Rabu, 07 September 2016

You & Me #3




Author : Reni Retnowati
Cast : Lee Donghae, Park Young Me, Lee Hyukjae, etc.
Length : Chapters
Genre : Romance

Happy reading!

`

"Kau tidak menyukai kalungnya?"

"Tidak. Aku suka."

"Benarkah? Wajahmu terlihat tidak senang."

"Mungkin karena aku merasa lelah."

"Maaf jika aku terus-menerus merepotkanmu."

"Hm. Aku juga menyetujuinya jadi tidak apa."

"Kau ingin makan sesuatu?"

"Tidak. Aku tidak lapar."

Perhatian kedua orang itu teralihkan saat Hye Jung -ibu Hyukjae- kembali dari toilet. Hari ini mereka -Young Me dan Hyukjae- menemani wanita itu check up seperti biasa lalu pergi makan siang sebelum pulang dan disinilah mereka berada, salah satu kafe kesukaan Young Me.

"Kau tidak memesan apapun, Young-ah?"

Tanya wanita itu saat melihat tidak ada apa-apa selain segelas frappe di hadapan Young Me.

"Tidak, eomma. Aku tidak lapar."

"Benarkah? Kau, Hyuk?"

"Aku sudah memesannya eomma dan sedang menunggu."

Dia mengangguk dan kembali menikmati hidangan yang ia pesan.

Beberapa minggu mendapati Hyukjae dan Young Me setia menemani kemana-mana membuat suasana hatinya membaik, ditambah melihat hubungan mereka berdua yang terlihat mesra dihadapannya.

Dia mengenal Young Me sejak gadis itu berhubungan dengan anaknya. Kepribadiannya yang sopan dan menarik membuat Hye Jung berpendapat jika gadis itu akan menjadi istri yang tepat untuk Hyukjae.

Itulah sebabnya dia sangat kecewa saat hubungan mereka berakhir dan Hyukjae lebih memilih bersama Hye Soo dibanding gadis itu. Sempat memberinya nasehat namun hanya pria itu tanggapi dengan kalimat singkat.

"Aku tahu mana yang terbaik untukku, eomma "

Beruntung saat dirinya tengah tidak dalam kondisi baik seperti ini, Hyukjae muncul bersama gadis itu saat menjemputnya di bandara.
Bagaikan seorang malaikat penyelamat, bukan?

"Kau belum mengenakannya? Biar Hyukjae yang membantumu."

Dia baru saja memberikan sebuah kalung untuk Young Me. Kalung yang sudah dia persiapkan dari lama dan berencana untuk memberikannya pada Young Me saat Hyukjae akan melamarnya.

Namun karena hubungan mereka berakhir, Hye Jung hanya bisa menyimpan dan berharap akan memiliki kesempatan lain untuk memberikan benda itu. Dan sekarang sepertinya saat yang tepat.

Hyukjae mengangguk dan berniat meraih kotak berisi kalung yang berada di hadapan Young Me sebelum matanya menangkap pemandangan lain.

"Young."

Dia menyentuh pelan tangan gadis itu. Saat gadis itu merespon dan menatapnya dia hanya memberikan isyarat menggunakan mata.

"Apa?"

Tatapannya seakan meminta Young Me untuk melihat ke arah Hye Jung namun karena gadis itu tetap tidak mengerti maksudnya, maka..

"Bukankah kau tadi ingin ke toilet?"

Ucapnya tiba-tiba.

"Ne?"

"Toilet."

Semakin bingung dan membuat wanita yang duduk dihadapan mereka ikut bingung.

"Di depanmu."

Bibir Hyukjae mengeja kata 'Di depan' secara perlahan dan tanpa suara yang berhasil membuat Young Me menurut. Dia melihat Hye Jung dan matanya bergerak ke pemandangan di belakang wanita itu.

Seorang pria yang tengah mengobrol bersama seorang pria lain yang ia ketahui namanya sebagai Siwon terlihat di depan matanya.

Siwon dan pria itu baru saja melewati pintu masuk dan seperti tengah mencari tempat untuk duduk.

Melihat sang 'pria' yang bersama Siwon yang sering Young Me sebut sebagai 'kekasihnya' membuatnya cepat-cepat menunduk dan sedikit gelabakkan.

"A-aku ingin ke toilet sebentar."

Belum sempat Hyukjae maupun Hye Jung menyahut, gadis itu sudah berdiri dan sedikit berlari menuju toilet yang arahnya berlawanan dengan pintu masuk.

"Apa dia sakit?"

Hye Jung terlihat curiga dan heran.

"Tidak. Tidak, eomma. Dia hanya berniat merapikan riasan wajahnya."

Hyukjae pintar berbohong dan berlakon, bukan?

"Ah."

Berhasil membuat sang ibu percaya.

~

"Maaf, seharusnya aku tidak memaksamu ikut hari ini. Maaf."

"Tidak apa, oppa. Lagi pula kau lebih sigap dariku hingga aku tidak harus bertemu dengannya."

"Apa Donghae sering mengunjungi kafe tadi?"

"Ya. Itu kafe yang sering kami datangi bersama."

Hyukjae mengangguk dan kembali fokus menyetir saat mobilnya memasuki basement apartemen Young Me.

"Terima kasih untuk hari ini, Young."

Dia memperhatikan gadis yang tengah melepas seat beltnya itu.

"Ya, oppa. Terima kasih karena sudah mengantarku. Sampai jumpa."

"Hm. Sampai jumpa."

Setelah memastikan Young Me jauh dari mobilnya Hyukjae memutar arah mobil dan bersiap meninggalkan tempat itu sebelum matanya menangkap sebuah mobil datang yang menampilkan Donghae sebagai pengendaranya.

Dia memperhatikan Donghae yang memarkir mobil dan keluar dengan tergesa-gesa, sepertinya pria itu melihat Young Me yang masih terdiam di depan lift karena sibuk dengan ponselnya.

Hyukjae memilih diam dan memperhatikan segala sesuatu yang dilakukan oleh pasangan itu melalui kaca depan mobilnya; mulai dari Donghae yang mengejutkan sang kekasih dengan memeluknya dari belakang, Young yang berpura-pura kesal lalu memastikan Donghae berdiri jauh darinya dan membuat pria itu tertawa.

Semua hal yang sepertinya dulu pernah mereka -Hyukjae & Young- lakukan. Seperti menyaksikan pemutaran ulang tapi dengan tokoh pria yang berbeda.

~

"Kau sudah makan?"

"Sudah. Aku tadi bertemu klien bersama Siwon di kafe favoritmu itu."

"Hm. Benarkah? Sudah lama kita tidak pergi kesana."

Young duduk di samping Donghae dan mengikuti kegiatan pria itu; menonton tv.

"Kau ingin kita pergi kesana sekarang?"

"Tidak perlu. Aku sudah makan siang tadi, lagipula waktu istirahatmu akan berkurang nanti."

"Sayang?"

"Hm?"

"Apa kau sedang sakit akhir-akhir ini?"

"Tidak. Kenapa bertanya seperti itu?"

Donghae menyandarkan tubuh dan menatap sang kekasih yang juga tengah menatapnya.

"Tidak. Hanya saja beberapa hari yang lalu seseorang mengatakan dia melihatmu di rumah sakit."

"Rumah sakit?"

Suaranya dibuat senormal mungkin, pria dihadapannya tidak boleh tahu jika dia memang benar pergi ke rumah sakit; bukan untuk memeriksakan dirinya melainkan menemani Hye Jung untuk check up.

"Sekretaris Siwon melihatmu di rumah sakit dan mengatakannya pada Siwon. Karena itu dia tadi bertanya apakah kau baik-baik saja atau tidak."

Pria itu meraih ponselnya yang bergetar.

"Mungkin dia melihat orang yang salah, aku tidak pergi ke rumah sakit manapun. Aku baik-baik saja, jika aku sakit kau pasti akan tahu, kan?"

"Tapi kau tidak menyembunyikan apapun dariku, bukan? Katakan jika ada yang terasa salah dari tubuhmu dan aku akan mengantarmu ke rumah sakit segera, eoh?"

"Baiklah, aku mengerti."

"Sekarang, kau istirahatlah. Apa kau akan kembali ke kantor?"

"Tidak. Pekerjaanku sudah selesai jadi Leeteuk oppa memberi ijin untuk pulang lebih awal."

"Benarkah? Baguslah."

Donghae menyampirkan rambut Young Me ke belakang telinganya.

"Jika aku tidur apa yang akan kau lakukan?"

"Tidak ada. Hanya menonton tv hingga waktu makan siang selesai."

"Kalau begitu aku akan menemanimu saja."

Donghae tersenyum dan menarik Young Me agar bersadar ke tubuhnya.

~

"Ya, oppa?"

Gadis itu menutup pintu apartemen setelah memastikan sang kekasih sudah berada jauh dari tempatnya.

"Malam ini? Ada apa?"

Hyukjae memghubunginya tepat setelah Donghae pergi.

"Maaf, aku tidak bisa. Aku sudah memiliki janji."

"..."

"Katakan saja pada ajhumma aku menghadiri acara keluarga."

"Hm. Maaf, oppa."

Pria itu meminta bantuannya agar datang ke rumah, sepertinya sang ibu ingin bertemu dengannya.

Sayangnya gadis itu sudah terlebih dulu mengiyakan ajakan makan malam Donghae yang disampaikan pria itu sebelum kembali ke kantor tadi.

Dia sadar waktunya bersama sang kekasih semakin berkurang, waktu yang biasanya mereka habiskan untuk makan siang bersama sering lenyap karena Hyukjae meminta bantuannya terlalu sering.

Kepintaran Young Me untuk membagi waktu sangat diperlukan agar Donghae tidak curiga apalagi sampai mengetahui apa yang dilakukannya bersama Hyukjae.

Dan juga kebaikan hati dari sang kakak yang membantunya dengan cara meminjakan nama untuk menjadi alasan penolakkan Young Me saat Donghae mengajaknya pergi atau sekedar ajakan makan bersama.

"Aku membantumu sebisaku tapi kau sendiri yang menanggung resikonya."

Kalimat yang selalu pria itu katakan.

~

"Apa yang harus aku kenakan?"

Young Me tengah bergelut di depan lemari pakaiannya; sibuk menentukan dress mana yang akan ia pakai untuk makan malam nanti.

"Baiklah. Dress cream ini saja."

Tangannya membawa keluar sebuah dress cantik berwarna cream dengan sedikit motif bunga diujungnya. Meletakkannya di atas ranjang, berdampingan dengan tas slempang kecil berwarna hitam dan flat shoes.

"Saatnya bersiap."

Donghae akan menjemputnya satu jam lagi; waktu yang cukup untuk mandi lalu bersiap-siap.

~

Donghae sibuk memperhatikan ponsel semenjak dirinya turun dari mobil hingga saat dia sudah berdiri di depan pintu apartemen kekasihnya.

Memastikan tempat yang dipesannya sudah siap; ingin memberi sedikit kejutan untuk gadis yang beberapa hari ini menjadi sulit untuk dia ajak pergi. Jika bertemu pun tempatnya hanya dua; apartemen Young atau apartemennya. Tidak cafe maupun lokasi-lokasi lain favorit mereka.

"Apa yang kau lakukan, Young?"

Merasa bosan menunggu pintu yang tak kunjung dibuka padahal bel sudah ia bunyikan sedari tadi, membuat Donghae tanpa pikir panjang memasukkan password yang memang sudah ia ketahui.

"Sayang?"

Tidak ada siapa-siapa di ruang tengah, begitupun di dapur. Dan saat pria itu membuka pintu kamar, suara air menyambutnya. Membuatnya mengangguk menyadari jika sang kekasih tengah mandi.

Donghae mengambil posisi di samping barang-barang Young yang bertebaran di ranjang dan merebahkan tubuhnya. Memejamkan mata sebentar, menenangkan tubuhnya yang terasa sangat lelah hari ini.

Hingga saat sebuah usapan dari tangan yang dingin membangunkan pria itu dari tidur singkatnya.

"Apa yang kau lakukan disini? Bukankah masih setengah jam lagi?"

Suara lembut Young menyambut saat matanya terbuka.

"Tidak ada. Aku hanya tidak bisa menunggu lama untuk segera bertemu denganmu."

"Benarkah? Apa kau merasa lelah? Jika iya, istirahatlah saja."

Gadis itu duduk dipinggir ranjang berdampingan dengan tubuh Donghae.

"Tidak. Aku baik-baik saja. Kau bersiap-siaplah segera."

"Kalau begitu kau keluarlah cepat."

"Apa harus?"

"Haish, jangan bercanda."

Young Me menarik boneka yang dikenakan Donghae sebagai bantal. Keadaannya yang masih hanya berbalut handuk membuat udara terasa begitu dingin baginya.

"Baiklah."

Pria itu bangun dan menatap sang kekasih.

"Kau harus berpenampilan cantik hari ini."

"Bukankah aku selalu terlihat cantik di matamu?"

Dengan sedikit kekuatan, gadis itu mendorong tubuh Donghae agar segera keluar dari kamar.

~

 "Apakah ini dekorasi khas restoran ini atau karena idemu?"

Matanya menelusuri balkon restoran yang terlihat spesial karena hanya menampung satu meja yang tengah mereka gunakan sekarang. Beberapa tangkai bunga dan lilin menghiasi meja itu. Dengan lampu-lampu cantik serta hiasan lain disekitar yang memberikan kesan romantis.

"Tentu saja ideku. Kau pikir jika aku tidak menyiapkannya apa suasananya akan seperti ini?"

"Maksudmu mungkin saja ada meja dan orang lain disini?"

"Tentu saja. Mungkin sekitar 5-6 meja?"

"Ah, benarkah?"

"Kau tak akan bisa menikmati pemandangan favoritmu itu."

Pria itu mendongak, membuat sang kekasih mengikutinya. Bintang-bintang di langit; pemandangan favorit Young Me; menjadi penghias tambahan selain semua dekorasi disana.

"Terima kasih."

"Tidak perlu. Kau seperti orang asing saja."

"Bukan begitu. Aku hanya merasa tidak enak, akhir-akhir ini aku tidak bisa sering menemanimu. Aku takut kau akan marah atau merasa kecewa, tapi kau justru menyiapkan semua ini."

"Aku tidak marah karena aku tahu kau sibuk dengan pekerjaan. Bukankah aku juga terkadang seperti itu? Terlalu banyak pekerjaan dan kemudian mengacuhkanmu?"

Young Me mengangguk, menyetujui kalimat pria itu yang memgacuhkannya saat tengah sibuk dengan pekerjaan.

Tapi di dalam hatinya dia menggeleng, tidak membenarkan kalimat jika dia tidak bisa sering bersama Donghae karena pekerjaan. Bukankah sebenarnya karena Hyukjae?

"Apa yang kau pikirkan?"

Young Me segera menggeleng dan kembali menatap sang kekasih.

"Dan karena kita tidak bisa sering bertemu maka moment seperti ini menjadi sangat langka. Oleh karena itu aku ingin menyiapkan yang terbaik untukmu."

"Aku mengerti. Aku tetap harus berterima kasih padamu."

"Berterima kasihlah dengan cara lain?"

"Yaitu?"

"Kau bisa-"

Kalimat Donghae terpotong saat seorang pelayan muncul dan meletakkan beberapa hidangan yang tadi mereka pesan.

"Apa?"

Meminta Donghae melanjutkan kalimatnya.

"Kita bicarakan nanti. Sekarang makanlah dulu."

"Baiklah."

~

"Kau ingat restoran yang dulu sering kita kunjungi disini?"

"Ah, restoran yang menyediakan makanan hasil laut itu?"

Mereka berdua tengah berada di pinggir sungai; salah satu tempat yang sering mereka kunjungi saat malam.

Tempatnya yang tenang dan adanya beberapa bangunan disekitar yang memasang lampu berwarna-warni sehingga terlihat indah saat memantul di atas riak air memberikan kesan nyaman dan juga romantis.

Tidak lupa cahaya bulan dan juga bintang yang menghiasi langit malam. Karenanya Young Me akan sering merengek meminta agar Donghae mengajaknya pergi ke tempat itu.

"Ya. Kau ingat pemiliknya selalu memberi kita porsi yang besar dan lebih dari yang ia jual."

"Itu karena kita sering berkunjung kesana dan karena dia menyukai kita."

"Kau benar."

"Aku merindukan masakan direstoran itu."

"Aku juga. Apa aku harus mencari tahu keberadaan pemiliknya?"

Young Me tertawa dan menyuapkan cemilan ditangannya ke mulut Donghae.

"Tidak perlu. Berlebihan."

"Mungkin saja dia membuka restoran di tempat lain?"

"Bukankah mereka kembali ke desa? Kalaupun mereka membuka restoran lagi pasti lokasinya juga di desa."

"Hm. Mungkin saja."

"Lalu kenapa kau membawaku kemari?"

"Tidak apa. Karena mungkin saja kau akan kembali sibuk besok maka aku harus bisa menahanmu bersamaku selama mungkin."

Young Me menatap Donghae. Pria itu sedari tadi menunjukkan betapa ia sangat merindukannya. Membuatnya jadi merasa bersalah.

"Kau tidak keberatan bukan jika aku menahanmu bersamaku?"

Donghae mengusap wajah gadis yang tiba-tiba mendekat dan melingkarkan tangan di lengannya dan menyandarkan kepala ke pundaknya itu.

Gadis yang menggeleng dan kemudian mengalihkan tangan dan memeluknya.

"Aku bahkan akan mengijinkan jika kau ingin menginap malam ini."

"Benarkah?"

"Selama Leeteuk oppa tidak tiba-tiba datang dan mengusirmu."

"Ah, benarkah? Aku jadi harus berpikir dua kali sepertinya."

"Haha, tidak perlu. Aku hanya bercanda."

"Baguslah. Kalau begitu, kau ingin kita pulang sekarang?"

"Boleh."

"Baiklah."

~

"Oppa.."

"Hm."

"Apa yang sedang kau lakukan?"

"Memasak."

"Haish, aku serius bertanya."

"Menurutmu? Lagipula apa yang kau lakukan disini?"

"Mengunjungimu."

"Jangan bercanda. Keluarlah, selesaikan pekerjaanmu."

"Pekerjaan yang mana? Aku sudah menyelesaikan semuanya."

"Kalau begitu lakukan hal lain, pergi ke tempat lain. Yang penting jangan menggangguku disini."

"Oppa."

"Keluarlah, Young. Orang akan mengatakan hal yang tidak-tidak jika kau tetap disini."

"Ayolah, hal yang tidak-tidak bagaimana? Semua juga tahu jika aku adalah adikmu."

"Aku tidak peduli. Aku hanya tidak ingin melihatmu."

"Haish, baiklah. Aku akan pergi!"

Gadis itu meletakkan berkas ditangannya ke meja dengan sedikit unsur melempar agar menunjukkan jika dia tengah marah.

Sedang sang pemilik meja hanya memberikan reaksi datar atas tingkah sang adik. Dia hanya menatap Young Me setelah gadis itu berjalan keluar ruangan.

Gadis yang selama beberapa minggu ini jadi sering mengganggunya; masuk ke ruangan atau bahkan menghubunginya hanya untuk bercerita tentang masalah Hyukjae atau Donghae. Membuatnya jengah.

~

"Apa yang sedang kau lakukan? Ini sudah waktunya makan siang."

"Aku sedang ada meeting, sayang."

"Kenapa harus ada meeting? Aku ingin makan siang denganmu."

"Maaf, kita akan makan malam bersama nanti di apartemenmu, eoh? Untuk saat ini aku tidak bisa."

"Baiklah, terserah kau saja."

"Kau marah?"

"Tidak. Aku hanya sedang kesal karena Leeteuk oppa dan sekarang kau menambah rasa kesalku."

"Benarkah? Maaf, aku tidak tahu jika moodmu sedang tidak baik."

"Tidak apa. Aku akan makan siang sendiri."

"Makan siang di cafetaria saja, jangan keluar dari kantor, arra?"

"Baiklah. Selesaikan meetingmu cepat dan segera makan siang."

"Siap, nyonya Lee. Sampai jumpa nanti malam."

"Hm. Sampai jumpa."

Young Me sedikit menghempas ponselnya ke meja. Makanan dan minuman coklat yang menjadi favoritnya sama sekali tidak menggugah selera kali ini. Terlalu kesal dengan sang kakak dan kekasihnya.

"Sama saja. Mereka berdua sama saja."

"Jangan menggerutu di depan makanan."

Atasannya muncul, menarik kursi lalu duduk di sampingnya.

"Jika sudah ada yang terhidang makanlah cepat, jangan hanya menatapnya."

Gadis itu hanya menatap datar lalu mendorong kursi ke belakang, berdiri dan meraih ponselnya; berniat pergi.

"Kemana? Aku baru saja duduk."

Tangannya ditahan.

"Pergi ke tempat lain. Aku tidak ingin mengganggumu."

"Hey! Hey!"

Pria itu bangkit dan segera menghadang sang adik yang berjalan menjauh, jelas sekali dia tengah kesal sekarang.

"Kau marah, eoh?"

"Tidak."

Wajahnya melihat ke arah lain; tidak ingin menatap Leeteuk.

"Kalau begitu duduklah. Temani aku dulu."

"Kau akan bertingkah menyebalkan dan memancing emosiku lagi, oppa."

"Tidak, aku berjanji. Aku justru ingin meminta maaf karena mengacuhkanmu tadi."

Young Me diam dan tetap ditempatnya.

"Ayolah. Orang-orang tengah memperhatikan kita sekarang."

Gadis itu mencuri pandang dan menyadari banyak mata yang tertuju pada mereka. Mungkin merasa heran dan penasaran karena melihat sang CEO bersitegang dengannya.

"Lepaskan tanganmu."

Leeteuk segera mengangkat tangan kiri yang masih bertengger di lengan adiknya itu. Menatapnya hingga dia kembali ke kursinya. Terasa seperti bertengkar dengan Hye Ri.

"Berhentilah marah. Aku minta maaf, aku tidak berniat untuk mengacuhkanmu tadi."

"..."

"Young.."

"Diam dan makan saja makananmu, oppa."

"Kalau begitu makanlah juga makananmu."

"Aku tidak lapar."

"Jangan seperti itu. Kau sudah melewatkan sarapan, jangan melewatkan makan siangmu juga."

"Aku makan sesuatu sebelum pergi ke kantor tadi."

"Tidak perlu berbohong. Aku tahu kebiasaanmu, kau tidak pernah mengisi perutmu saat pagi."

"Sekarang makan cepat, kau bisa kembali ke atas setelahnya."

Gadis itu hanya diam dan mulai menyantap makanannya.

Dia berniat menceritakan masalahnya pada Leeteuk, karenanya dia bergegas menyelesaikan pekerjaannya dan pergi ke ruangan sang kakak. Namun yang terjadi justru moodnya semakin buruk karena pria itu mengacuhkannya.

"Kau bisa mengatakannya."

"Apa?"

"Yang ingin kau katakan padaku."

"Tidak ada."

"Lalu untuk apa kau datang ke ruanganku tadi?"

"Bukankah aku sudah mengatakannya? Aku hanya ingin mengunjungimu."

"Baiklah, apa katamu saja."


~TBC~
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar