Minggu, 08 Mei 2016

Don't Wake Me Up

When morning comes and the sunlight wraps around us
Even if I don’t get up, don’t wake me up

Touch me like the spring wind, everything about you is beautiful
I’ll pull you in like this oh baby and whisper that I love you


Don’t wake me up
Let’s draw a comma for a bit, let’s loosen up and stretch
My arm pillow is your resting place
I’ll make a bonfire to melt your body


Without you, I’m an empty tin can
Just like leftover scraps
So when I open my eyes, please be by my side

When the sun sets, under that light, my eyes dazzle at the sight of you
As I look at you like this baby, I softly kiss your lips


Push back your worries for a bit, it’s alright, oh it’s alright
This is your resting place, just stay like that, it’s alright, oh it’s alright

Super Junior D&E _ Don't Wake Me Up

`

Sinar matahari, alarm yang memekikkan telinga serta suara sang istri yang semakin lama semakin meninggi sama sekali tidak mengusik ketenangan tidur seorang Lee Donghae.

Pria itu seperti lebih memilih berkutat dengan dunia mimpi dibanding harus bangun lalu pergi ke kantor dan meninggalkan wanita yang menjadi penyemangat hidupnya dirumah.

"Oppa, ayolah. Kau akan terlambat."

Untuk kesekian kalinya Hye Ri kembali masuk ke kamar dan berusaha membangunkan sang pangeran tidurnya.

"Aku tahu kau sudah bangun. Cepatlah mandi lalu pergi ke kantor."

Dia menarik selimut yang masih tertindih oleh pria yang membelakanginya itu.

"Beri waktu sebentar lagi."

Benar, dia memang sudah bangun. Hanya malas untuk beranjak dari salah satu tempat favoritnya.

"Kau akan terlambat nanti, lagipula aku harus pergi ke cafe."

"Meeting hari ini dibatalkan jadi aku tidak harus pergi ke kantor."

Pria itu akhirnya beranjak merubah posisi tubuh dan menghadapnya.

Membuka mata perlahan.

"Dan kau juga tidak perlu pergi. Biarkan saja pegawai yang mengurus cafe untuk hari ini."

"Ey, kenapa harus begitu?"

Hye Ri membiarkan sang suami menarik tangan dan membuatnya berbaring dipelukan pria itu.

"Aku ingin menghabiskan waktu denganmu."

"Kita selalu bersama."

"Tidak setiap saat. Hanya saat aku dirumah dan saat kau tidak sedang sibuk dengan cafe."

"Lalu apakah itu semua tidak cukup?"

"Tentu saja tidak."

Donghae mempererat pelukan dan menempatkan dagunya ke atas kepala sang istri.

Matanya masih berkerjap beberapa kali karena rasa ngantuk yang masih mendera.

"Aku ingin menghabiskan setiap detik bersamamu."

"Hmm. Kau semakin pintar merayu."

"Aku tidak merayumu, sayang."

"Benarkah? Tapi semakin kesini kata-katamu semakin manis."

"Mungkin karena predikat sebagai cinta pertama dihidupku membuatmu jadi sangat spesial."

"Lalu kau akan beralasan jika kau tanpa sadar menjadi lebih romantis seperti itu?"

"Mungkin. Kau tahu, rasa nyaman akan membuatmu tanpa sadar melakukan hal-hal yang tidak biasa."

"Contohnya."

"Contoh? Aku. Jika kau tahu, Siwon dan Hyukjae mengatakan jika hatiku membatu sejak lahir. Karena apa?"

"Karena kau terlalu cuek pada orang lain."

"Benar. Terutama pada wanita. Aku merasa seorang wanita akan menjadi beban dihidupku, membuatku terkekang dan tidak bebas. Dan tanpa sadar aku akan selalu menarik diri dan menjauh dari mereka yang tengah berusaha mendekati."

Hye Ri menarik wajahnya sedikit menjauh dan melihat sang suami.

Ingin mendengarkan seraya menatap wajah pria itu.

"Bukannya aku berlagak jual mahal, aku hanya merasa kurang nyaman ketika ada seorang wanita disampingku. Kau juga tahu jika aku akan lebih memilih menyendiri dibanding bersama orang banyak, pria maupun wanita, bahkan keluargaku sekalipun."

"Tidak nyaman atau tidak percaya diri?"

"Keduanya. Tidak nyaman karena tidak terbiasa dan tidak percaya diri karena bingung dengan apa yang harus dilakukan saat berkumpul dengan orang lain."

Tangannya asik memainkan rambut sang istri yang bergerak nyaman di pelukannya.

"Lalu?"

"Seperti yang orang katakan; cinta merubah seseorang. Untuk pertama kalinya aku memiliki ketertarikan untuk bersama seseorang, untuk pertama kalinya aku memiliki keinginan untuk mendekati bahkan memiliki seseorang. Untuk pertama kalinya ada seseorang yang aku harapkan selalu ada disampingku."

"Semua sikap tertarik serta egois karena harapan untuk memiliki itu tiba-tiba selalu memenuhi pikiranku. Aku mungkin menjadi terlihat bodoh karena memang hal ini terjadi untuk pertama kalinya."

"Untuk pertama kalinya aku memiliki seseorang yang selalu memenuhi pikiranku, membuatku tampak idiot karena selalu tersenyum saat memikirkannya."

"Dan kau tentu saja tahu siapa orang itu."

Hye Ri menarik selimut hingga menutupi pinggangnya.

"Cinta pertamamu?"

"Ya. Kau."

~

"Kau tahu, sayang? Selama beberapa tahun ini aku selalu bermimpi setiap malam. Dan anehnya selalu dengan mimpi yang sama."

"Mimpi buruk?"

Hye Ri mengalihkan buku yang ia baca dan mulai mengincar cemilan yang tengah dinikmati sang suami.

"Tentu saja bukan."

Pria itu dengan cepat menjauhkan tangannya agar Hye Ri tidak dapat menyentuh cemilannya.

Mereka tengah bersantai diruang tengah; duduk dilantai dengan meja ditengah-tengah mereka yang terdapat beberapa buku serta cemilan disana.

"Lalu mimpi seperti apa?"

Tidak ingin melayani tingkah kekanakkan Donghae, dia memilih membuka cemilan lain yang tersedia.

"Mimpi yang sangat-sangat indah. Tapi selalu saja terganggu karena kau membangunkanku."

"Aku kan tidak tahu jika kau tengah bermimpi. Aneh."

"Haish. Kau ingin tahu tentang mimpiku atau tidak."

"Baiklah. Ceritakan."

"Di mimpi itu selalu ada kau dan aku. Kita menghabiskan waktu bersama, terkadang dirumah atau di tepi pantai. Aku berpikir rumah kita mungkin berdekatan dengan pantai."

"Kita menghabiskan waktu bersama di balkon atau kadang aku fokus memperhatikanmu saat kau tengah memasak di dapur. Aku merasa bahagia dan nyaman saat melakukannya."

"Lalu biasanya akan ada suara keributan di dalam rumah, seperti ada orang yang berlarian disana. Dan setiap aku ingin melihat siapa yang membuat keributan itu, aku pasti akan terbangun karenamu dan tidak tahu kelanjutan dari mimpi itu."

"Apa selalu begitu?"

"Ya. Aku selalu terbangun saat ingin melihat siapa orang lain yang berada di rumah kita."

"Lalu?"

"Akhirnya tadi malam, aku kembali bermimpi dan mengetahui kelanjutannya."

"Benarkah? Siapa?"

Wanita itu mulai mencondongkan tubuh karena tertarik dengan cerita yang suami.

"Ada dua anak kecil, laki-laki dan perempuan yang berlari dari ruang tengah ke arah kita. Salah satu dari mereka lari ke pangkuanku dan yang satu lagi menghampiri dan memelukmu."

"Anak kita?"

Pertanyaan penuh antusias itu mendapat anggukan dari Donghae.

"Wajah mereka terlihat mirip, menurutku mereka kembar."

"Kembar? Ah, aku berharap kita benar-benar mendapatkan anak kembar."

"Kau sudah bisa merasakan kebahagian yang aku maksud, bukan? Karena itu aku terkadang tidak ingin siapapun membangunkanku dan menghancurkan mimpi bahagia itu."

"Maaf."

Donghae meraih tangan Hye Ri dan menggenggamnya.

"Tapi, saat aku terbangun dan melihat wajahmu aku tersadar akan satu hal. Aku tidak bisa marah karena kau mengganggu mimpi indah ku tapi seharusnya aku melakukan hal lain agar mimpi itu menjadi sesuatu yang nyata."

"Agar aku bisa mendapati hal indah yang sama, baik di dalam mimpiku atau di dunia nyata."

"Dan mendapatimu di sampingku saat aku membuka mata adalah salah satu mimpi indahku yang menjadi nyata."

"Jadi maaf jika saat pagi kau membangunkanku aku akan kembali menarikmu agar tidur di pelukanku dan membiarkanku membangun mimpi lain yang tak kalah indahnya."

"Dunia mimpi bersamamu dan anak kita."

"Dunia yang menjadi mimpiku juga."

Wanita itu menatapnya, mengusap pipinya dengan lembut.

"Dan mimpi yang akan kita bangun bersama di sini, di dunia nyata milik kita berdua."

"Serta keluarga kecil kita."

"Ya. Keluarga kecil kita yang akan menjadi harta berharga bagiku."

Pria itu mencium tangan sang istri serta mengusap pucuk kepalanya.

Berharap semua itu bukan lagi mimpi melainkan hal nyata yang bisa mereka milikki nanti.

FIN
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar