menyakitkan."

"Jongwoon oppa?"

"Hm. Semua hal-hal menyenangkan itu hilang begitu saja jika wajahnya muncul di benakku."

"Kau membencinya?"

"Entahlah. Aku tidak membencinya tapi aku juga tidak menyukai atau bahkan mencintainya lagi seperti dulu."

Dia mengalihkan pandangan dan menatap jalanan yang terpampang di jendela cafe.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Dia melakukan kesalahan apa? Maksudku, kau hanya mengatakan jika dia melamarmu tadi malam. Aku tidak bisa menemukan kesalahan dari hal itu."

"Memang bukan disitu letak kesalahannya."

"Haish, berhenti seperti itu. Ceritakan yang sebenarnya."

Hye Soo menatap Young Me sesaat dan kemudian menunduk.

"Kau tahu, setelah kau pergi karena pekerjaanmu itu aku jadi kesepian. Aku jadi semakin sering menghabiskan waktu di panti asuhan jika aku tidak harus membantu paman dan bibi di restoran."

"Bersama Jongwoon oppa?"

Potong Young Me.

"Tentu saja. Kami jadi semakin sering menghabiskan waktu bersama dan ..."

Dia ragu untuk melanjutkan kalimatnya.

"Dan?"

"Dan seperti yang ku katakan; dia melamarku."

Hye Soo kembali menunduk mengingat saat dimana Jongwoon melamarnya.

"Aku ingin memberitahumu tapi tidak bisa, mungkin seperti yang kau katakan; karena ponselmu rusak."

"Lalu?"

"Aku tanpa pikir panjang langsung saja menerimanya. Kau tahu aku tidak mungkin menolak kan?"

"Tentu saja. Lalu? Bukankah semuanya seharusnya berakhir dengan baik?"

"Tidak jika dia pergi ke Jepang karena panggilan dari kakek dan neneknya lalu tidak pernah kembali dan membiarkanku menunggu seperti gadis bodoh disana."

Park Hye Soo tinggal di pulau kecil berjarak beberapa jam dari Seoul. Dia menempati rumah peninggalan orang tuanya yang terletak tidak terlalu jauh dari restoran sekaligus rumah dari paman dan bibinya; satu-satunya keluarga yang ia miliki.

Dia gadis yang baik, ramah dan pandai bergaul. Karenanya hampir semua orang di pulau mengenalnya.

Mereka mengenal gadis yang selalu membantu paman dan bibinya di restoran itu.

Gadis yang dengan rutin mengunjungi pantu asuhan kecil yang berada di pulau itu.

Dia selalu datang kesana untuk sekedar membantu mengurus panti atau ikut bermain bersama anak-anak. Mungkin karena keadaannya dan anak-anak disana yang serupa; tidak memiliki orang tua, membuatnya mudah akrab pada mereka.

Young Me bisa disebut sebagai sahabat terdekatnya, selain Jongwoon -yang kemudian menjadi kekasihnya-.

Sepasang kekasih yang seperti Hye Soo katakan; dikenal hampir seluruh orang di pulau itu. Karena memang hubungan mereka sudah berlangsung lama.

Jongwoon yang bernasib sama seperti sang kekasih; yatim piatu karena kedua orang tuanya meninggal sejak dia berusia 3 tahun menjadi teman dekat gadis itu.

Jadi sangatlah wajar jika Hye Soo seakan bergantung dengan pria yang menjadi penjaganya sejak kecil, pria yang menjadi 'kakak' untuknya. Bahkan orang tua gadis itu pun mempercayai Jongwoon untuk menjaganya.

Dan saat orang tuanya meninggal, Jongwoon ada untuknya, menjadi penjaga yang sebenar-benarnya untuk gadis itu. Membantu paman dan bibi Hye Soo tentunya.

Jongwoon sebenarnya bisa saja pergi meninggalkan pulau dan tinggal bersama kakek dan neneknya di Jepang sekaligus menjadi CEO dari perusahaan keluarga yang tengah di pegang oleh sang paman.

Namun karena satu dan berbagai hal terutama karena Hye Soo, dia memilih untuk tetap disana. Tetap berada disampingnya, menjaga dan mungkin menjadikan gadis itu sebagai istrinya nanti?

Dan hingga akhirnya momen itu datang, saat dimana Jongwoon akhirnya melamar dihadapan paman dan bibi Hye Soo. Saat itu Young Me tidak ada disana karena dia mendapatkan pekerjaan di Jepang dan telah pergi beberapa bulan sebelumnya.

Semua berjalan dengan baik, Hye Soo menerima dan tentu saja paman serta bibinya memberi persetujuan karena mereka tahu bagaimana hubungan sang kemenakan dan Jongwoon.

Lalu, tiba-tiba semua berubah.

Mendadak pria itu mengatakan jika dia harus pergi ke Jepang dan berjanji akan kembali lalu melangsungkan pernikahan.

Janji yang terus dipegang oleh Hye Soo selama setahun lamanya. Janji yang membuatnya seakan menjadi gadis bodoh karena menanti pria yang bahkan tidak bisa dipastikan apa ia akan kembali atau tidak. Karena sama sekali tidak ada kabar apapun dari pria itu.

Janji yang menjadi pegangan sekaligus penyemangat sebelum akhirnya runtuh dan menjadi tidak berharga begitu sebuah kertas yang seakan menjadi penghancur kehidupannya muncul di tempatnya tinggal.

Kertas bertuliskan nama sang kekasih beserta nama gadis lain. Sebutlah saja kertas itu sebagai sebuah undangan pernikahan.

Undangan pernikahan yang seharusnya bertuliskan nama Park Hye Soo dan Kim Jong Woon. Bukan Kim Jong Woon dan gadis lain bernama Song Yong Ra.

Lalu? Bayangkan saja sendiri betapa hancurnya gadis itu.

Pria yang sangat dicintainya, pria yang menjadi sandaran dan pegangan hidupnya, pria yang meracuni otaknya dengan berbagai janji-janji manis dan indah sekarang hanya menjadi kenangan.

Toh pada akhirnya pemeran wanita di cerita indah yang mereka impikan selama ini bukanlah dirinya, melainkan gadis itu yang entah siapa.

"Aku bisa membayangkan bagaimana perasaanmu saat itu."

Young Me menyentuh tangan Hye Soo dan membuat semua kenangan itu memudar dari pikirannya.

"Aku benar-benar minta maaf. Sahabat macam apa aku yang tidak berada disana saat kau mengalami masa-masa berat seperti itu."

"Aku tidak menyalahkanmu. Aku merasa semua itu membuatku menjadi lebih dewasa karena mau tidak mau aku harus menghadapi semuanya sendiri. Walaupun kau, paman dan bibi berusaha membantu tapi jika aku tidak membantu diriku sendiri bukankah sama saja?"

"Tetap saja. Aku merasa bersalah."

Dia meraih tisu dan memberikannya pada sang sahabat. Entah sudah tisu keberapa yang ia berikan.

"Sekarang aku mengerti kesalahan apa yang ia buat. Aku tidak menyangka jika dia akan mengkhianatimu seperti itu."

"Kau berpikir dia mengkhianatiku?"

"Tentu saja ! Dia memberimu janji yang kemudian ia langgar dengan hal mengejutkan seperti itu."

"Entahlah. Aku bahkan masih tidak percaya jika dia melakukan hal itu hingga sekarang."

"Lalu.."

"Apa kau masih sering memikirkannya setelah menikah?"

"Entah. Aku tidak bisa mengingatnya. Mungkin saja aku tanpa sadar menangisi pria itu saat tengah di rumah sendiri dan saat suamiku sedang bekerja."

Young Me berdiri dan menarik kursi lalu duduk disamping sang sahabat; memeluknya.

"Jika seperti ini keadaannya kau sungguh tidak pantas menangis untuknya. Anggap saja dia masa lalumu. Aku yakin kau akan bisa bahagia tanpanya."

Dia mengusap pelan punggung gadis itu, menenangkan hatinya yang mungkin kembali terluka karena mengingat semua hal yang menyakitkan itu.

Hingga pelukan mereka terlepas karena ponsel Hye Soo berdering. Ponsel yang ia letakkan dimeja itu menampilkan wajah Kyuhyun dilayarnya; panggilan dari pria itu.

Hanya sesaat, mungkin dia merasa kesal karena sendirian dirumah dan ingin membuat sang istri segera pulang dengan cara menerornya (?) dengan panggilan singkat itu.

"Lalu, bagaimana kau bisa berhubungan dengan suamimu sekarang?"

Melihat nama Kyuhyun membuat Young Me jadi penasaran dengan pria itu.

"Kyuhyun? Kami tanpa sengaja bertemu."

~FLASHBACK ON~

Semenjak mendapati undangan pernikahan Jongwoon, Hye Soo menjadi gadis yang pendiam, berbeda dari dirinya dulu yang terkesan selalu ceria dan tersenyum pada siapapun yang berpapasan dengannya.

Dia akan lebih sering melamun saat sendirian, hanya jika bersama sang paman dan bibi dia akan menjadi sangat ceria. Sangat periang hingga membuat kedua orang itu menyadari betapa besar luka yang ditutupi oleh wajah ceria penuh senyuman itu.

Salah satu cara agar membuat perasaannya sedikit membaik adalah dengan menghabiskan waktu di panti asuhan dan bermain bersama anak-anak disana.

Dia bahkan terkadang memilih untuk bermalam disana agara dapat terus bersama dengan anak-anak dan pengurus panti yang lain.

Terkadang mereka berhasil membuatnya lupa tentang Jongwoon untuk sesaat. Hanya sesaat. Karena terkadang dia masih sering kedapatan melamun oleh beberapa orang disana.

Mereka yang mengetahui masalah gadis itu terkadang akan mencoba membawanya ikut bermain bersama anak-anak yang memang sudah sangat dekat dengannya. Dan biasanya cara itu akan berhasil.

Hingga suatu hari, tepatnya sore hari saat mereka tengah berkumpul di halaman depan panti dan bermain, salah satu anak laki-laki disana tiba-tiba menarik tangan Hye Soo yang tengah ikut bermain dan membawanya ke suatu tempat.

Meskipun merasa bingung, dia tetap mengikuti langkah anak kecil itu dalam diam. Mungkin dia hendak bermain pikirnya.

Hingga mereka berhenti disebuah jalan tidak jauh dari panti, jalanan kecil yang terdapat sebuah mobil hitam disana. Dengan seorang pria berpenampilan acak-acakkan tengah terduduk dijalan bersandar pada pintu mobil, wajahnya memerah dan terdapat botol minuman keras di tangan kirinya. Cukup jelas jika pria itu tengah mabuk.

"Noona, aku tadi melihat ajushi itu saat berjalan disini."

Anak laki-laki tadi menunjuk pria itu dengan telunjuknya.

"Daehyun-ah, bisakah kau kembali ke panti dan minta Kangin hyung dan Shindong hyung kemari? Kita harus menolong ajushi itu, eoh?"

Hye Soo mengusap kepala Daehyun dan membuat anak itu mengangguk lalu berlari pergi.

Dia lalu perlahan menghampiri pria yang sepertinya tengah tidak sadar itu. Tertidur mungkin?

Pria itu jelas bukan berasal dari pulai itu, terlihat dari kendaraan serta tampilannya. Walaupun acak-acakkan tapi masih terlihat jika dia adalah seseorang yang bekerja dikantor dengan kemeja serta dasinya. Sedangkan tidak ada satupun perusahaan atau gedung kantor disana.

Wajahnya benar-benar memerah, beruntung dia tidak mengendarai mobil dalam keadaan seperti ini. Kondisi jalanan dipulau yang kecil dan berbatasan langsung dengan air akan cukup berbahaya.

Setelah menunggu beberapa saat hingga Kangin dan Shindong -salah satu pengurus panti- datang, mereka langsung membawa pria itu ke panti. Mengistirahatkannya di salah satu kamar yang tersedia.

Merasa kasihan dengan keadaannya yang kebetulan juga demam, Hye Soo memilih bermalam disana dan membantu untuk menjaga pria itu.

Menjaganya semalaman; entah mengapa saat menyadari keadaan pria itu yang tengah sakit membuatnya tidak tenang dan tidak bisa tertidur. Alhasil dirinya terjaga semalaman dan menjaga pria yang beberapa kali mengigau dan memanggil sebuah nama itu.

Dan akhirnya saat pagi hari dia terbangun, kebetulan tidak ada orang lain disana selain Hye Soo.

Matanya menatap bingung keadaan disampingnya, membuat Hye Soo juga ikut menatap bingung.

Dan saat dia menyadari kehadiran gadis itu disampingnya, dia hanya bisa diam dan menatap Hye Soo.

"Kau ada di panti asuhan jika kau bingung kau berada dimana."

Hye Soo seakan menyadari kebingungan yang dirasakan pria itu.

"Panti?"

Dia berusaha bangun walaupun rasa pusing mendera kepalanya.

"Ya. Salah satu anak disini menemukanmu tengah duduk dijalan, disamping mobil dalam keadaan mabuk."

"Benarkah? Apa tempat ini jauh dari Seoul?"

Dia meraih handuk kecil yang terjatuh saat ia duduk. Sepertinya handuk kecil itu tadi menempel di keningnya.

"Berjarak sekitar 5 jam perjalanan."

Hye Soo dengan ragu mengambil handuk yang di genggam pria dihadapannya.

"Maaf karena aku tidak sopan menyentuhmu. Kau tengah demam tadi malam dan aku mau tidak mau harus mengompresmu."

Pria itu mengangguk seraya memegang kepalanya.

"Ah, minumlah ini."

Hye Soo menyodorkan segelas minuman hangat yang mendapat tatapan tanya dari pria itu.

"Ini akan mengurangi rasa pengarmu."

Ucapnya meyakinkan.

Dan tersenyum saat pria itu menerima gelas darinya dan meminumnya.

"Siapa namamu?"

Tanyanya setelah menghabiskan minuman dari Hye Soo.

"Park Hye Soo. Kau?"

"Kyuhyun. Cho Kyuhyun."

"Hye- eoh?"

Hani, gadis yang juga sering mungunjungi dan mengurus panti muncul dibalik pintu dan terkejut saat mendapati Kyuhyun telah sadar.

"A-annyeonghaseyo."

Dia dengan kaku menyapa Kyuhyun yang menyapanya balik

"Sarapan sudah siap."

Ucapnya seraya menatap Hye Soo.

"Ikutlah sarapan bersama kami, Kyuhyun-ssi."

"Kau perlu mengisi perutmu karena kau demam tadi malam."

Hani ikut meyakinkan Kyuhyun yang terlihat ragu.

Sebelum akhirnya dia mengangguk dan mengikuti kedua orang gadis itu.

Mereka lalu memulai kegiatan sarapan mereka. Salah satu momen favorit Hye Soo karena dapat berkumpul dan bercanda bersama semua orang disana.

Ada sekitar 30 anak yang tinggal disana dan 15 pengurus yang sebagian tinggal dipanti dan sebagian adalah penduduk pulau yang sering berkunjung disana; seperti Hye Soo dan Hani.

Walau awalnya terlihat canggung dan merasa tidak enak karena berada ditengah-tengah orang yang tidak dikenal, Kyuhyun mulai merasa nyaman karena beberapa pengurus pria menyapanya dengan ramah dan mengajaknya berbincang.

Serta beberapa anak yang dengan ceria menyapa serta menanyai namanya. Mereka dengan polosnya bertanya banyak hal padanya. Mungkin merasa senang karena ada orang dari luar pulau yang datang.

Merasa nyaman dengan suasana pulau serta panti yang cukup tenang karena jauh dari keramaian, membuat Kyuhyun dengan keberanian penuh meminta ijin pada pengurus tertua disana untuk tinggal beberapa hari disana dengan alasan hendak menenangkan pikirannya yang memang tengah kacau.

Dan tentu saja mereka dengan senang hati mengijinkannya. Membuat pria itu akhirnya mencoba beradaptasi dengan semua orang disana bahkan ikut membantu beberapa pekerjaan pengurus panti. Juga ikut bermain bersama anak-anak.

Kyuhyun tidak dapat bersikap ramah pada siapapun belakangan ini, tapi dia sekarang bahkan dapat dengan nyamannya tertawa bersama anak-anak yang bermain dengannya. Tingkah polos nan menggemaskan milik mereka membuat perasaannya benar-benar membaik.

Dan juga karena gadis yang pertama kali ia lihat saat tersadar dari mabuknya kemarin. Gadis yang ia tahu bernama Hye Soo.

"Kau merasa nyaman disini, Kyuhyun-ssi?"

"Ah, Kangin-ssi."

Kyuhyun yang tengah duduk dibangku panjang di halaman depan panti menggeser duduknya saat Kangin menghampiri dan menyapanya.

"Kau bisa memanggilku 'hyung' jika kau mau."

"Ah, baiklah, hyung."

"Jadi bagaimana perasaanmu setelah beberapa hari tinggal disini?"

"Sangat baik. Mereka membuatku nyaman dan merasa senang."

Dia menatap anak-anak yang tengah bermain dihadapannya.

"Anak-anak memang mampu membuat perasaanmu membaik. Apa ada anak kecil yang dekat denganmu?"

"Ada. Dia putra noona ku, mungkin karena dia cucu pertama di keluarga kami jadi aku sangat dekat dengannya."

Kyuhyun bahkan tidak pernah berbicara sepanjang ini pada siapapun !!!

"Ah, benarkah? Aku turut senang jika kau merasa betah disini. Karena kau ingin menenangkan pikiranmu bukan?"

Kyuhyun menoleh ke Kangin dan tersenyum tipis.

"Benar. Maaf jika aku merepotkan kalian semua."

"Tentu saja tidak. Kami senang ada kau disini, karena anak-anak juga sangat senang dengan keberadaanmu. Justru kami yang merasa khawatir tidak dapat membantumu untuk merasa lebih baik."

"Tidak. Kalian benar-benar menerima dan memperlakukanku dengan baik. Aku merasa ikut bahagia saat melihat anak-anak bermain."

"Apa kau juga merasa bahagia saat melihat Hye Soo?"

"Ne?"

Pertanyaan Kangin yang tiba-tiba mengarah pada Hye Soo membuatnya terkejut dan menatapnya kaget.

"Maaf. Aku tidak sengaja beberapa kali mendapatimu tengah memandanginya."

"Ah, itu... itu hanya-"

Mulutnya jadi cekat dan tanpa sadar tangannya menggaruk leher belakang; jelas menunjukkan jika dirinya tengah salah tingkah.

"Apa kau tertarik padanya?"

"N-ne?"

Pria itu terlalu to the point.

"Entah kenapa aku merasa kalian berdua sangat cocok."

Kangin tersenyum saat mendapati wajah heran Kyuhyun dan mengalihkan pandangan lalu memandang Hye Soo yang terlihat melalui jendela depan sedang membersihkan bagian ruang tengah panti bersama Hani dan beberapa anak perempuan. Membuat Kyuhyun mengikuti arah pandangannya.

"Maksudmu, hyung?"


~TBC~
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar