Author : Reni Retnowati (Park Hye Ri)
Cast : Cho Kyuhyun, Park Young Me, etc.
Length : Chapters
Happy reading!
~
Cast : Cho Kyuhyun, Park Young Me, etc.
Length : Chapters
Happy reading!
~
“Morning.”
“Hm.”
“’Hm’?
Hanya itu?”
“Good
morning too, nona Kang. Puas?”
“Tidak
juga.”
Young
Me meletakan beberapa berkas serta kopi ke atas meja kerjanya dan memperhatikan
Haneul, teman sekantornya.
“Apa
yang kau lihat? Pesan dari para kekasihmu?”
“Para
kekasih? Memangnya aku memiliki berapa kekasih?”
“Lebih
dari satu yang pasti.”
Young
Me menyodorkan sebuah undangan ke hadapan haneul dan merebut ponsel gadis itu.
“Kau
mendapat undangan itu?”
“Tidak.
Ini untukmu? Bagaimana bisa?”
“Itu
juga yang aku pertanyakan. Kenapa hanya aku di divisi ini yang mendapat
undangannya? Aku bahkan tidak mengenal mereka dengan baik.”
Haneul
mengangguk setuju dan membolak-balik kertas undangan pernikahan di tangannya.
Memperhatikan nama, tempat, dan waktu acara.
Sedang
Young Me yang sudah duduk di meja kerjanya memeriksa ponsel Haneul guna mencari
tahu apa yang gadis itu lihat tadi.
“Ah,
mungkin karena mereka adalah teman Kyuhyun dan mereka tahu jika kau kekasihnya.
Karena kebetulan kalian bekerja di perusahaan yang sama, jadi dia
mengundangmu.”
“Benarkah?
Aku tidak terpikiran itu.”
“Karena
kau bodoh.”
“Tidak
sebodoh kau, nona Kang.”
“Sialan.”
“Jadi
kau berencana ikut kencan buta?”
Young
Me tersenyum seraya menunjukan layar ponsel Haneul.
“Hanya
mengisi waktu kosong. Kau ingin ikut?”
“Kau
gila?”
Young
Me meneguk kopi latenya.
“Kenapa?
Kau takut dengan Kyuhyun? Kau bahkan sering terang-terangan menggoda pria lain
saat bersamanya.”
“Itu
berbeda. Aku hanya menggoda mereka dan itu di depannya. Bukan bertemu dengan pria
asing diam-diam di belakangnya.”
“Memangnya
kau tidak pernah melakukan itu?”
“Melakukan
apa?”
“Bertemu
pria lain tanpa sepengetahuan Kyuhyun?’
“Bertemu
pria lain tentu saja pernah. Tapi mereka teman-teman dekatku dan Kyuhyun juga
mengenal mereka. Tapi jika saat itu ada pria lain yang datang bersama mereka
itu hanya kebetulan dan aku juga tidak tahu jika akan bertemu pria lain selain
mereka yang kukenal. Karena itulah kami sering mengalami salah paham.”
“Dan
kau juga tidak berniat menjelaskan secara detail.”
“Itu
tidak diperlukan. Lagipula hingga sekarang belum ada efek yang terlalu besar
dari kesalahpahaman kami.”
“Belum,
tapi bukan berarti tidak akan ada.”
“Kau
tidak memiliki berkas untuk dikerjakan?”
“Kenapa?”
“Kau
akan semakin mengatakan hal yang aneh-aneh untukku dan aku tidak ingin
mendengar itu, jadi sibukkan dirimu dengan kegiatan lain.”
Young
Me menarik kursinya mendekat dan membuka salah satu berkas yang harus ia
kerjakan. Mencoba menghiraukan Haneul yang masih menatapnya.
“Kau
benar-benar tidak tertarik untuk pergi bersamaku? Atau jika kau tidak ingin
bertemu dengan banyak orang, kita bisa mengatur date khusus untuk kita
sendiri.”
“Diam
dan cepat kerjakan pekerjaanmu, Haneul-ah.”
“Baiklah
baiklah.”
~
Young
Me terus mengaduk-aduk milkshake coklat yang sudah hampir berubah menjadi air
karena terus ia mainkan. Dia bahkan tidak meminumnya sedikitpun.
Akhir-akhir
ini dia jadi sering memikirkan perkataan Kyuhyun, juga kata-kata dari para
temannya.
“Apa
aku seburuk itu? Seperti gadis murahan karena begitu mudah flirting ke pria lain?”
Dia
biasanya tidak terlalu memperhatikan perkataan orang di sekitar saat mereka
menegurnya. Dia hanya mendengarkan untuk saat itu tapi akan melupakannya
kemudian.
Tapi
sepertinya dia mulai meresapi nasehat dari mereka semua. Terutama Kyuhyun.
Pria
itu tidak pernah menegurnya dengan cara yang berlebihan, seperti jelas-jelas
marah hingga mengacuhkannya untuk beberapa saat atau membentaknya saat sikapnya
sudah melebihi batas.
Pria
itu hanya akan menariknya menjauh saat dia sibuk berbincang dengan pria yang ia
temui di jalan, Kyuhyun juga tidak pernah mengajak pria-pria asing itu
bertengkar karena mereka mengganggu Young Me.
Kyuhyun
jelas menunjukkan sisi penyabarnya. Dan yang Young Me takutkan adalah jika
suatu saat tiba-tiba kesabaran pria itu habis, dan bisa saja sesuatu yang buruk
akan benar-benar terjadi.
Seperti
perpisahan mungkin?
Young
Me tersentak karena ponsel yang ia letakan di meja bergetar; panggilan masuk.
“Hai,
oppa.”
“Aku
tidak boleh memanggilmu seperti itu?”
“Entahlah,
aku merasa nyaman akhir-akhir ini saat memanggilmu seperti itu.”
“Aku
di kantor, sedang makan siang. Kau?”
“Di
belakangku? Maksudmu?”
Young
Me menoleh ke belakang dan menggerakan kepala guna mencari keberadaan pria yang
mengatakan tengah ada di belakangnya.
Tapi
dia tidak menemukan siapa-siapa.
“Kau
ingin menipuku?”
“Kalau
begitu lihatlah ke depan.”
Dan
suara yang terdengar lebih jelas dari suara di teleponnya itu mengejutkan Young
Me yang masih sibuk melihat keadaan di belakangnya.
Suara
dari pria yang tiba-tiba sudah duduk di depannya.
“Kau
benar-benar menipuku ternyata.”
“Aku
sudah menggunakan tipuan ini sejak pertama kali mengenalmu, dan kau masih saja
gampang dibodohi?”
“Aku
hanya berpura-pura bodoh agar kau senang karena tipuanmu berhasil.”
“Ah,
benarkah? Untuk sekarang aku akan percaya itu, agar kau juga senang karena aku
percaya dengan ucapannmu.”
Young
Me tersenyum simpul dan menatap pria di depannya yang memanggil pelayan
cafetaria lalu memesan sesuatu.
“Kau
tidak sedang ada meeting?”
“Sebenarnya
ada di jam makan siang ini tapi batal karena suatu hal.”
“Baguslah
jika batal. Wajahmu tampak masam dan acak-acakkan, sangat tidak baik jika
dilihat rekan kerja.”
“Tapi
aku tetap terlihat tampan, kan?”
“Di
mataku ya, entah di mata orang lain.”
“Tidak
masalah jika orang lain menganggapku tidak tampan. Yang terpenting adalah
pendapat dari orang yang aku cintai.”
“Kau
harus segera makan sesuatu agar keadaan lapar tidak semakin mengganggu kerja
otakmu, Cho Kyuhyun.”
“Sepertinya
kau yang harus makan terlebih dulu, sayang. Kau mulai bertingkah aneh sejak
tadi malam.”
“Tadi
malam? Memangnya aku melakukan sesuatu?”
“Entahlah,
aku juga lupa.”
Young
Me mengambil minuman yang diletakan pelayan ke hadapan Kyuhyun, membuat
senyuman puas pria itu tadi lenyap. Dan dengan terpaksa kembali memesan minuman
lain.
Kyuhyun
mengulurkan tangan hingga menyentuh kening Young Me.
“Kau
tidak minum terlalu banyak kan tadi malam? Apa kau merasa pusing?”
“Aku
baik-baik saja. Apa aku seaneh itu hingga kau jadi sangat khawatir?”
“Begitulah.”
Young
Me tersenyum mengejek dan tertawa singkat kemudian saat Kyuhyun mengeratkan
genggaman di tangannya.
“Makanlah
cepat, kau sudah mendiamkan makananmu terlalu lama.”
Gadisnya
itu mengangguk dan mulai menikmati makan siangnya.
Young
Me yang sesekali menyuapkan makanan di piringnya ke mulut Kyuhyun terus
tersenyum karena mendapati Kyuhyun yang selalu melemparkan tatapan curiga serta
aneh padanya..
~
Suara
klakson mobil yang sudah terdengar sejak 20 menit yang lalu sama sekali tidak
mengganggu kegiatan Young Me di kamar. Gadis itu masih sibuk mencari coat yang
akan ia gunakan.
“Tidak
bisakah Haneul bersabar sebentar saja? Seakan-akan dia tidak menghabiskan waktu
yang lama saat hendak pergi kencan.”
Young
Me akhirnya meraih sembarang coat yang tertangkap pandangannya di dalam lemari.
Lalu
bergegas keluar dari dalam rumah.
“Aku
menunggu disini selama 20 menit! Tidakah kau kasihan membiarkan wanita sendirian
menunggu di luar seperti ini?”
“Kau
yang bodoh karena menunggu disini dan tidak ingin masuk ke dalam.”
Young
Me memasang seatbelt dan memberi tanda pada Haneul agar melajukan mobil.
“Aku
tidak menyangka kau akan ikut tanpa harus mendapat rentetean bujukan dariku.”
“Hanya
tidak tega membiarkanmu sendiri disana. Lagipula aku bisa jadi pertimbanganmu
tentang pria yang akan kau temui nanti.”
“Lalu
apa yang akan kau lakukan dengan pria yang akan jadi teman kencan butamu?”
“Apa
aku juga akan melakukannya?”
“Tentu
saja, bodoh.”
Haneul
tersenyum sekilas dan mendapat tatapan sinis dari Young Me.
“Kau
tidak pernah ikut kencan buta? Saat kau ikut pertemuan seperti itu, kita akan
duduk berhadapan dengan pria. Para wanita akan duduk berdampingan, begitu juga
para pria. Kita akan diberikan waktu beberapa menit untuk mengobrol dengan pria
di hadapan kita, setelah waktunya habis para pria akan berpindah tempat duduk
ke samping dan berganti pasangan untuk mengobrol.”
“Jadi
kau tidak bisa hanya diam disana dan menemaniku tanpa ikut melakukan kencan
buta.”
“Baiklah,
tidak buruk. Lagipula jika hanya mengobrol tidak buruk, kan?”
“Memang.”
Young
Me mengeluarkan cermin kecil dari dalam tas dan merapikan riasannya sekali
lagi.
“Tidak
perlu mengkhawatirkan riasanmu, bukankah kau tidak akan berusaha membuat mereka
tertarik?”
“Bukan
berarti aku tidak boleh berpenampilan cantik.”
Dia
mengusap sedikit noda kecil di pipi Haneul.
“Kau
bahkan mengenakan coat yang baru pertama kali aku lihat. Apa kau pernah
mengenakan coat itu di depan Kyuhyun?’
“Ini
hanya sebuah coat, bukan dress atau yang lainnya. Tidak penting untuk
diperlihatkan.”
Haneul
mengangguk singkat dan membelokkan mobil ke cafe yang menjadi lokasi kencan
buta.
“Young.”
“Hm?”
“Kau
tidak memikirkan kemungkinan terburuk? Misalnya bertemu Kyuhyun disini?”
“Aku
tidak akan seberuntung itu bertemu dengannya disini.”
“Baiklah,
tapi aku tidak akan ikut bertanggung jawab jika kau bertemu dengannya.”
“Ya
ya ya.”
Young
Me turun dari mobil dan mengenakan coatnya, diikuti oleh Haneul.
Mereka
berdua segera masuk ke dalam dan memperhatikan interior cafe yang sepertinya
memang diperuntukkan untuk kencan karena satu meja hanya terdiri dari dua kursi.
Dan
sudah ada beberapa wanita dan pria yang duduk di meja-meja yang disediakan.
“Ternyata
banyak juga yang mengikuti kencan buta ini.”
Bisik
Young Me selagi sibuk mencari tempat yang kosong.
“Bagi
orang-orang yang masih sendiri, hal seperti ini adalah favorit mereka.”
Haneul
menarik tangan Young Me ke arah meja yang masih kosong di sudut. Kebetulan ada
dua kursi berdampingan yang masih kosong.
“Ikuti
saja apa yang orang lain lakukan dan jangan buat masalah.”
“Memangnya
aku pernah membuat masalah?”
“Memangnya
kau pernah tidak membuatnya?”
Young
Me ingin kembali mengatakan sesuatu sebelum ada seorang pria yang berdiri di
kursi seberang mejanya.
“Boleh
aku duduk disini?”
“Tentu.
Tidak akan ada yang melarang, kan?”
Young
Me hanya menatap pria itu sekilas lalu kembali melihat Haneul, hanya untuk
mendapatkan tatapan dingin dari gadis itu.
“Bersikaplah
sopan sedikit, nona Park.”
Ucapnya
ringan.
Young
Me yang tidak ingin terus berdebat, mengangguk singkat lalu membenarkan posisi
duduknya. Dan mengarahkan pandangan ke depan.
Ke
pria yang juga kebetulan tengah menatapnya.
Pria
itu tersenyum singkat di balik kacamata hitam yang ia kenakan.
Membuat
Young Me sedikit mengernyitkan kening.
‘Di
dalam ruangan dan saat malam hari seperti ini dia menggunakan kacamata hitam? Sedikit
aneh.’
Sesaat
kemudian ada seorang wanita yang sepertinya salah satu ‘panitia’ dari kencan
buta malam ini.
Dia
memberikan sedikit arahan atau ‘aturan’ yang harus dipatuhi setiap orang,
seperti jangan membuat keributan, hanya diperbolehkan berbicara dengan pasangan
yang duduk di depan mereka, dan saat waktu telah habis para pria mau tidak mau
harus berpindah ke kursi sebelah.
Setelah
memastikan semua orang paham dengan apa yang ia katakan, wanita itu keluar dari
ruangan cafe setelah mempersilahkan semua orang untuk mulai mengobrol dan
melakukan ‘kencan’ mereka.
Young
Me sempat menoleh dan melihat Haneul, tapi karena gadis itu sudah terlanjur
menyapa pria di depannya dia hanya mengisyaratkan Young Me untuk menatap
pasangan kencannya dan mulai berbincang.
Young
Me menghela nafas singkat, mulai menyadari kebodohannya karena ikut pergi
kemari.
Dia kemudian memberanikan diri kembali menatap pria di depannya yang
tersenyum; mungkin karena menunggu Young Me memberi perhatian padanya.
“Maaf.
Ini pertama kalinya aku ikut sesuatu seperti ini.”
“Tidak
apa. Ini juga pertama kalinya untukku. Tapi sedikit aneh rasanya saat melihatmu
tenang di hadapan pria seperti ini.”
“Hm?”
Young
Me yang awalnya sesekali menunduk sekarang mulai menatap tepat ke pria itu. Dan
memperhatikan saat dia melepas kacamata hitamnya.
“Entah
kau mengenalku atau tidak.”
Ucap
pria itu kemudian. Membiarkan Young Me sibuk dengan pikirannya sendiri yang
merasa familiar dengan wajah sang pria tapi tidak bisa mengingat siapa dia.
“Seseorang
yang selalu duduk di sudut kelas dan memilih sibuk dengan buku tebalnya
dibanding berkumpul dengan anak-anak yang lain?”
Semacam
clue.
“Oh?
Donghae? Lee Donghae?”
“Terakhir
ku lihat nama belakangku memang masih Lee.”
Young
Me sigap menggunakan tangan untuk menutup mulut; mencegah teriakan kecil yang
hendak meluncur.
Sementara
sang pria memperlebar senyuman karena berhasil mengejutkan gadis itu.
“Apa
aku benar-benar berubah hingga tidak bisa kau kenali?”
“Bukan
seperti itu. Hanya saja kau... kau tampak-“
“Tampan?”
Young
Me reflek mengangguk dan tersentak dengan responnya sendiri.
“Maksudku,
semua orang pasti berubah kan? Apalagi setelah bertahun-tahun lamanya.”
“Benar.
Kau juga berubah.”
“Jika
maksudmu aku berubah dan menjadi lebih baik maka aku akan mengucapkan terima
kasih atas pujiannya.”
“Hahaha,
sebenarnya aku tidak memuji tapi jika kau menganggapnya seperti itu maka aku
tidak akan keberatan.”
Donghae
tersenyum tipis, membuat pahatan-pahatan tajam wajahnya semakin nampak. Wajah
dan perawakan tubuh membuatnya terlihat maskulin.
Apakah
dia dulu juga memiliki wajah tampan seperti ini atau dia hanya memilikinya
sekarang? Atau Young Me yang memang tidak memperhatikannya dulu? Tapi lagipula
itu sudah lebih dari empat tahun yang lalu.
“Tapi
bagaimana kau bisa ada disini?”
Young
Me memperhatikan keadaan di sekitarnya sekilas.
“Kau
sering mengikuti kencan buta seperti ini?”
Tanyanya
lagi.
“Tidak.
Aku hanya ikut karena seseorang memaksaku menemaninya kemari”
Donghae
menatap seorang pria yang duduk di meja kelima setelah meja mereka.
“Ah,
akupun sama.”
Dan
giliran Young Me yang melihat ke arah Haneul.
“Kebetulan
sekali kita bisa bertemu disini.”
“Ya.”
“Kau
tidak ingin menanyakan kabarku atau yang lainnya?”
“Kau
tampak baik-baik saja. Dan yang kau maksud ‘lainnya’ itu apa?”
Young
Me meneguk air mineral di gelas dan mendapati Donghae tersenyum tipis.
“Baiklah,
lupakan. Biar aku saja yang bertanya. Bagaimana kabarmu dan orang tuamu?”
“Kabarku
sangat baik dan mereka juga. Terima kasih sudah bertanya. Lalu kau? Kau bekerja
dimana?”
“Aku
bekerja di perusahaannya.”
Dagunya
menunjuk ke arah sang teman yang ia sebut tadi.
“Aku
pikir kau akan benar-benar menjadi seorang pemain basket.”
“Jalannya
tidak semudah yang aku perkirakan.”
Belum
sempat Young Me merespon, semua pria sudah berdiri dan bersiap untuk pindah ke
kursi di samping mereka; waktu sudah habis.
Donghae
pun bergegas mengulurkan ponsel, meminta gadis itu memasukkan nomor teleponnya.
Young Me yang sempat tertawa renyah karena sikap Donghae yang mendadak panik
menyerahkan kembali ponsel pada Donghae yang sudah duduk di hadapan Haneul.
Pria
itu menunjukkan isyarat ‘aku akan menghubungimu nanti’ yang ia balas dengan
anggukkan.
~
“Pria
itu membuatmu tidak menyesal karena sudah ikut denganku, kan?”
“Pria
yang mana?”
“Pria
pertama tadi.”
“Ah,
Donghae? Dia teman sekolahku dulu.”
“Tampan.”
“Semua
pria tampan di matamu.”
“Di
matamu juga.”
Young
Me dan Haneul tertawa kemudian setelah sempat saling memberikan komentar sinis.
Haneul
meraih coat di ujung sofa setelah melihat waktu yang tertera di layar ponsel.
“Aku
pulang dulu. Terima kasih untuk coklat hangatnya.”
Gadis
itu berdiri dan mengenakan coatnya.
Setelah
selesai dengan kencan buta mereka, dia singgah dan membicarakan pria-pria yang
berbincang dengan mereka tadi.
“Hm.
Sampai bertemu besok.”
“Ya.”
Young
Me mengantar sang sahabat hingga pintu depan dan mengunci pintu setelah mobil
Haneul menghilang dari pandangan.
Gadis
itu mengambil coat dan tas di atas sofa lalu berjalan ke arah kamar. Dan saat
menyalakan lampu kamar dia dibuat terkejut karena menemukan seseorang berbaring
di atas tempat tidur.
Seseorang
yang akhirnya terbangun karena cahaya lampu itu masih mengenakan dasi, jas
serta sepatu kerja.
“Oh,
maaf.”
Aku
sedari tadi berbincang dengan Haneul pria ini sama sekali tidak menunjukkan
diri dan sekarang dia terusik hanya karena cahaya lampu? Dia pura-pura tidur
atau apa?
“Hm.
Matikan saja lagi lampunya cepat dan tidurlah.”
“Kau
tidak ingin mengatakan sesuatu seperti kenapa kau tiba-tiba ada disini tanpa memberitahuku
lebih dulu?”
Young
Me meletakkan coat ke dalam lemari, lalu tas ke atas meja rias.
“Aku
lupa menghubungimu saat aku sudah terlanjur sampai disini dan karena aku sangat
lelah jadi aku langsung masuk.”
Pria
itu menyahut dengan lengan menutupi mata karena Young Me tidak kunjung
mematikan lampu.
“Hm.
Tidurlah, aku ingin mandi dulu.”
“Bagaimana
kencanmu?”
Young
Me yang sudah melangkah masuk ke kamar mandi menghentikan langkah. Antara
terkejut dan bingung, tahu darimana kekasihnya itu?
Apa
dia benar pura-pura tidur saat Haneul dan dirinya membicarakan tentang kencan
tadi?
Refleks
memundurkan tubuh dan menilik sekali lagi Kyuhyun di atas tempat tidur, pria
itu masih berbaring bahkan sekarang ia tengkurap dan mendekap erat bantal yang
ia gunakan.
Ini
lebih menyeramkan ternyata. Dia bertanya hal seperti itu tapi dia tidak bangun
dari posisi tidurnya.
Seakan menunjukkan ‘Kau melakukan kesalahan dan aku tidak
ingin mendengar alasannya jadi jangan bicara padaku’.
Young
Me yang merasa tidak memiliki pilihan lain selain berbicara dengan Kyuhyun
besok, melanjutkan niat untuk membersihkan tubuhnya.
Membiarkan
pertanyaan Kyuhyun tidak terjawab, karena jelas dia tidak tahu jika pria itu
masih tersadar dan belum sepenuhnya kembali ke alam mimpinya. Dan tidak sadar
jika kekasihnya itu menunggu jawaban.
~TBC~
Yatuhan naneun jadi gitu. Wkwkwk antimainstreamm
BalasHapus