Selasa, 20 Juni 2017

Hello Baby #2

Author : Reni Retnowati (Park Hye Ri)
Cast : Cho Kyuhyun, Park Jin Ra, etc.
Length : Chapters


Happy reading!

~


Kyuhyun memeriksa sekali lagi gambar yang dikirim Minho. Dia meminta bantuan temannya itu untuk memasang informasi tentang Hyun Ra di portal orang hilang. Mungkin saja akan ada orang yang mengenal Hyun Ra melihat informasi itu.

‘Ya, itu bagus. Jika memungkinkan pasanglah di portal lain juga, semakin banyak semakin besar peluang orang menemukannya.’

Setelah mengirim pesan balasan, dia memasukkan password apartemen dan segera masuk ke dalam. Dan baru saja dia melepas sepatu, dia sudah disambut oleh suara tangisan Hyun Ra.

Kyuhyun yang tanpa sadar langsung berlari mendekati suara tangisan itu dan menemukan Jin Ra tengah berkutat dengan kotak susu bubuk, botol susu dan gelas berukuran sedang berisi air panas.

Sementara Hyun Ra yang ada di dalam ranjang yang diletakan di atas meja makan menangis dengan jari yang ia masukkan ke dalam mulut.

“Ada apa? Dia haus?”

Jin Ra yang tampak lega setelah melihat sang kekasih, memberi isyarat agar pria itu menggendong Hyun Ra.

“Aku masih bingung untuk membuatnya, berapa takar dan jumlah airnya.”

Lalu kembali fokus ke kegiatannya semula.

“Bukankah di kotak susu itu terdapat petunjuk membuatnya? Ikuti saja dan pastikan airnya tidak terlalu panas, kau bisa memeriksa dengan meneteskannya di punggung tanganmu, sayang.”

Setelah mencoba untuk tidak panik dan membaca sekali lagi instruksi di kotak susu itu, Jin Ra memasukkan beberapa sendok susu bubuk ke dalam botol lalu menuang air panas sedikit dan menambahkan air dingin kemudian.

Setelah memastikan bubuknya tercampur dan temperaturnya tidak terlalu panas, Jin Ra memberikan botol susu pada Kyuhyun. Pria itu sekali lagi memeriksa temperatur air susu dan setelah yakin dia mencoba memberikannya pada Hyun Ra.

“Dia meminumnya?”

Jin Ra mendekat dan memperhatikan Hyun Ra yang dengan tenang menyedot susu di dalam botol dengan tatapan mengarah ke Kyuhyun. Matanya penuh dengan air mata, membuatnya tampak lucu.

“Astaga, dia pasti sangat haus tadi.”

Jin Ra mengusap pipi kiri Hyun Ra, membuat tatapannya sekarang beralih dari Kyuhyun.

“Kita harus memberinya susu beberapa jam sekali, kan?”

“Ya. Sepertinya dia akan mengantuk setelah meminum susu ini.”

Kyuhyun melihat Jin Ra yang menempelkan pipi ke pundaknya.

“Lelah?”

“Hm tapi menyenangkan.”

“Kau menikmatinya, eoh?”

“Begitulah. Ah, bagaimana tadi? Kau benar-benar pergi ke kantor polisi?”

“Ya. Aku hanya bertanya apakah ada yang membuat laporan kehilangan bayi di area ini dan mereka mengatakan tidak ada. Aku awalnya berniat menunjukkan foto Hyun Ra dan mengatakan jika kita menemukannya tapi di saat bersamaan ada petugas yang mengatakan sesuatu tentang penculik anak dan bayi. Kau bisa tebak bagaimana reaksiku saat itu.”

Kyuhyun menunduk dan mencium puncak kepala Jin Ra.

“Lalu bagaimana sekarang?”

“Kita hanya bisa mengandalkan foto Hyun Ra yang dipasang Minho di beberapa portal anak hilang. Semoga saja orangtuanya melihat informasi itu.”

“Dan dia benar-benar akan tinggal bersama kita untuk sementara?”

“Ya. Untuk itu jangan meletakkan barang-barang yang berhubungan dengan Hyun Ra di sembarang tempat. Jika orang tuamu atau yang lainnya datang dan melihatnya, akan menyebabkan masalah nanti.”

“Menyembunyikan barang-barang Hyun Ra bukan seseuatu yang sulit. Tapi bagaimana caranya kita membuat si manis ini tidak ditemukan oleh mereka saat datang kemari?”

Jin Ra mengambil alih Hyun Ra yang sudah selesai dengan susunya. Bayi itu mengusap-usap kedua matanya; mengantuk.

“Benar juga. Kita tidak mungkin menyembunyikannya bergantian disini dan apartemenku.”

"Jadi kita hanya bisa berharap agar tidak ada yang datang kemari saat Hyun Ra masih bersama kita."

"Aku tidak yakin dengan itu."

~

Mungkin kali ini Jin Ra akan benar-benar berhati-hati dengan setiap kalimat yang ia ucapkan.

Menurutnya menjaga seorang bayi tidaklah sulit. Mereka tidak bisa bicara apalagi berjalan, tidak akan merepotkan dan menguras begitu banyak tenaga, kan?

Tapi seperti kalimat 'Don't Judge A Book By Its' Cover', seorang bayi mungil seperti Hyun Ra tidak selamanya menjadi bayi yang tenang dan mudah untuk dijaga.

Dia bisa senantiasa menggunakan tangisan sebagai senjata. Hanya tangisan memang, tapi bisa membuat seisi rumah menjadi panik dan khawatir.

Khawatir kenapa dia tiba-tiba menangis dan panik jika ada orang lain yang mendengar tangisannya.

"Apa dia sudah tidur?"

Jin Ra yang keluar dari kamar dengan botol susu di tangan menatap Kyuhyun yang berdiri di dekat sofa.

Di atas sofa ada beberapa benda milik Hyun Ra. Pakaian, popok, dan mainan.

Bantal sofa sudah tidak beraturan letaknya. Membuat keadaan ruang tamu semakin kacau.

"Semua ini hanya karena Hyun Ra?"

"Begitulah. Sepertinya kita masih harus banyak belajar tentang cara menenangkannya agar tidak perlu melakukan banyak hal yang sia-sia seperti ini."

Sekitar satu jam yang lalu Hyun Ra terus menangis saat Jin Ra tengah menyiapkan makan malam.

Biasanya saat Kyuhyun menggendong dan memberikan susu, Hyun Ra akan berhenti menangis dan kembali tenang.

Tapi bayi itu terus menangis dan tidak mau meminum susunya. Membuat Jin Ra dengan terpaksa menghentikan kegiatan memasak dan ikut mencoba menenangkan Hyun Ra.

Setelah berbagai cara dicoba, seperti memberinya makan, mengganti popok, menunjukkan semua mainan yang ada bahkan menggendong dan membawanya mengelilingi apartemen, Hyun Ra baru bisa tenang dan akhirnya tertidur karena kelelahan setelah terus-menerus menangis.

"Belum ada yang menghubungi lagi tentang informasi Hyun Ra?"

"Belum. Wanita tempo hari adalah satu-satunya."

Kyuhyun menarik Jin Ra agar duduk di sampingnya. Dia memeluk dan menyandarkan kepala gadis itu ke dadanya.

Beberapa hari yang lalu ada seorang wanita yang menghubungi Kyuhyun setelah melihat informasi tentang Hyun Ra.

Dia mengatakan dia kehilangan bayi perempuan dengan usia sama seperti Hyun Ra. Tapi setelah menunjukkan foto bayinya, ternyata bayi wanita itu bukanlah Hyun Ra. Dia bahkan datang langsung ke apartemen Jin Ra guna memastikannya lebih jelas.

"Aku terus memikirkan orang tuanya yang pasti sangat kesulitan mencarinya. Aku juga merasa kasihan jika Hyun Ra terus terpisah dari ibunya."

"Aku tahu. Tapi tidak ada pilihan lain. Kita masih harus menjaganya disini."

Kyuhyun mengeratkan tangan dan mencium kening Jin Ra.

"Setidaknya ada keuntungan yang bisa kau dapat kan saat Hyun Ra disini? Aku jadi semakin sering datang dan bahkan menginap disini."

Kyuhyun terkekeh dan melirik tas punggungnya yang berada di sofa lain.

"Bukankah kau yang seharusnya merasa beruntung?"

Jin Ra melepas kaitan Kyuhyun dan menatap pria itu.

"Tentu aku juga merasa beruntung. Aku jadi bisa melihat dan menilai apakah kau akan menjadi istri dan ibu yang baik nantinya atau tidak saat kita menikah."

"Cah, kata-katamu murahan sekali."

"Kau harus tahu jika tidak ada wanita yang tidak suka dengan kalimat itu."

Kyuhyun memajukan wajah dan mengecup singkat bibir kekasihnya.

Dan saat ingin kembali meraih bibir gadis itu, bel apartemen berbunyi dan mengagalkan rencananya.

"Mereka sudah datang."

Ucap Jin Ra seraya tersenyum dan menepuk pipi Kyuhyun.

Gadis itu lalu berlalu untuk membuka pintu.

Malam ini Minho, Donghae dan Hyukjae memang berencana untuk datang karena ada proyek berkelompok yang harus mereka selesaikan.

"Kalian seharusnya datang dengan tumpukan kertas atau material lainnya, bukan makanan."

"Itu akan sedikit membantu nanti, lihat saja."

Jin Ra memperhatikan para pria yang duduk di sofa setelah meletakkan tas dan box berisi makanan ke atas meja.

"Kerjakan tugas itu sekarang sebelum kalian semua tertidur karena kekenyangan."

"Dimana Hyun Ra?"

Pertanyaan yang keluar dari mulut Hyukjae sebelum pria itu membuka box berisi pizza

"Tidur."

"Dia tenang setelah menciptakan perperangan kecil disini."

Lanjut Kyuhyun.

Membuatnya dihadiahi tatapan penuh makna dari para sahabatnya.

"Kenapa menatapku seperti itu?"

Seakan berusaha untuk tidak peduli, Kyuhyun memberi isyarat pada Jin Ra yang masih berdiri agar duduk di sampingnya.

"Kalian benar-benar sudah tampak seperti pasangan suami-istri sungguhan. Seperti sudah sangat normal saat mengurus Hyun Ra."

Balas Hyukjae yang diamini oleh yang lain.

"Sudah lebih dari dua minggu dia disini. Kami tentu sudah sedikit mengerti kebiasaan dan bagaimana cara menjaganya."

Mereka bahkan kompak dalam mengelak.

"Sudahlah. Cepat saja kita mulai."

Minho melepas jaket dan memilih untuk duduk di lantai berdekatan dengan meja di mana semua berkas dan makanan terletak di atasnya.

~

"Halaman terakhir bagianmu, tuan Lee."

Jin Ra menyodorkan laptop ke hadapan Hyukjae yang tatapannya fokus mengarah ke layar televisi.

Pria itu menghela nafas dan memasukan camilan ke mulut lalu mulai bekerja.

Ketiga sahabatnya yang lain masing-masing sudah memiliki posisi nyaman untuk tidur mereka.

Donghae memiliki satu sofa panjang untuk dirinya sendiri. Minho dengan satu bantal sofa, tidur di lantai. Tubuhya melintang disana.

Sementara Kyuhyun meletakkan kepala di bantal tepat di samping tubuh sang kekasih yang bersandar di sofa. Kaki pria itu mendarat dengan nyaman di perut Minho.

"Kekasihmu seperti seorang ayah yang kelelahan karena begadang untuk menjaga putrinya."

"Jangan menggunakan waktumu sia-sia dengan meledeknya."

"Aku tidak meledek. Kalian sudah cukup dewasa untuk jadi orang tua."

Hyukjae menghentikan kegiatannya mengetik dan menatap Jin Ra.

"Bukan berarti aku menyuruh kalian agar segera menikah."

Peringatnya.

"Maksudku adalah kalian bisa memanfaatkan waktu saat Hyun Ra masih ada disini untuk melatih kemampuan kalian sebagai orang tua nantinya."

"Jika suasana sedang dalam keadaan baik kami bisa melihat sisi positif itu. Tapi jika dalam keadaan tidak menguntungkan seperti orang tuaku yang tiba-tiba ingin datang berkunjung, kau akan tahu jika tidak ada hal lain yang kami pikirkan selain kerugian karena keberadaan Hyun Ra."

Jin Ra mengusap rambut Kyuhyun saat pria itu bergerak menyamping dan membuat wajahnya menempel pada sisi samping paha Jin Ra.

"Aku juga jadi tidak nyaman karena dia harus selalu berada disini untuk menjaga Hyun Ra. Dia seperti berpindah tempat tinggal."

"Jangan khawatirkan itu. Dia justru senang karena bisa menghabiskan waktu lebih banyak bersamamu."

Hyukjae menunjukkan layar laptop setelah selesai dengan ketikannya.

"Dia selalu membanggakan waktu ketika setelah pulang kuliah dia akan bertemu denganmu dan Hyun Ra."

"Benarkah? Aku pikir dia akan sering mengeluh."

Setelah yakin ketikan Hyukjae tepat, Jin Ra membuka lembar selanjutnya dari buku di samping pria itu.

Walau Hyukjae terkadang bertingkah aneh dan menyebalkan, di saat-saat tertentu dia bisa bersikap dewasa sesuai dengan usianya.

Hyukjae terus melanjutkan mengetik dan sesekali menggigit pizza di piring kecil miliknya.

Beberapa saat kemudian dia berbicara dengan tidak jelas karena mulutnya penuh. Dia juga menunjuk-nunjuk ke satu arah.

"Telan dulu makananmu sebelum bicara."

"Hyun Ra menangis."

Ucapnya setelah bersusah payah menelan makanannya.

"Ha?"

Walau merasa heran karena dia sendiri tidak mendengar suara tangisan Hyun Ra, Jin Ra tetap berdiri dan berjalan ke kamar.

Dan benar saja, begitu pintu kamar dibuka dia bisa mendengar suara Hyun Ra yang menangis pelan serta menemukan bayi itu terbangun.

"Aku yang terlalu tuli atau dia yang terlewat peka dengan suara?"

Dia mendekat dan menggendong Hyun Ra lalu memberikan botol susu yang selalu ia siapkan di samping ranjang.

"Kau haus, eoh? Kau semakin sering terbangun saat malam."

Jin Ra mengusap pipi Hyun Ra agar kembali tertidur sembari meminum susunya.

~

Hal yang terjadi saat semua sahabat prianya berkumpul di apartemen adalah kondisi ruang tamu yang tidak akan sebaik semestinya.

Tadi malam, setelah pekerjaan mereka selesai Hyukjae membangunkan semua orang guna menonton pertandingan sepak bola yang memang sedang disiarkan.

Jin Ra yang sudah terlanjur berada di kamar untuk menjaga Hyun Ra, ikut tertidur setelah beberapa saat.

Dia bahkan tidak tahu pukul berapa para pria -kecuali Kyuhyun- itu meninggalkan apartemennya.

 "Dia akan kembali terlambat hari ini. Aku bisa pastikan itu."

Jam di dinding menunjukkan angka 7. Kelas Kyuhyun akan dimulai pukul 8.30. Jika dia tidak bangun sekarang dia akan terlambat -untuk kesekian kalinya-.

Jin Ra menyalakan mesin penyedot debu lalu berlalu ke kamar. Kyuhyun dan Hyun Ra masih tertidur di tempat mereka masing-masing.

Hyun Ra berada di tempat tidur miliknya -yang dibelikan Kyuhyun diam-diam tempo hari- sedangkan pria itu berkutat dengan selimutnya di atas ranjang.

"Cho, kau harus segera bangun."

Jin Ra menyingkap selimut yang menutupi wajah Kyuhyun. Pria itu membuka mata, menatapnya lalu kembali terpejam.

"Cepatlah. Jika Hyun Ra bangun lebih dulu kau tidak akan bisa pergi."

Sepertinya sejak dua hari yang lalu Hyun Ra lebih menempel pada Kyuhyun. Dia bahkan menangis lebih kencang saat melihat Kyuhyun yang pergi ke kampus.

"Bangunkan aku setelah dia bangun."

Suaranya masih serak.

"Cho..."

Jin Ra mencoba mengangkat punggung Kyuhyun agar pria itu duduk, tapi karena terlalu berat dia naik dan duduk di atas perut sang kekasih dan sekali lagi mencoba.

Dia menarik kedua tangan Kyuhyun. Walau pria itu masih terus menarik tubuhnya ke belakang.

Mungkin karena merasa terganggu setelah Jin Ra beberapa kali mencoba menariknya agar duduk, Kyuhyun bangkit secara tiba-tiba dengan mata terpejam.

Tubuh gadis itu yang akhirnya turun ke pahanya.

"Kau mengangguku, sayang."

"Hanya mencegahmu dari terlambat hari ini."

Kyuhyun membuka mata dan menatap Jin Ra yang sedikit menarik tubuh ke belakang dan menggunakan kedua tangan sebagai penompang di sisi kedua kaki Kyuhyun.

Dia tidak ingin posisinya terlalu dekat dengan Kyuhyun dan juga tidak ingin cepat beranjak dari sana karena harus memastikan pria itu tidak akan kembali tidur.

Kyuhyun menekuk kedua kaki dan secara tidak langsung mendorong tubuh Jin Ra ke depan.

"Lingkarkan tanganmu di leherku."

"Hm? Untuk apa?"

Jin Ra berusaha agar wajahnya tidak semakin dekat dengan berusaha benar-benar bersandar ke belakang.

Sebelum pria itu tiba-tiba kembali meluruskan kaki dan membuat Jin Ra refleks melingkarkan tangan ke leher Kyuhyun agar dia tidak terjatuh ke belakang.

Dan memangkas jarak, tubuh Jin Ra -akhirnya- menempel pada Kyuhyun.

"Hanya menurut padaku, sesulit itukah untuk dilakukan?"

Dia kembali menekuk kaki agar Jin Ra nyaman bersandar dengan posisinya.

Kyuhyun melingkarkan tangan ke belakang punggung sang kekasih dan menempelkan kening.

"Aku senang karena semakin sering dibangunkan secara langsung olehmu, bukan oleh alarm atau ponselku yang berdering karena kau menelepon."

"Setelah Hyun Ra pergi kau akan kembali bersama alarm itu, Cho."

"Kalau begitu aku harap dia akan semakin lama disini."

Kyuhyun mengecup singkat bibir Jin Ra berulang-ulang.

"Lepaskan aku dan cepat bersiap-siap."

"Hyun Ra tidak akan cepat bangun jika itu yang kau khawatirkan."

Dia kembali menikmati bibir Jin Ra untuk beberapa saat dan memastikan tangan gadis itu tetap di tempat dan tidak mengganggunya.

Setelah merasa pasokan oksigen sang kekasih menipis, Kyuhyun melepas kaitannya dan memeluk gadis itu.

"Aku mencintaimu, Park Jin Ra."

"Ini terlalu pagi untukmu bersikap aneh seperti ini, Cho Kyuhyun."

"Kau bisa setidaknya merespon dengan 'Ya' atau 'Hm' tanpa mengejekku, sayang."

"Apa menurutmu begitu?"

Kyuhyun melepas pelukannya dan memberi sentilan ringan di kening Jin Ra.

"Kau seharusnya merasa senang karena kita bisa melakukan ini tanpa ada gangguan dari Hyun Ra."

"Kau akan tetap menciumku walau ada dia sekalipun. Apa yang beda?"

"Yang beda kau ada di atas pangkuanku dan dalam jarak sangat dekat seperti ini. Jika bersama Hyun Ra, dia akan ada di gendonganmu dan aku hanya bisa menciummu sebentar."

"Itu sudah lebih dari cukup, dan lagipula belum tentu aku mengizinkanmu menciumku setiap saat."

"Kau tahu itu tidak cukup untukku, Hyun Ra eomma."

"Eh?"

Kyuhyun melirik sekilas Hyun Ra yang tampak bergerak di tempat tidurnya.

"Turunlah. Dia akan menangis jika melihatmu sedekat ini denganku."

Yang membuatnya berjarak sedekat itu tadi siapa?

"Aku terlalu muda untuk menjadi ibunya."

"Tapi kau terlalu tua untuk menjadi kakaknya."

Kyuhyun bangkit dengan Jin Ra yang masih melingkarkan kaki dan tangan di tubuhnya.

"Lalu kau sendiri siapa?"

"Samchon?"

Pria itu tersenyum puas dan membawa Jin Ra yang tampak tidak ingin melepas kaitannya ke dalam kamar mandi.

"Hyun Ra sepertinya sial setelah mendapatkan samchon sepertimu."

"Dia justru akan senang dan membanggakanku pada teman-teman seusianya."

"Teman-teman berusia 5-7 bulan?"

"Ya."

Dia meletakkan Jin Ra ke atas wastafel dengan kaki dan tangan masih tetap melingkar di tubuhnya.

Kyuhyun mengambil sikat gigi dan mulai membersihkan giginya dengan tangan kiri yang memeluk punggung Jin Ra.

"Mungkin teman-temannya nanti akan mengantri untuk berfoto denganmu."

"Benar. Aku bisa meminta bayaran. Setidaknya mereka bisa memberikan permen atau coklat padaku."

"Aish. Bagaimana bisa bayi-bayi itu memiliki permen dan coklat?"

Jin Ra memukul punggung Kyuhyun saat pria itu mengalihkan tubuh ke samping dan menunduk untuk berkumur.

"Mereka bisa meminta orang tua mereka masing-masing untuk membelinya."

"Kau mengajarkan hal buruk."

Kyuhyun menampilkan wajah tidak peduli. Dia menunjukkan deretan gigi putihnya dan mencium Jin Ra (lagi).

"Menciummu sebelum dan sesudah menyikat gigi. Mana yang lebih baik?"

"Sama buruknya."

Jin Ra melepas lingkaran kakinya dan turun dari wastafel.

"Kau tidak ingin ikut mandi?"

Sebelum Kyuhyun mengangkat dan meletakkan dirinya kembali ke atas wastafel.

"Aku sudah mandi sejak dua jam yang lalu."

"Kalau begitu tetaplah disini."

"Tidak, terima kasih. Aku tidak tertarik."

Jin Ra kembali turun dan menjauh dari Kyuhyun.

"Ini gratis. Aku tidak akan meminta bayaran permen atau coklat."

Ucapnya seraya mengikuti sang kekasih yang keluar dari kamar mandi.

"Aku tidak tertarik melihatmu mandi, Cho."

"Setidaknya kau bisa mengambil gambarku dan menjualnya pada teman-teman Hyun Ra nanti."

"Cho Kyuhyun!!"

Jin Ra yang mendapati bantal kecil di ujung ranjang meraih dan melemparnya ke arah sang kekasih yang menjulurkan kepala di pintu kamar mandi.

Pria itu tertawa dan menutup pintu kemudian; mulai -benar-benar- mandi.

~

"Jadi?"

"Aku tidak masalah. Selama mereka yakin tidak akan terganggu oleh kehadiran Hyun Ra."

Jin Ra melipat pakaian sembari terus menyuruh sang kekasih untuk menggerakkan tempat tidur Hyun Ra.

"Mereka sudah mempertimbangkan itu. Lagipula Hyun Ra selalu tertidur dan tidak mudah terbangun, kan?"

"Ya, baiklah. Aku akan bersiap-siap nanti."

Hyukjae memiliki vila yang berlokasi di pinggir kota. Tempat dengan lingkungan yang cukup sepi dan nyaman.

Pria itu rutin mengajak Kyuhyun dan yang lain pergi kesana, terutama setelah masa ujian berakhir.

Bermalam beberapa hari dan menghabiskan waktu untuk bermain bola, barbeque atau kegiatan lainnya.

Karena vila yang berukuran cukup besar itu memiliki fasilitas yang lengkap. Di area sekitarnya juga banyak tempat menarik yang dapat dikunjungi.

Kali ini mungkin Hyun Ra akan menjadi anggota tambahan untuk kegiatan rutin mereka itu.

~

Donghae sejak sepuluh menit yang lalu sibuk bermain dengan Hyun Ra di bagasi mobil yang terbuka.

Dia bukannya membantu yang lain berkemas, justru menghambat pekerjaan mereka karena posisinya itu.

"Hyun Ra tidak akan lari walau kau tinggal beberapa menit untuk membantu kami."

"Kalian kan hanya mengemas sedikit barang, bantuanku tidak begitu diperlukan."

Pria itu dengan hati-hati membawa Hyun Ra menjauh dari mobil dan duduk di teras rumah Hyukjae.

Terus memperhatikan para sahabat yang mengatur tata letak barang di mobil.

"Kau tidak melupakan keperluan Hyun Ra, kan?"

"Barangnya bahkan lebih banyak dariku dan Kyuhyun."

Jin Ra mengambil alih Hyun Ra dari Donghae. Lalu memberi isyarat agar pria itu membantu yang lain.

"Tidak perlu. Kami sudah selesai."

Sebelum dirinya yang baru melangkah menuruni tangga teras sudah mendapat penolakan dari Hyukjae.

"Kalau begitu, ayo kita berangkat."

Muka tembok sekali dia.

Semua orang bergegas masuk ke dalam mobil sesuai tempat mereka masing-masing; Taemin bersama Minho dengan barang-barang menumpuk di bagasi dan kursi belakang.

Sedang Hyun Ra, Kyuhyun dan sang kekasih berada di mobil Hyukjae bersama Donghae.

Segera berangkat kemudian setelah semua siap.

Mereka harus menempuh perjalanan selama dua jam; salah satu hal yang mengkhawatirkan untuk Hyun Ra.

Bayi itu bisa menangis atau berubah rewel tiba-tiba, terutama karena cara mengemudi Hyukjae yang terkadang ugal-ugalan.

Karena itu Jin Ra sudah mulai berusaha untuk menidurkan Hyun Ra walau Kyuhyun masih terus mengganggu dengan mengajaknya bermain.

Dan justru setelah lebih dari 30 menit, dirinya yang jatuh tertidur. Membuat Kyuhyun mau tidak mau mengambil alih tugas menjaga Hyun Ra.

Dia dengan pintar juga memanfaatkan Donghae yang secara sukarela memegang Hyun Ra dan bermain dengannya yang masih sangat aktif dan tidak kelelahan.

"Aku lihat semakin lama Hyun Ra semakin terlihat mirip denganmu, Kyu."

"Karena kau selalu melihat kami bersama."

Kyuhyun melepas jaket dan menggunakannya untuk menutupi tubuh bagian depan Jin Ra.

"Benar juga. Lalu apa kalian akan terus menjaganya? Kau tahu jika mengandalkan poster di portal orang hilang tidak begitu membantu."

Donghae bermain dengan tangan Hyun Ra yang menggenggam telunjuknya.

"Tidak ada solusi lain. Kalaupun sekarang aku nekat membawanya ke kantor polisi, mereka pasti akan bertanya kenapa kami memilih menjaganya sejak ditemukan. Ataupun jika mereka menerima laporannya, kemungkinan mereka akan menyuruh kami menjaganya selagi mencari orang tua Hyun Ra."

"Sama-sama bukan solusi."

Hyukjae akhirnya ikut bersuara.

Dia melihat Hyun Ra sekilas lalu kembali fokus ke jalanan, melancarkan niatnya; menyalip mobil Minho di depan.

"Jika semisal, ini 'jika'. Orang tua Hyun Ra memang berniat mentelantarkannya, bagaimana? Apa yang akan kalian lakukan?"

Donghae menoleh guna melihat Kyuhyun.

Pria itu sempat terdiam, mungkin masih berpikir jika perumpamaan itu sedikit kecil kemungkinannya untuk benar-benar terjadi.

"Entahlah. Kami saja sudah mati-matian menjauhkan Hyun Ra dari keluargaku atau keluarganya."

Kyuhyun melihat Jin Ra yang bergerak dari tidurnya.

"Jika dia tinggal lebih lama, akan tidak baik nanti."

Mereka terkadang terlalu malas untuk memikirkan bagaimana nanti jika Hyun Ra kembali pada orang tuanya atau bayi itu ditemukan oleh keluarga Kyuhyun atau Jin Ra.

Mereka menikmati saat-saat bersama Hyun Ra. Dan ingin tetap menjaga bayi itu dengan baik, terlepas bagaimana nasibnya nanti.

Walau mereka juga sadar jika saatnya tiba, mereka harus melepasnya. Entah membiarkannya kembali pada keluarganya sendiri, atau menyerahkannya ke pihak kepolisian dan membiarkan mereka mengurus sisanya.

~

"Mereka sudah mengurus barbeque dan yang lainnya. Kau jaga saja dia sebentar lagi lalu keluarlah."

"Hm."

Kyuhyun mengecup pucuk kepala Jin Ra yang berbaring di tempat tidur bersama Hyun Ra yang terlelap.

Mereka tiba 10 menit yang lalu.

Hyun Ra yang tertidur sejak dalam perjalanan membuat Jin Ra langsung masuk ke salah satu kamar dan menjaganya, membiarkan para pria mengurus semua barang yang ada di mobil.

Semua perlengkapan Hyun Ra juga sudah Kyuhyun letakkan di dalam kamar ini.

"Seperti seorang ibu sungguhan."

Jin Ra tersenyum tipis lalu membenarkan posisi bantal di sisi kiri dan kanan Hyun Ra.

Dia kemudian beranjak untuk mengganti pakaian.

Setelahnya, Jin Ra keluar dari kamar dan menemukan Kyuhyun dan yang lain sedang berkumpul di teras belakang.

"Jadi, apa yang sedang kalian lakukan?"

Kyuhyun yang tengah berbincang dengan Donghae menoleh melihat sang kekasih yang berdiri di ambang pintu.

Dia menunjuk Hyukjae yang masih berkutat dengan peralatan barbeque.

"Aku yang akan memanggang dagingnya. Dan kau juga."

Gadis itu mengangguk lalu mendekati Hyukjae; mulai menyiapkan daging dan sayuran yang lain.

Kyuhyun juga akhirnya berdiri dan membantunya. Sengaja berjalan melintas di halaman belakang, di tengah-tengah Minho dan Taemin yang sedang bermain sepak bola.

"Kau tidak berniat ke kamar dan mengganggu Hyun Ra kan, oppa?"

Jin Ra melirik Donghae yang beranjak dan berniat masuk ke dalam.

Pria itu menatapnya sebentar lalu membuat isyarat yang menunjukkan bahwa dia ingin menelepon seseorang.

"Apa dia ingin menghubungi kekasihnya?"

"Kekasihnya yang mana?"

Hyukjae yang justru menyahut.

Jin Ra diam dan menatap Kyuhyun. Pria itu menggeleng tanda 'tidak tahu' tanpa balas menatapnya.

"Aku juga tidak tahu kekasih yang mana."

Ucapnya akhirnya untuk merespon Hyukjae.

~

Nyanyian mereka semakin nyaring. Wajah mereka juga semakin merah.

Jin Ra yang sudah hapal dengan hal ini hanya sesekali memastikan para pria tidak terjatuh dari kursi mereka masing-masing.

"Sudah cukup, Cho."

Dan saat sang kekasih kembali mengangkat gelas wine, gadis ini menggambil benda itu dari tangannya.

"Berikan, Hyun Ra eomma. Aku tidak mabuk."

Cara bicaranya memang masih terbilang lancar.

Lebih baik jika dibandingkan Hyukjae cs yang sesekali bergumam tidak jelas. Dan kemudian mengulang kata-kata 'Hyun Ra eomma' yang Kyuhyun ucapkan tadi.

"Kau ingin aku mengusirmu dari kamar dan tidur di sofa?"

Pria itu menatapnya sebentar lalu melihat yang lain.

"Ada yang bersedia berbagi kamar denganku?"

Membuat Jin Ra menepuk lengannya dan menggertak Hyukjae yang mengangkat tangan walau jelas pria itu tidak mencerna dengan baik kalimat Kyuhyun.

"Sudahlah. Aku ingin tidur."

Dia berdiri dengan tangan Kyuhyun yang masih memegangi tubuhnya.

Pria itu akhirnya tertarik dan jatuh ke lantai.

Tidak membuatnya simpati.

Jin Ra memastikan pintu depan vila sudah terkunci dan memeriksa sekali lagi apakah para pria akan aman -tanpa menyebabkan masalah- di halaman belakang.

Setelah yakin, dia benar-benar pergi ke kamar dan mengganti pakaian tidurnya.

Merapikan sudut tempat tidur dan membenarkan posisi bantal di sisi-sisi tubuh Hyun Ra.

Waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Bisa dipastikan Kyuhyun akan tetap berada di luar bersama yang lain hingga beberapa jam ke depan.

Jin Ra mengecup kedua pipi Hyun Ra lalu bersiap untuk tidur.

Sebelum suara handle pintu yang berusaha untuk dibuka menghentikan niatnya.

"Dikunci?"

Suara Kyuhyun terdengar samar-samar.

"Sayang?"

Dia mengetuk pintu beberapa kali; menunggu respon.

"Tidurlah di sofa. Kau akan mengganggu Hyun Ra jika disini."

"Mereka menggunakan semua sofanya."

Suaranya yang semakin tinggi memaksa Jin Ra bangkit dan membuka pintu.

Menemukan sang kekasih bersandar di dinding.

Tangan pria itu menunjuk ke arah ruang tengah.

Benar yang ia katakan; tempat itu memang penuh.

Hyukjae dan Donghae masing-masing mendapat satu sofa panjang di sisi kiri dan kanan, sedangkan satu sofa tersisa digunakan oleh Taemin.

Sementara Minho mungkin karena sudah kehilangan kesadaran hanya menggunakan lantai sebagai alas tidur.

"Tempat di samping Minho masih kosong, kan?"

"Ayolah."

Kyuhyun menunduk dan berusaha untuk masuk.

"Tidur di kamar Hyukjae saja."

"Aku ingin tidur bersama kalian."

"Kau akan bergerak tidak beraturan saat seperti ini. Membahayakan Hyun Ra nantinya."

Kyuhyun menggeleng dan meraih tubuh Jin Ra lalu menariknya masuk.

"Kau membuat kepalaku semakin pusing."

Pria itu merebahkan tubuh di sisi kiri ranjang lalu menepuk sisi di sampingnya.

Biasanya mereka akan berada di sisi kiri dan kanan Hyun Ra tapi kali ini dia mengisyaratkan agar mereka berdua berada di sisi kiri bayi itu.

"Kau tidak akan khawatir aku bergerak menindih tubuh Hyun Ra."

Ucapnya lalu mulai memejamkan mata.

"Jika begini apa bedanya kalaupun kau tidur di luar?"

Kyuhyun tidak lagi merespon, hanya menarik selimut yang ia gunakan hingga menutupi kepalanya.

~

"Kami ada di vila milik Hyukjae. Apa aku tidak memberitahu eomma?"

Jin Ra duduk di tepi ranjang, di samping Kyuhyun yang masih terlelap dengan Hyun Ra di dekapannya.

"Jika Kyuhyun tidak sibuk. Atau aku bisa datang sendiri tanpa dia."

"Baiklah, akan aku usahakan eomma."

Gadis itu meletakkan ponsel setelah sang ibu menutup panggilan.

Entah apa yang ingin disampaikan sang ibu hingga memintanya datang bersama Kyuhyun ke rumah. Tidak biasanya sang ibu meminta bertemu dengan Kyuhyun jika tidak hal penting yang ingin ia sampaikan.

"Kyu, kau tidak ingin bangun?"

Jin Ra mengusap pelan rambut Kyuhyun yang berantakan. Meski pria itu masih dengan tenang terlelap. Bahkan rengkuhannya di tubuh Hyun Ra sama sekali tidak melonggar. Beruntung bayi itu juga masih nyaman dalam tidurnya.

"Cho Kyuhyun."

"Hm??"

Pria itu bergumam sebentar, membuka mata dan melihat Hyun Ra di pelukannya.

Pria itu lalu menoleh menatapnya.

"Apa?"

"Sudah pagi."

"Lalu?"

"Bangun tentu saja."

Pria itu mendengus pelan.

"Hyun Ra saja belum bangun, kenpa aku sudah harus bangun?"

"Karena kau berjanji membawa Hyun Ra berkeliling. Jika tidak sekarang hawanya akan panas nanti."

"Kalau begitu tunggu Hyun Ra bangun saja."

Kyuhyun terus merespon dengan mata tertutup. Membiarkan sang kekasih mulai menarik-narik rambutnya.

Perhatian Jin Ra teralihkan saat layar ponselnya menyala karena sebuah pesan.

Dari sang ibu. Pasti mengingatkannya untuk benar-benar datang. Bersama Kyuhyun.

Jin Ra membuka pesan itu tanpa membaca isinya.

"Lihat ini. Eomma tadi menelepon dan meminta kita datang ke rumah."

"Benarkah? Untuk apa?"

Kyuhyun dengan malas menggerakkan kepala dan membuka mata guna melihat layar ponsel Jin Ra.

"Jangan lupa! Kalian harus datang. Bersama bayinya."

Baca Kyuhyun dengan nada lirih karena efek masih mengantuk. Pria itu mengangguk-anggukkan kepala paham lalu kembali memejamkan mata tanpa melihat sang kekasih.

"Maksudmu?"

"Maksudmu?"

Membeo tanpa paham dengan pertanyaan gadis itu.

Jin Ra yang terdiam sesaat terus menatap Kyuhyun yang pada akhirnya kembali membuka mata dan melihatnya. Pria itu seakan berusaha membaca pikiran sang kekasih.

"'Bersama bayinya'?"



~TBC~
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar